The Alchemists: Cinta Abadi

Meminta Bayaran



Meminta Bayaran

2L akhirnya mengangguk pelan dan membenamkan wajahnya di bahu pemuda itu. Mereka diam dalam posisi itu selama beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar suara L menggugah keheningan.     

"Lily sudah bangun..."     

London menoleh ke arah keranjang bayinya dan mengangguk. "Oh iya... dia pasti lapar dan mau mandi. Kau urus Lily dulu, aku akan menyiapkan air mandinya."     

Ia lalu menurunkan tubuh L dan menatap gadis itu yang berjalan menghampiri bayi mereka dan mengangkat Lily yang mulai protes karena dibiarkan sendirian. Dengan penuh kasih sayang L memangku Lily dan menyusuinya.     

London memperhatikan adegan itu sambil tersenyum tipis. Tidak lama kemudian ia masuk ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk memandikan Lily. Rasanya aneh juga, setelah menikah dengan L, tidak ada yang berubah dalam aktivitas mereka. Perbedaan paling mencolok adalah kini ia dan L sudah saling terbuka dan saling mengungkapkan rasa cinta tanpa menahan diri lagi.     

Ia sudah memutuskan selama dua hari terakhir ini, ketika ia mendengar bahwa L sampai jatuh sakit karena sangat cemburu melihatnya dengan Caroline, bahwa ia akan mengambil tindakan tegas dan mengajak L menikah. Tidak perlu menunda-nunda dan menimbulkan keraguan lagi di hati masing-masing.     

Ia tahu L hanya perlu diyakinkan. London sudah mendengar dari Pammy bagaimana pembatalan rencana pernikahan yang dilakukannya dulu ternyata sangat menyakiti hati L dan membuat gadis itu sangat sulit percaya kepadanya.     

Maka ia kemudian bertekad untuk membuktikan niatnya dengan langsung menikahi gadis itu begitu L menerima lamarannya. Tidak ada gunanya juga menunda-nunda. Toh, keluarganya sudah mengetahui tentang hubungannya dengan L dan mereka hanya ingin melihatnya bahagia.     

Mereka masih bisa merayakan pernikahan mereka nanti dengan pesta meriah di Stuttgart. Yang penting sekarang adalah ia dan L sudah bersatu. Ia juga sudah memikirkan baik-baik tentang karier L dan keinginan gadis itu untuk menjaga privasinya. London sudah memutuskan bahwa ia tidak keberatan jika L tidak membeberkan masalah pribadinya ke depan publik dengan memberitahukan identitas suami dan anaknya.     

London merasa itu sudah cukup asalkan L mengaku sudah menikah dan punya anak, agar pria-pria di luar sana yang jatuh cinta kepada istrinya itu tahu bahwa L sudah ada yang punya dan mereka mundur teratur. Dengan pernyataan L kepada media minggu lalu bahwa ia memang hamil dan sudah melahirkan seorang anak, London merasa L telah berkompromi cukup besar.     

Kini semuanya akan baik-baik saja.     

"Air mandinya sudah siap," kata pria itu lima belas menit kemudian.     

"Terima kasih." L mengangguk dan menggendong Lily yang tampak  sangat ceria untuk masuk ke kamar mandi dan memandikan bayinya.     

Setengah jam kemudian Lily telah berbaring kembali di keranjangnya sambil berceloteh gembira. Pakaiannya telah diganti dengan onesie bermotif beruang yang lucu dan tubuhnya ditutupi selimut biru yang hangat. Tangannya sibuk bermain dengan sebuah boneka panda yang bisa digigiti. Kedua orang tuanya memperhatikan dari samping dengan penuh kebahagiaan.     

London duduk di kursi dan L duduk di  pangkuannya. L yang selama ini sangat jarang tersenyum, malam ini telah berkali-kali tersenyum, menampakkan sepasang mata hitam yang berkilauan. Ia benar-benar bahagia.     

"Besok aku punya kejutan untukmu," bisik London ke telinga istrinya.     

"Oh ya? Apa itu?" tanya L keheranan. Ia merasa tidak ada yang lebih mengejutkan daripada dilamar dan dinikahi hanya dalam waktu beberapa jam saja. Tetapi mungkin London punya rahasia yang bisa membuatnya lebih terkejut dari ini, pikirnya.     

"Kalau aku bilang sekarang, namanya bukan kejutan lagi..." kata pria itu dengan nada serius.     

"Dasar kau!" gerutu L. "Seharusnya kau tidak usah bilang, sekarang aku akan menjadi penasaran setengah mati."     

"Aku bisa memberi sedikit petunjuk biar kau tidak penasaran, tetapi aku minta bayaran," cetus London dengan nada jahil.     

L mengerutkan keningnya dan memandang pria itu dengan tatapan curiga. "Apa yang kau inginkan?"     

Ia melihat sepasang mata suaminya terfokus pada dadanya dan ekspresi pria itu tampak sedikit bodoh. Tanpa sadar L menutup dadanya dengan kedua tangan. "Astaga.. kau pasti sedang berpikir mesum lagi tentang aku.."     

London yang tertangkap basah hanya tertawa malu dan mengangguk. "Maaf... susah untuk tidak berpikiran mesum tentang istriku tersayang kalau kau ada di sini di pangkuanku."     

Ia menarik lepas tangan L pelan-pelan dan menaruhnya di lehernya. Sekarang wajah mereka saling berhadapan dan bibirnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari satu sama lain.     

L memejamkan mata dan secara alami mendorong bibirnya untuk menutup jarak di antara mereka. Ketika bibir keduanya bertemu, London menyambut inisiatif L dan menciumnya dengan lembut. Ia mengulum bibir bawah gadis itu dan mengigitnya pelan, lalu melumat bibir atasnya dan kemudian menerobos masuk ke dalam mulut L dan membelit lidahnya.     

Mereka berciuman dengan panas selama beberapa menit. Dari bibir gadis itu mulai terdengar desahan seksi yang membuat gairah London menjadi tergugah. Tangannya yang tadi meremas rambut L yang panjang perlahan-lahan turun ke punggungnya, lalu ke pinggangnya, dan kemudian dengan nakal menyelusup masuk ke balik blusnya. Dengan ahli ia membuka kaitan bra L dan segera saja sepasang payudara sintal milik gadis itu terbebas dari perangkapnya.     

Kedua tangan London semakin bergerak maju ke bagian depan tubuh L hingga menyentuh bukit kembarnya yang kini menyembul keluar dari balik bra. Ia meraba kulit L yang sehalus sutra dan meremas sepasang payudaranya yang lunak dengan perasaan berdebar-debar tidak karuan.     

L yang bertubuh mungil memiliki lekuk-lekuk yang sangat indah serta payudara yang penuh dan seksi. Begitu ia merasakan kelembutan dua benda lunak itu, London menjadi tidak sabar untuk melihatnya secara langsung. Ia sangat merindukan ini.     

Ia melepaskan bibirnya dari bibir L dan melucuti pakaian atas gadis itu dengan cepat. Kini di hadapannya telah terpampang pemandangan paling indah di dunia. L yang masih malu-malu tampak mengamati wajah London yang terkesima menatap tubuh bagian atasnya yang polos.     

Wanita mana yang tidak senang jika laki-laki yang mereka cintai menatap mereka dengan pandangan kagum sekaligus penuh cinta? L pun merasa demikian.     

Ia mengusap kepala London dan tersenyum tersipu. Pria itu kemudian menunduk dan mencium leher, bahu dan turun ke dada L. Setiap sentuhannya membuat gadis itu mendesah dan pada akhirnya membuat London semakin bergairah.     

Ia meremas dan memilin payudara L secara bergantian dengan penuh sukacita dan hendak melanjutkan aksinya dengan membuka rok kulit yang dipakai gadis itu ketika tiba-tiba L berbisik di sela desahannya, "Sayang... ahh.. Lily.. Lily... ahh.. masih bangun. Jangan... sekarang..."     

London hanya bisa menghela napas panjang dan memejamkan matanya selama beberapa saat untuk mendinginkan hasratnya. Ia tidak boleh egois. Mereka harus memastikan Lily tidur dengan baik sebelum melakukan hal-hal mesum.     

Ia membuka matanya dan kemudian mencium bibir L dan mengambilkan pakaiannya dari lantai. Ia membantu L berpakaian sebelum kemudian bangkit berdiri dan mendekati Lily.     

"Sayang.. kau tidur cepat ya.. Ayah akan membacakan cerita untukmu..."     

L hanya terkikik pelan mendengarnya, Ia melihat London mengangkat Lily dan menggendongnya. Pria itu kemudian mengambil sebuah buku dan duduk di kursi sofa yang besar. Ia lalu menaruh Lily di dadanya dan mulai membacakan sebuah dongeng pendek. Ia berusaha menyabar-nyabarkan diri dan menunggu sampai bayinya mengantuk dan tidur.     

Setelah lima belas menit dan usahanya ternyata gagal, ia menatap L dengan pandangan memohon. "Bisakah kau menyanyi untuknya? Lily pasti bisa langsung tidur kalau kau menyanyikannya nina bobok..."     

L mengangguk. "Bisa saja. Tetapi aku minta bayaran," jawab L membalas perkataan London tadi.     

Pria itu tertegun sesaat mendengar kata-kata L, dan kemudian ia tertawa. L barusan telah membalasnya dengan menggunakan kata-katanya sendiri.     

"Hmm.. baiklah. Apa yang kau inginkan?" kata London akhirnya.     

L tersenyum penuh kemenangan. "Aku ingin tahu apa kejutannya yang kau siapkan besok."     

London tertawa dalam hati. Ia tadi akan memberi tahu kejutannya kepada L dengan imbalan mereka bercinta malam ini, karena ia sudah sangat merindukan tubuh gadis itu. Tetapi mereka tidak dapat melakukannya karena Lily belum bisa tidur.     

Satu-satunya cara aga Lily bisa cepat tidur adalah dengan L menyanyikannya lagu menjelang tidur. L bersedia menyanyi dengan imbalan London memberitahunya kejutan yang akan dia berikan besok.     

Nah, bukankah pada akhirnya London juga yang akan diuntungkan? Ha ha ha... Kepolosan L membuat pria itu sangat geli sekaligus senang. Ah.. ada untungnya juga punya istri yang masih kekanakan dan kadang agak lugu, pikirnya.     

London hanya menyimpan semua pikiran itu di dalam hati. Ia tetap memasang wajah serius saat ia mengangguk setuju.     

"Baiklah.. aku akan memberitahumu begitu kau menyanyi dan Lily jatuh tertidur."     

L mengangguk dan mulai menyanyi. Suaranya yang indah seperti suara siren segera memenuhi ruang tamu mereka dan meninggalkan ekspresi kagum pada wajah pria dan bayi yang sedang digendongnya itu. Mereka berdua adalah penggemar L nomor satu dan mereka sangat menyukai suaranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.