The Alchemists: Cinta Abadi

Perjanjian dengan Terry



Perjanjian dengan Terry

2"Ayo kita pulang," ajak London kepada Rune dan Jan setelah L menghilang di balik panggung. Ketiganya lalu bangkit berdiri dan berpamitan kepada para pejabat di sekitar mereka dan keluar dari area VVIP lewat belakang panggung.     

Tindakan tiga orang penting ini langsung dipahami para penonton dan semua orang di seluruh dunia yang menyaksikan acara lewat tayangan Virconnect sebagai pernyataan tegas bahwa ketiganya datang ke festival hanya untuk menonton L menyanyi.     

Hal ini segera menimbulkan kehebohan yang bahkan jauh lebih besar daripada saat tadi Rune naik ke atas panggung dan menyerahkan bunga kepada L.     

"Wahh... hebat sekali penyanyi pendatang baru itu...! Keluarga Schneider datang hanya untuk menonton penampilannya...!!!"     

"Memang artis barusan sangat cantik dan berbakat..."     

"Albumnya baru keluar kan? Wahhh... aku jadi penasaran ingin mendengarkan lagu-lagunya yang lain...."     

L termangu-mangu membaca semua komentar positif orang-orang di internet atas penampilannya barusan. Pammy yang duduk di sampingnya tampak terkejut tetapi gembira.     

Ia juga tidak menyangka artisnya mendapatkan perhatian dari orang selevel London dan Rune Schneider seperti tadi. Ia sekarang mengerti  kenapa begitu mudah baginya mendapatkan banyak kontrak iklan dari Schneider Group bagi L.     

Jangan-jangan London Schneider memang mengagumi L!     

"Ini luar biasa... Keluarga Schneider selama ini terkenal sangat tertutup, tetapi hari ini mereka secara terbuka menunjukkan dukungan kepadamu..."     

"Kau pikir begitu?" tanya L ragu-ragu. Ia tidak merasa sesenang Pammy karena seingatnya ia belum pernah bertemu satu pun anggota keluarga Schneider. Jadi bagaimana bisa mereka menyukainya?     

"Tentu saja! Mereka pulang begitu kau selesai tampil. Itu tandanya mereka datang hanya untuk menontonmu menyanyi. Aku tidak akan heran kalau nanti Tuan Schneider sendiri akan datang menemuimu dan mengajakmu kencan," seru Pammy antusias. "Kau masih mau menonton atau mau kuantar pulang sekarang?"     

"Hmm... aku tidak enak badan. Aku mau pulang saja," kata L sambil menggeleng lemah. "Kau bisa bawakan bunganya. Besar sekali, aku tidak sanggup mengangkatnya lama-lama."     

Pammy tertawa dan memberi tanda agar seorang staf penyelenggara membantu membawakan bunga itu ke mobilnya.     

***     

London hanya memperhatikan dari jauh saat L dan Pammy menaiki mobil sang manajer dan meninggalkan arena festival. Ia melihat bunga besar yang tadi diberikan Rune untuk L dimasukkan ke kursi belakang, sementara untuk ekspresi L sendiri ia tak dapat membacanya.     

Ia tidak tahu apakah L merasa senang menerima bunga dari London Schneider atau biasa saja. Ugh... kenapa sulit sekali membaca ekspresimu? pikirnya gemas.     

"Ayo kita kembali ke penthouse dan mengobrol." Rune menggandeng bahu London dan menariknya ke mobil Marc yang sudah menunggu. Mereka bertiga masuk ke mobil dan melaju menuju ke penthouse.     

[Heiii... adikku rupanya sudah bisa jatuh cinta.] Tiba-tiba masuk SMS dari Terry ke ponsel London.     

Astaga! Apa-apaan ini??     

London menyipitkan mata membaca pesan itu. Mobil baru berjalan tetapi tiba-tiba ia merasa mabuk kendaraan.     

Ia buru-buru mengetik balasan. [Apa maksudmu?]     

[Aku tidak buta. Barusan berita tentang keluarga Schneider menjadi trending di Splitz. Kau jatuh cinta pada penyanyi itu?]     

[Astaga... aku cuma memberinya bunga.] balas London.     

[Kau TIDAK PERNAH memberikan bunga kepada siapa pun.] cecar Terry. [Kalian ini keterlaluan sekali ya... ]     

[Keterlaluan kenapa?] tanya London bingung.     

[Kemarin Aleksis sudah melangkahiku, dan sekarang kau juga. Apa kalian tidak memikirkan perasaanku? Apa kata orang kalau dua adikku menikah sementara aku, kakak kalian, masih membujang? Reputasiku akan tercoreng!]     

London hanya memutar matanya membaca keluhan Terry. Salah sendiri sampai sekarang Terry masih tidak mau mencari kekasih! Kenapa sekarang jadi menyalahkan aku? pikirnya sebal.     

[Nicolae jauh lebih tua darimu dan masih membujang, dia tidak bermasalah sama sekali. Tirulah Nicolae yang memiliki rasa percaya diri tinggi dan tidak mempedulikan omongan orang.] balas London cuek.     

Ia buru-buru menambahkan [Aku akan membantumu mencari kekasih, tapi jangan beri tahu Mama dan Papa. Aku mau menyampaikan sendiri kepada mereka bulan depan.]     

[Baik. Tapi kau berhutang satu kepadaku.] Terry mengirim balasan dengan cengiran iseng di wajahnya. Ia senang sekali mendapatkan amunisi untuk mengganggu adik-adiknya.     

Siang ini ia sedang bosan dan iseng mencari-cari berita menarik di Splitz dan menemukan artikel tentang festival Menyambut Musim Panas di Berlin yang disponsori Schneider Group. Ada satu poin menarik di sana tentang seorang penyanyi muda dan cantik yang sepertinya menarik perhatian salah seorang pewaris keluarga Schneider yang terkenal itu.     

Siapa yang mengira ia akan beruntung. Tadinya ia hanya mengirim SMS kepada London untuk menggodanya, ternyata dari balasannya, London memang benar-benar jatuh cinta kepada penyanyi itu.     

Dalam hatinya Terry senang melihat adiknya bahagia, tetapi tentu saja ia tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Karena itulah ia pura-pura tersinggung bahwa dua adiknya telah menemukan cinta sementara ia masih saja membujang.     

Setelah berpikir sejenak, ia tersenyum sangat jahil dan kembali mengirim SMS terakhir kepada London untuk mengganggu adiknya.     

[Aku tidak akan bilang kepada ayah dan ibumu, asalkan kau berjanji, anak pertamamu harus diberi  nama sesuai namaku.]     

London hampir tersedak membaca SMS terakhir dari kakaknya. Terry keterlaluan sekali, pikirnya sebal. Sayangnya ia tidak berdaya. Ia benar-benar belum siap menghadapi orang tuanya kalau sampai mereka tahu tentang hubungannya dengan L.     

[Oke, kalau laki-laki. Kalau anak pertamaku perempuan perjanjian ini tidak berlaku.] Akhirnya ia membalas dengan bibir mengerucut, kemudian ia matikan ponselnya.     

Anakku pasti perempuan, katanya dalam hati, menghibur diri sendiri.     

***     

London, Jan dan Rune bersenang-senang di penthouse mengobrolkan banyak hal remeh seperti saat mereka masih remaja dulu. Kalau dipikir-pikir, terakhir kali mereka berkumpul bersama dalam suasana santai adalah empat tahun yang lalu saat London belum mengambil alih kantor di Jerman dari ayahnya. Kini ia lebih banyak disibukkan oleh pekerjaan dan tidak punya waktu untuk bersantai bersama adik dan sahabatnya.     

Mereka mengobrol dan minum wine sampai tengah malam. London minum agak banyak dari biasanya karena ia sedang resah. Terry sudah tahu ia menaruh hati kepada L, dan sebentar lagi ia juga harus memberi tahu seisi keluarganya.     

Bagian yang paling sulit tentu menceritakan kepada mereka tentang apa yang terjadi sehingga beberapa bulan lagi ia akan menjadi seorang ayah.     

Selama ini, ia  tidak menunjukkan keresahan itu di depan Jan, apalagi di depan L, tetapi sesungguhnya diam-diam London banyak memikirkan masa-masa berat yang akan dilaluinya setelah nanti L benar-benar pergi.     

"Tuan terlalu banyak minum. Sebaiknya Marc yang menyetir pulang," kata Jan sambil menyerahkan mantel dari gantungan mantel kepada Jan yang tampak mulai mabuk. Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam.     

"Uhmm... sebentar, aku tidak boleh lupa..." cetus London tiba-tiba. Kesadarannya masih cukup baik untuk mengingat bahwa ia sedang menyamar sebagai fotografer miskin dan sebelum pulang ia harus mengganti pakaian mewahnya menjadi kemeja biasa dan sepatu kets.     

Ia masuk ke dalam kamarnya dan keluar sepuluh menit kemudian dengan pakaian sederhananya. Sebelum ia beranjak keluar penthouse bersama Jan, tiba-tiba ia kembali teringat sesuatu.     

"Uhmm.. aku tadi lupa membeli bunga untuk L. Aku ambil bunga dari balkon saja," katanya dengan suara  tidak  jelas. Ia berjalan ke balkon penthousenya yang besar dan mencabut beberapa batang bunga tulip yang menghiasi pinggiran balkon dengan cantiknya. "Sudah, sekarang aku siap pulang. Tolong panggilkan Marc untuk membantuku berjalan."     

Rune hanya geleng-geleng kepala. Ia sangat mengenal sifat kakaknya dan tidak heran melihat betapa walaupun ia minum terlalu banyak dan hampir tidak bisa berjalan pulang, ia masih ingat untuk membawakan bunga untuk  L. Rune tahu bahwa kali ini kakaknya benar-benar jatuh cinta.     

Setelah melihat Jan dan Marc membawa London pergi, Rune lalu duduk di ruang kerja sambil membuka-buka buku tebal yang disimpan di lemari.     

Tangannya berhenti pada halaman 120 yang memuat beberapa  gambar ramuan dan bahan-bahan tanaman obat, lalu ada judul besar-besar. RAMUAN KEJUJURAN - VERITASERUM.     

"Mungkin ramuan ini bisa membantu," gumamnya pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.