Gen Super

Tulang Belulang Putih dan Tanaman Merambat yang Layu



Tulang Belulang Putih dan Tanaman Merambat yang Layu

1Tulang belulang sepanjang beberapa ratus meter bertebaran di lereng gunung, dan sebagian besar wilayah itu dipenuhi tanaman merambat. Anehnya, mereka semua layu, dan banyak yang merambat tulang belulang yang berserakan.     

Han Sen mengamati tulang belulang dengan penasaran. Mereka menyebarkan aura kekuasaan purba, yang tidak aktif, seolah tertidur. Kekuatan ini tampaknya juga menangkal makhluk-makhluk sekitar untuk mendekatinya.     

Bukan hal yang normal jika tulang belulang itu memiliki kekuatan demikian. Hal itu membuat Han Sen mempertanyakan apakah mereka adalah tulang-tulang makhluk super yang sudah lama mati.     

"Aku ingin tahu apakah aku bisa memasak sup dengan tulang? Mungkin aku bisa mendapatkan beberapa poin geno super dengan melakukan itu." Han Sen bertanya-tanya. Tetapi setelah melihat tulang-tulang yang menyeramkan itu lagi, dia mengurungkan niatnya.     

Namun, dia berjalan mendekat untuk dapat melihat dengan lebih seksama.     

Chen Ran melihat mereka berdua memeriksa sisa-sisa kerangka Anjing Penjaga dengan penuh minat. Dia tidak mengatakan apa-apa selain menghampiri mereka.     

Han Sen menginspeksi mereka dan menemukan bahwa mereka tampak seperti pilar batu abu-abu. Beberapa ukurannya seperti tong, sementara yang lain sebesar rumah.     

Peninggalannya sebagian besar sudah lengkap, dan tampak seolah-olah makhluk purba itu baru saja mati dengan tenang di lereng gunung.     

Chen Ran memanggil seorang pria bernama Xu Dongjin untuk maju. Dia memanggil pedang jiwa binatang dan menebas tulang dengannya. Suara nyaring terdengar di lembah dan pegunungan di wilayah itu, tetapi setelah memeriksa tulang itu, tidak ada bekas sama sekali di atasnya.     

"Tulang-tulang ini sangat keras. Bahkan senjata berdarah sakral, tidak bisa merusaknya." Xu Dongjin menyarungkan pedangnya saat dia menjelaskan.     

Ini membuat Han Sen semakin merasa yakin bahwa ini memang sisa-sisa makhluk super. Jika tidak, serangan kuat Xu Dongjin pasti akan meninggalkan bekas yang besar.     

Tapi itu adalah teka-teki yang membingungkan; mengapa makhluk super akan mati di sini tanpa perjuangan, dengan tulang-tulangnya dilemparkan ke sisi gunung?     

Orang-orang Chen Ran mendiskusikan berbagai topik dengan Ratu sementara Han Sen berjalan di sepanjang tulang belakang makhluk itu pada pendakian mereka. Semakin jauh dia berjalan, semakin banyak tanaman merambat yang tampaknya merambati tulang. Itu membuat Han Sen bertanya-tanya berapa lama bagi makhluk itu untuk membusuk, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan tanaman merambat untuk merambati tulang belulang itu.     

Ketika dia menggapai tengkorak makhluk itu, terlihat seperti tengkorak seekor anjing. Giginya mengerikan, dan membayangkan bagaimana mereka akan menghancurkan korban yang tak berdaya membuat hawa dingin merambat ke tulang punggungnya.     

Han Sen menghela nafas dalam hatinya, berkata dalam hati, "Sayang sekali hanya tulangnya yang tersisa. Hanya Tuhan yang tahu berapa lama tulang-tulang ini terbaring di sini. Mereka tidak berguna sekarang."     

Ketika dia bersiap untuk meninggalkan tulang, dia melihat kacang yang tergantung dari tanaman merambat dan menutupi tengkoraknya. Itu tampak kering, kekuningan seperti anggur yang menempel.     

Han Sen pergi untuk melihat lebih dekat. Itu sebenarnya adalah labu. Ukurannya kecil, dan dapat dengan mudah diambil dengan satu tangan. Tampaknya dia tetap tumbuh walaupun tanaman merambat sendiri layu.     

Orang-orang biasa tidak terlalu peduli dengan tanaman atau botani, tetapi itu adalah subjek yang sangat menarik bagi Han Sen. Dengan begitu banyak tanaman merambat menyelimuti tengkorak, dia bertanya-tanya apakah labu itu memiliki keistimewaan tertentu.     

Han Sen melingkarkan tangannya di sekeliling labu dan mencoba mencabutnya dari tanaman merambat. Walaupun mengerahkan semua kekuatannya, dia tidak dapat mencabutnya. Dengan sangat terkejut, dia bertanya dengan lantang, "Mengapa labu ini begitu keras kepala?"     

"Menyerahlah, teman. Cobalah sekuat tenaga, benda itu tidak akan pernah lepas. Labu mati itu sekuat tulang yang melekat padanya. Bahkan walaupun menggunakan senjata, itu tidak akan berhasil. Kau bukan orang pertama yang menanyakan hal ini. Banyak orang datang untuk mencoba keberuntungan mereka dan putus asa, ada yang mencoba dengan api. Namun semuanya sia-sia. " Xu Dongjin tertawa kecil saat berjalan.     

Mendengar dia mengatakan ini, Han Sen hanya menjadi lebih penasaran. Dia memanggil pedang maskotnya dan berkata, "Jika memang seperti yang kau katakan, aku harus mencobanya sendiri."     

Han Sen menebas labu dengan sekuat tenaga. Rasanya seperti dia menabrak karet, dan dengan sedikit melangkah mundur, pedang itu seperti menebas batu dan memantul.     

"Benarkan perkataanku?" Xu Dongjin melanjutkan tawanya.     

"Kau benar. Labu itu sangat keras!" Rasa penasaran Han Sen semakin meningkat, berpikir labu itu pasti sangat istimewa.     

Tidak normal bagi tanaman labu bisa sekuat itu. Seharusnya tidak sulit untuk dicabut. Han Sen mengambil pedangnya dan meraih labu dengan tangannya sambil diam-diam mengaktifkan kunci gennya. Saat dia bersiap untuk menarik dengan segenap kekuatannya, labu itu jatuh ke tangannya. Ini cukup mengejutkan baginya.     

Xu Dongjin bahkan lebih terkejut. Dia tidak bisa tidak percaya labu itu sekarang di tangan Han Sen, dan dia hanya bisa bertanya, "Bagaimana kau melakukan itu?"     

Selama bertahun-tahun, tanaman merambat telah melingkari tulang-tulang itu. Tak terhitung jumlah orang yang datang dan pergi, masing-masing mencoba keberuntungan mereka untuk mencabut labu itu, dan semuanya menemui kegagalan.     

Tapi sekarang, Han Sen baru saja datang dan berhasil mencabutnya dengan hanya menariknya. Ini membuat Xu Dongjin merasa bingung.     

"Aku tidak tahu apa yang kulakukan. Aku hanya menariknya sedikit lebih kencang dan labu itu jatuh." Han Sen hampir merasa kecewa karena telah berhasil mencabut labu dengan mudah.     

Xu Dongjin menyaksikan Han Sen menarik labu dari tanaman merambat dengan mudah dan merasa sangat terkejut.      

"Apa yang terjadi di sini?" Chen Ran membawa Ratu dan pengikut-pengikutnya untuk melihat ada keributan apa.     

"Teman baru kita, Saudara Han, berhasil menarik labu dari tanaman merambat dengan tangannya." Xu Dongjin menceritakan pada Chen Ran.     

Chen Ran dan para pengikutnya tidak tahu harus berpikir apa, tetapi mereka tidak memikirkan masalah ini. Mereka masih percaya itu labu adalah biasa.     

"Saudara Han, kau tampak seperti orang yang beruntung. Hanya Tuhan yang tahu sudah berapa tahun labu ini telah melekat pada tanaman merambat yang melahirkannya, walaupun ada banyak orang yang berusaha untuk melepaskannya. Sepertinya labu itu telah menerimamu sebagai pemiliknya," kata Chen Ran sambil tersenyum. Dia melanjutkan, "Apakah kau mengizinkanku untuk melihat benda itu secara keseluruhan?"     

"Tentu saja." Tanpa ragu, Han Sen menyerahkan labu itu ke Chen Ran.     

Chen Ran memeriksanya sebentar tetapi tidak melihat sesuatu yang luar biasa. Dia kemudian memberikannya pada Xu Dongjin untuk dilihat, yang sampai pada kesimpulan yang sama. Xu Dongjin kemudian menyerahkannya kembali ke Han Sen.     

"Jika ini adalah takdir, Han Sen harus menerimanya. Mungkin itu semacam harta, yang nilai sebenarnya tidak diketahui oleh kita," kata Xu Dongjin.     

"Ini hanya labu mati, Xu Dongjin. Ini bukan harta karun. Piala atau souvenir? Tentu. Harta? Sangat sulit untuk dipercaya." Han Sen kemudian menyimpan labu itu di saku dadanya.     

Semua orang melanjutkan perjalanan mereka ke puncak gunung. Dengan bimbingan Chen Ran, mereka berhasil menghindari banyak wilayah berbahaya yang rentan dengan monster ganas. Karena itu, perjalanan mereka sangat mulus dan praktis tidak menemui rintangan.     

Ketika dia berjalan, Han Sen mulai merasa seolah-olah ada sesuatu yang salah. Labu di dadanya mulai berdetak, seakan memiliki hati.     

Han Sen kaget. Dia diam-diam meraba labu, mencoba merasakan apa yang ada di sana.     

Sensasi berdenyut samar datang dari labu, seolah-olah itu memang memiliki detak jantung. Tetapi karena itu sangat lemah, Han Sen tidak akan bisa mengatakan itu ta hal tanpa indra ketujuh.     

Han Sen begitu terganggu sehingga dia hampir ingin membuang labu itu. Sejak dia melihat bunga teratai yang mengandung delapan belas tawon kristal darah, dia agak takut ikut campur dengan tanaman-tanaman yang aneh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.