The Alchemists: Cinta Abadi

Kau sudah gila ya, Jan?



Kau sudah gila ya, Jan?

0London terkejut ketika mendengar laporan dari Dave bahwa L sama sekali tidak keluar dari apartemennya selama tiga hari. Ia merasa kuatir karena menduga selama tiga hari ini L pasti merasa sangat tertekan dan sedih sehingga ia tidak keluar rumah sama sekali bahkan untuk berbelanja atau makan. Hanya satu kali manajernya datang membawakan makanan, selebihnya L tidak mau bertemu siapa pun.     

Pada hari keempat barulah gadis itu dikabarkan keluar dengan pakaian rapi menuju ke kantor Brilliant Mind Media, perusahaan entertainment yang baru dibeli London.     

"Bagaimana penampilannya?"  tanya London cepat saat ia mendengar laporan via telepon. "Apa dia terlihat sakit? Sedih? Atau bagaimana?"     

"Iya, wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya menjadi kurus," kata Dave.     

"Hmm... temui aku di kantor Brilliant Mind Media," kata London kemudian. Ia lalu bergegas mengganti pakaiannya dengan kemeja murah yang diterimanya dari Lyana beberapa hari lalu. Gadis itu memberinya tiga setel pakaian sederhana yang bisa membantu penyamarannya sebagai orang miskin. Tak lupa London melepas jam mahalnya dan mengganti sepatu kulitnya dengan sepatu kets simpel.     

Hebat juga L, pikirnya. Setelah terpuruk selama tiga hari, sekarang gadis itu berhasil menguatkan dirinya dan pergi bekerja seolah tidak terjadi apa-apa. Orang yang tidak tahu apa-apa akan mengira gadis itu baik-baik saja, tetapi London lebih tahu. Tubuh yang menjadi kurus dan wajah yang pucat pasti karena L menyimpan rasa marah dan sakit hatinya sendirian.     

Ia naik taksi ke Gedung Brilliant Mind Media dan buru-buru minta bertemu dengan direktur marketing yang sudah dibrief Jan tentang kedatangannya.     

"Selamat siang, aku Killian Makela, diminta Direktur Jan datang untuk kontrak fotografi di majalah Luxe," katanya kepada resepsionis. Gadis itu segera mencari namanya di daftar tamu dan mengangguk. Ia membuka akses lift dan meminta staf untuk mengantar pemuda itu ke lantai 10.     

London tahu di lantai ini ada divisi majalah Luxe yang khusus untuk mengorbitkan para artis yang masuk dalam manajemen Brilliant Mind. Ia sudah meminta Jan untuk mengurus agar L bicara dengan salah seorang editor Luxe untuk mengangkat namanya begitu ia menandatangani kontrak eksklusif dengan Brilliant Mind di lantai 20.     

London sudah terbiasa bekerja efisien dan kalau ia menghendaki, ia bisa mengangkat L yang masih merupakan penyanyi pendatang baru untuk melesat menjadi super bintang dalam waktu beberapa minggu saja. Tetapi agar tidak terlalu mencurigakan ia memberi timeline 4 bulan bagi Jan untuk mengurusi hal itu.     

Begitu L dikontrak oleh Brilliant Mind, ia akan mendapatkan berbagai proyek menyanyi di berbagai event berskala internasional, dan menjadi bintang iklan dan wajah beberapa lini usaha Schneider Group, bahkan kalau perlu menjadi ambassador Virconnect yang baru.     

London hanya perlu bicara kepada kakak iparnya yang baru beberapa bulan lalu melenyapkan Elien Mikhailova, salah satu ambassador Virconnect yang dengan tidak tahu terima kasih malah berusaha menjebaknya. Dengan perintah Alaric, Splitz dapat mengangkat L menjadi ambassador Virconnect yang baru. Gadis itu akan segera terkenal di seluruh dunia dan ia bisa melakukan apa pun yang ia inginkan.     

Setidaknya dengan begitu London bisa mengurangi rasa bersalahnya kepada gadis itu, dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya selama ini.      

"Aku sudah mendengar apa yang terjadi, dan aku mengerti kenapa Tuan ingin membantunya. Tapi apa perlu Tuan datang sendiri ke sana?"  tanya Jan saat menelepon London yang sedang menunggu di lobi majalah Luxe untuk bertemu seorang staf yang akan membahas proyek pemotretan dengannya.     

"Aku hanya ingin melihatnya sendiri dan memastikan dia baik-baik saja. Dia tidak mau keluar apartemen kecuali untuk urusan pekerjaan dan aku tidak tahu bagaimana keadaannya," kata London.     

"Dave atau Marc bisa mengikutinya dan mengirim fotonya kepada Tuan, tetap saja Tuan tidak perlu datang sendiri," Jan diam sejenak, sebelum mencecar London dengan pertanyaannya yang sesungguhnya. "Apakah Tuan menyukainya?"     

"Eh.. apa katamu? Mana mungkin aku menyukainya. Aku baru bertemu dia sekali," bantah London cepat. "Aku hanya merasa bersalah kepadanya. Aku tidak mau dia trauma dan kariernya hancur. Paling tidak, hanya ini yang bisa kulakukan untuknya."     

"Jadi Tuan benar-benar tidak menyukainya?" tanya Jan sekali lagi, berusaha mengkonfirmasi ucapan London.      

Pemuda itu menggeleng, "Tidak. Aku..."     

Ucapannya terhenti.     

Matanya sudah menangkap sosok gadis yang sedang mereka bicarakan melangkah keluar dari lift bersama seorang wanita berusia 30-an yang berpakaian resmi dan seorang editor majalah Luxe.     

L hari ini tampak berdandan cantik sekali dengan gaun resmi berwarna toska yang membalut tubuhnya dengan indah, menampilkan setiap lekuk sesuai porsinya. Sepatunya dengan aksen tali berwarna toska juga membuat penampilannya sangat modis dan sungguh mempesona.     

London hampir menjatuhkan teleponnya ketika ia melihat gadis itu berjalan ke arahnya. Untunglah kesadarannya segera pulih dan ia berhasil menangkap ponselnya sebelum jatuh ke lantai. L tampak menyipitkan mata melihat tingkah London yang gelagapan menangkap ponselnya, sementara manajernya berusaha menahan senyum dan mencubit pinggang L sambil dagunya menunjuk ke arah London.     

"Lihat pria itu... dia sampai salah tingkah di depanmu, lucu sekali," bisiknya ke telinga L.     

Gadis itu menyunggingkan senyum tipis mendengar kata-kata manajernya. Tetapi ketika langkah mereka semakin dekat, tiba-tiba ia mengenali London dan saat itu juga senyumnya menghilang, diganti kerutan yang tidak ramah.     

"Jangan pedulikan dia," desisnya sambil mempercepat langkahnya melewati London yang hanya bisa termangu memandang L masuk ke dalam salah satu ruangan besar bertuliskan "RUANG RAPAT".     

Ugh... sepertinya L benar-benar serius waktu itu saat ia mengatakan ia sama sekali tidak mau bertemu London lagi. Pemuda itu hanya bisa menghela napas.     

Baiklah... ia kan sudah berhasil melihat L dengan mata kepalanya sendiri, dan gadis itu memang terlihat baik-baik saja, maka urusannnya sekarang sudah selesai. Biarlah selebihnya Jan yang mengatur dan memastikan karier L meningkat sesuai keinginannya.     

"Aku sudah melihatnya, dia baik-baik saja... aku akan kembali sekarang," kata London akhirnya setelah memungut teleponnya dan kembali menghubungi Jan. "Badannya terlihat kurus sih dan matanya agak sembab, tapi sikapnya masih semenyebalkan biasanya, jadi harusnya dia memang baik-baik saja.."     

"Aish... Tuan ini," omel Jan mendengar kata-kata London barusan. "Tuan mau lanjutkan penyamaran dan bekerja untuk Majalah Luxe biar bisa menemuinya lagi atau sudah cukup sampai di sini? Kalau sudah cukup, aku akan menjemput Tuan dari sana agar kita bisa langsung pergi ke meeting dengan direksi di Schneider Tower. Kalau Tuan masih mau di sana, aku akan menunda meeting direksi."     

"Menunda meeting direksi hanya agar aku bisa berpura-pura menjadi fotografer untuk Majalah Luxe dan bertemu L lagi? Kau sudah gila ya, Jan?" cetus London.     

"Killian?" Seorang pria flamboyan datang menghampirinya sambil membawa beberapa berkas-berkas. "Namaku Eddie. Kebetulan sekali kau datang sekarang. Fotografer utama kami memerlukan bantuan asisten untuk pemotretan siang ini. Jadwalnya barusan dibuat mendadak untuk artis baru Brilliant Mind. Kau bisa langsung bekerja hari ini?"     

London tertegun mendengar ucapan Eddie. "Artis baru? Siapa?"     

"Namanya L, dia penyanyi bagus, tapi belum terlalu terkenal dan bos kita sangat menyukainya. Ia ingin segera membuat liputan tentang L setelah kontraknya ditandatangani."     

"L?" London segera mematikan panggilan teleponnya dan mengangguk. "Aku bisa mulai bekerja hari ini."     

Di ujung sana, Jan yang baru saja hendak mengatakan sesuatu hanya bisa mengumpat dalam hati ketika bosnya tiba-tiba mematikan teleponnya.     

Ugh... oke, ini berarti ia harus buru-buru mengirim email ke semua anggota direksinya yang akan datang  hari ini bahwa acara meeting tiba-tiba harus dibatalkan.     

"Bisa-bisanya dia tidak mengaku bahwa dia menyukai gadis itu," omel Jan sambil memencet tombol SEND di emailnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.