The Alchemists: Cinta Abadi

Rahasia L



Rahasia L

1Selama satu jam London hanya dapat mondar-mandir di tempatnya sambil menunggu kabar dari Carl. Ia sungguh cemas memikirkan kabar L. Selama ia belum mendengar informasi dari Carl ia tidak bisa tidur.     

Tengah malam ponselnya berbunyi dan terdengar suara Carl yang ditunggu-tunggunya itu.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya London cepat.     

Carl memberi laporannya dengan singkat dan jantung London rasanya seperti mau berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak mengira itu yang terjadi.     

"Terima kasih, Carl. Aku akan segera menemuinya." Pandangannya tertumbuk pada jam tangannya dan ia sadar sekarang sudah hampir tengah malam. Ia tidak boleh datang sekarang dan mengganggu istirahat L. "Tolong kirim orang untuk menjaganya di sana. Aku akan datang besok pagi-pagi sekali."     

"Baik, Tuan."     

London menutup teleponnya dan merenung lama sekali.     

Ia sama sekali tidak bisa tidur malam itu dan hanya bisa duduk di ruang kerjanya sambil minum wine.     

***      

Pukul enam pagi ia sudah berganti pakaian sederhana, menyimpan jam tangannya dan mengenakan sepatu kets lalu menaiki mobil biasa yang sudah dipesannya kepada Carl untuk disiapkan. Ia mengemudi sendiri ke alamat yang diberikan Carl.     

Pukul tujuh pagi ia sudah tiba di rumah kecil di pinggir kota itu. Begitu ia menghentikan mobilnya di depan gerbang, ia melihat sebuah mobil BMW hitam bergerak menjauh. Ia tahu itu adalah tim pengamanan yang dikirim Carl untuk L tadi malam, dan sekarang mereka memberinya privasi.     

London menarik napas panjang. Ia lalu keluar dari mobilnya dan mengetuk gerbang beberapa kali. Setelah beberapa menit terdengar jawaban seorang wanita dan gerbang pun dibuka sedikit.     

"Selamat pagi, Anda mau mencari siapa?" tanya wanita berumur 40-an dari balik pintu.     

"Saya mau bertemu Nona Elle, ini penting sekali," kata London sambil menampilkan senyum termanisnya. Wajah tampan dan senyum manis yang demikian tulus dengan mudah menaklukkan hati sang penjaga rumah dan ia pun mempersilakan tamu ini masuk.     

"Siapa itu, Lola?" terdengar suara merdu seorang wanita dari dalam rumah.     

Sebelum sang penjaga rumah bisa menjawab, London telah memberi tanda dengan telunjuk di bibirnya, agar Lola tidak memberitahukan kedatangannya.     

"Ini kejutan..." bisik London dengan senyum manis sekali. Lola tampak senang karena dilibatkan dalam memberi kejutan manis bagi sang nyonya. Ia lalu mengangguk dan mempersilakan London masuk. "Terima kasih, Lola. Aku sudah sangat lama tidak bertemu dia. Aku mau memberinya kejutan."     

Ia cepat-cepat masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju asal suara. Di ruang tamu rumah kecil itu ia melihat sesosok wanita sedang duduk di sofa sambil menatap ke arah taman kecil yang dipenuhi bunga tulip di samping rumah.     

"Elle...." panggil London setelah ia tiba di dekat gadis itu. L sontak menoleh ke arahnya dan ekspresinya adalah gabungan terkejut, malu, dan marah. Ia menatap London dengan pandangan tajam.     

"Aku tidak pernah mengundangmu datang ke sini," katanya ketus.     

London tidak mempedulikan kejudesan L kali ini. Ia berjalan mendekati gadis itu dan bersimpuh di depannya. "Aku tahu kehadiranku tidak diinginkan. Tetapi tolong dengarkan aku..."     

"Aku tidak perlu mendengarkanmu," kata L berusaha bangkit tetapi tangannya dipegang London dan ditahan agar tetap di tempatnya.     

"TOLONG DENGARKAN AKU SEKALI INI."     

L tertegun melihat untuk pertama kalinya London menaikkan suaranya kepadanya. Ia lalu diam di tempatnya dan menatap London.     

"Apa yang kau inginkan?" tanya gadis itu kemudian.     

"Aku sudah tahu apa yang terjadi. Kau hamil dan tidak menginginkan anak ini, karena dia akan mengganggu rencana-rencanamu... Karena itulah kau menyembunyikan diri dan berencana melahirkannya untuk kau berikan kepada orang lain."     

Pandangan mata London tertumbuk pada perut L yang mulai membesar. Kalau ia tidak salah hitung, berarti sekarang kandungan gadis itu sudah hampir empat bulan. Dua bulan lalu ketika ia berada di Singapura dan L  tiba-tiba menolak mengangkat teleponnya, ia bisa menduga karena saat itu L baru mengetahui bahwa dirinya hamil akibat perbuatan mereka di pesta Stephan.     

L tentu merasa ia harus memutuskan hubungan sama sekali dari London agar pemuda itu tidak mengetahui bahwa ia mengandung anak mereka. London bisa membayangkan, L yan merasa putus asa dan menganggap rencana-rencananya yang sudah tersusun rapi dengan album yang akan keluar, tur bersama Rainfall, dan bahkan menjadi berbagai bintang iklan untuk Schneider Group akan menjadi berantakan kalau sampai ia hamil dan melahirkan anak yang tidak diinginkan itu.     

Setelah melalui banyak pertimbangan L lalu memutuskan untuk berpura-pura sakit dan kemudian melahirkan bayinya diam-diam, menyerahkannya untuk diadopsi orang lain, lalu kembali kepada kehidupannya yang lama, seolah tidak terjadi apa-apa.     

Sayangnya L tidak tahu ia berurusan dengan siapa kali ini. London dengan mudah mengetahui apa yang terjadi dan menemukannya dengan bantuan Carl. Bahkan sebenarnya, kalaupun L ingin bersembunyi hingga ke ujung dunia sekalipun, London akan tetap dapat menemukannya.     

Sepasang mata hitam L yang biasanya galak itu kini dipenuhi air mata.      

"Jadi kau sudah tahu..." kata gadis itu pelan. "Maka kau pasti tahu kalau aku tidak punya pilihan lain."     

London yang tadi hampir marah, kini tidak dapat lagi bersikap keras kepada L. Sungguh hatinya sangat lemah terhadap air mata gadis ini.     

"Kenapa tidak punya pilihan lain?" tanya London dengan suara lembut. "Kau tidak harus menanggung ini sendirian. Aku juga turut andil dan aku bersedia bertanggung jawab untuk membantumu. Sejak hari pertama aku selalu ada untukmu. Kenapa kau harus menyembunyikan ini dariku?"     

L menggeleng-geleng sedih. "Aku tidak mau kau tahu. Aku bisa menduga kau akan dengan konyol menawarkan untuk menikahiku sebagai solusinya."     

"Aku tidak... " London lalu terdiam. Ia hendak mengatakan bahwa mereka belum terlalu saling mengenal untuk ia menawarkan untuk menikahi L. Baginya, sebagai seorang alchemist, pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Ia tidak dapat menikahi L hanya karena mereka terjebak tidur bersama dan kini gadis itu mengandung anaknya.     

Tetapi kini saat melihat gadis cantik itu berurai air mata dan mengingat di dalam perutnya kini ada anak, darah daging London sendiri, pemuda itu sekarang merasa keputusan itu sama sekali bukan pilihan yang buruk.     

Ia tidak sulit membayangkan menikah dengan gadis ini dan membesarkan anak mereka bersama. Ia memang sudah mencintai L, dan ia ingin menikah dengannya dengan atau tanpa kehamilannya.     

London akhirnya menghela napas dan mengangguk. "Kau benar. Aku akan bertanggung jawab dan menikahimu, lalu mengurus kalian berdua. Aku tidak akan menarik perkataanku."     

L menggeleng berulang-ulang dan air matanya menjadi semakin deras, "Aku tidak mau menikah denganmu. Tolong jangan paksa aku.... Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena aku mengandung anakmu. Ini adalah sebuah musibah. Kita dijebak orang jahat. Kau tidak harus bertanggung jawab. Aku anggap saja aku sedang sial."     

Kata-kata L yang diucapkannya barusan sungguh terasa menusuk. London tidak mengira seorang perempuan bisa demikian tidak berperasaan seperti L. Ia menatap gadis itu dengan pandangan dipenuhi kekecewaaan.     

"Apa kau tidak mau menikahiku karena aku miskin?" tanyanya pelan.     

L mengangguk pelan. Wajahnya dipenuhi ekspresi penyesalan. "Maafkan aku. Kau laki-laki baik, tetapi aku tidak bisa menerimamu."     

London sangat sangat kecewa mendengarnya. Setelah kondisinya menjadi seperti ini, L masih saja tidak berubah. Ia sangat egois dan lebih mementingkan dirinya sendiri daripada anak yang dikandungnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.