Gen Super

Salam untuk Pemimpi



Salam untuk Pemimpi

3Setelah pembantaian para evolver oleh beruang berakhir, tubuh dan darah berserakan di salju. Mereka yang sebelumnya berpikir dapat membunuh beruang dengan mudah, dan sampai sekarang masih hidup, wajahnya pucat pasi. Mereka berharap bisa menumbuhkan dua kaki tambahan agar dapat berlari dengan lebih cepat.     

Ada yang salah dengan otak beruang itu. Dia berusaha membunuh siapapun dan apapun yang menghalangi jalannya tanpa pandang bulu. Dengan tubuh yang terluka parah dan terpuruk di permukaan es, hanya Tuhan yang tahu berapa jumlah mereka yang terbunuh.     

Walaupun Han Sen ingin menghentikannya, dia tidak memiliki kekuatan sekarang. Energinya belum pulih setelah menyerang dengan Serangan Gajah-Rex, jadi dia belum bisa menggunakannya lagi. Dan serangan biasa tidak berguna melawan raksasa yang mengamuk itu.     

Han Sen hanya bisa berharap energinya akan segera pulih. Jika dia bisa menyerang beruang itu dengan Serangan Gajah-Rex sekali lagi, dia pasti akan binasa.     

"Oh tidak! Beruang beku itu menuju ke salah satu tempat penampungan kelas kesatriaku." Wajah Li Xinglun berubah. Dia memanggil Wang Yuhang, berkata, "Paman kecil, kau harus mengalihkannya!"     

Wang Yuhang, dengan ekspresi tertekan di wajahnya, berkata, "Aku berjanji, aku akan berusaha. Tapi otak iblis itu sudah tidak beres! Dia tidak akan menggubrisku seperti dulu."     

Mata Li Xinglun memerah. Dia bergegas maju, berusaha untuk mengevakuasi tempat penampungan yang didekati beruang. Ketika beruang yang beku melihatnya, binatang itu langsung menargetkannya. Orang-orang di dalam tidak akan punya cukup waktu untuk melarikan diri.     

Itu adalah tempat penampungan yang berorientasi pada bisnis, jadi sebagian besar orang di dalam bahkan tidak tahu bagaimana cara bertarung. Jika beruang beku masuk, akan terjadi pertumpahan darah. Sedangkan orang-orang di dalam tidak mampu memberikan perlawanan.     

Banyak orang di dalam tempat penampungan telah menyaksikan pembunuhan beruang sebelumnya di tundra. Peristiwa itu menimbulkan kekacauan dan kepanikan massal, ketika orang-orang berlomba-lomba memanjat untuk melarikan diri demi menyelamatkan hidup mereka.     

Aula tersumbat dengan tumpah ruahnya orang-orang yang berusaha untuk bergegas keluar dengan serentak. Gerbang itu penuh sesak dengan orang-orang gila, sehingga menghambat upaya evakuasi.     

Li Xinglun terus menerus menembakkan panah ke luka beruang beku, tapi itu hanya membuatnya semakin marah. Beruang itu semakin ganas, mungkin karena keadaannya yang hampir mati. Dia ingin menciptakan teror berdarah terakhir sebelum menyerah pada luka-lukanya.     

Han Sen melihat dan mengerutkan kening. Meskipun tempat penampungan itu milik Li Xinglun, setiap tempat penampungan di medan es membayar pajak, dan turut menambah pundi-pundi Han Sen. Apalagi tempat penampungan ini adalah hunian yang menyetor jumlah pajak terbesar.     

Han Sen tidak ingin penghasilannya berkurang, dan dia juga tidak ingin melihat orang-orang terbunuh. Energinya belum pulih, jadi dia tidak bisa menggunakan Serangan Gajah-Rex lagi.     

Beruang beku itu mendekati tempat penampungan dan menghantam dirinya ke dinding, seolah-olah berusaha mencakar jalannya. Cakar depannya membuat bekas goresan yang dalam di permukaan dinding. Sambil melepaskan udara dingin, dia mencoba memanjat tembok.     

Orang-orang di tempat penampungan, di balik tembok itu, berteriak ketakutan. Dindinglah yang memisahkan mereka dari beruang yang beku. Mereka bisa melihatnya; semua pembunuhan yang dilakukannya dengan kejam. Tengkorak yang cekung dan wajah berdarah hanya membuatnya tampak lebih menakutkan. Dia seperti raksasa menakutkan yang memakan orang, dan sebentar lagi, dia akan sampai di atas tembok dan siap untuk menyantap penduduk yang tak berdaya.     

Han Sen melihat beruang beku itu bertengger di dinding tempat penampungan. Dia menggertakkan giginya, mengepakkan sayapnya untuk menambah kecepatan, dan melayang ke arah musuhnya.     

Semua orang menyaksikan Han Sen mendarat dari langit, dengan senjata raksasa yang dikelilingi api di tangan. Dia tampak seperti kepala bor ukuran super besar yang berputar dengan kecepatan maksimal. Terlihat sangat kuat.     

"Pergilah ke neraka, beruang! Makan Paku-Rex keparatku yang menyala-nyala!" Han Sen melompat ke udara, seruan perang menguatkan semangatnya. Paku Rex berapi-api itu diarahkan ke lubang dubur beruang beku, yang masih berusaha memanjat dinding. Dengan dorongan yang sangat kuat, Han Sen menghentakkan senjatanya ke anusnya.     

Api berkobar dan darah menyembur saat bor sepanjang dua meter masuk ke dalam posterior beruang itu.     

Hati Han Sen melompat-lompat kegirangan, dan tulang-tulangnya mengerang. Han Sen sekali lagi mendorong kekuatannya ke maksimum, dan dengan kedua tangan mencengkeram senjatanya, dia mendorongnya sedalam mungkin.     

Setengah dari Paku Rex berputar telah didorong masuk, darah menyembur ke udara seperti air mancur.     

Setiap orang yang menyaksikan adegan ini membeku di tempat, tidak bergerak sedikitpun. Serangan yang baru saja mereka saksikan membuat mereka sangat bahagia, walaupun otot-otot di bokong mereka menegang.     

"Aum!" Beruang beku mengeluarkan tangisan yang menyakitkan. Dia berusaha untuk berbalik dan meraih Han Sen.     

Tapi Han Sen melepaskan Paku Rex Membara dan menghindar, ketika posisinya memungkinkan, dia menendang bagian pegangan Paku Rex yang menonjol sebanyak tujuh kali. Setiap tendangan bagaikan hantaman palu, menekan pasak lebih dalam dan lebih dalam lagi ke bumi coklat.     

Setelah tendangan ketujuh, Han Sen berteriak ke langit. Dia menguras sisa kekuatannya ke tinjunya dan meninju pegangan Paku Rex, satu-satunya bagian yang belum didorong ke dalam beruang. Setelah itu, seluruh Paku Rex Membara terbenam di dalam tubuhnya.     

Darah mengalir dari belakangnya, saat beruang itu berteriak. Namun, teriakannya terpotong saat tubuh itu jatuh ke tanah dengan berat. Hasilnya adalah gempa yang menggetarkan seluruh tempat penampungan.     

"Makhluk Super Terbunuh: Beruang Beku Raksasa. Jiwa binatang belum diperoleh. Daging makhluk ini tidak bisa dimakan, tapi bisa memanen sari Geno Kehidupannya. Konsumsi sari Geno Kehidupannya untuk mendapatkan poin super geno secara acak, mulai dari nol hingga sepuluh."     

Han Sen mendengar suara yang dikenalinya tetapi kecewa tidak menerima jiwa binatang itu, karena dia telah bersusah payah membunuh makhluk super itu.     

Tapi Han Sen harus menerimanya. Dia memang jarang mendapatkan jiwa binatang makhluk super. Tentu saja, tidak ada salahnya untuk mencoba. Oleh karena itu, dia berharap akan bisa mendapatkan jiwa binatang beruang beku itu.     

Mata semua orang terbelalak kebingungan, menyaksikan Han Sen kembali ke langit seperti dewa. Tidak ada yang berbicara sepatah kata pun, dan tempat itu sunyi senyap.     

Tetapi kemudian, setelah masa hening berlalu, para evolver di dalam tempat penampungan mulai merayakan kemenangannya. Seseorang berteriak, "Salam ke pemimpin!"     

Evolver lainnya yang baru saja lolos dari kematian bergabung, menyerukan, "Salam untuk pemimpin!"     

"Salam untuk Dewa Pemecah Anus!" Seseorang merubah seruan.     

Yang lainnya mengikuti seruan yang baru, "Salam untuk Dewa Pemecah Anus!"     

Suara-suara itu bergemuruh ke langit dan Han Sen hampir jatuh ketika mendengar seruan-seruan itu. Dia sebenarnya merasa agak canggung. Jika dia masih memiliki kekuatan, dia akan turun, mencari tahu siapa yang memulai seruan konyol itu, dan membunuhnya.     

Tubuh beruang beku menghilang. Han Sen meraih kristal es seukuran kepalan tangan dari tempat mayat itu berbaring dan terbang.     

Berita tentang kemenangan Han Sen atas beruang beku itu menyebar jauh dan luas di seluruh medan es, tetapi berita tentang pembantaian makhluk super oleh Ji Qing sendiri belum diumumkan. Orang-orang biasa tidak tahu tentang keberadaan makhluk super, dan karena itu meyakini bahwa Han Sen hanya membunuh makhluk berdarah sakral yang sangat kuat. Tidak ada yang tahu itu adalah makhluk super.     

Tetapi orang-orang yang menyaksikan perkelahian yang terjadi pada hari itu menceritakan kisah Han Sen yang membelah anus raksasa dari beruang beku beberapa kali. Dan kisah inilah yang membuat Han Sen mendapat gelar "Dewa Pemecah Anus."     

Cerita tersebut membuat orang-orang yang mendengarnya menjadi penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak tentangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.