The Alchemists: Cinta Abadi

Suasana Hati Yang Bagus



Suasana Hati Yang Bagus

3Di ulang tahunnya yang ke-28 sebenarnya tidak ada lagi hal yang diinginkan oleh London dalam hidupnya. Sebagai pemuda dari keluarga sangat kaya dan berkuasa, segala sesuatu yang ia inginkan dapat dengan mudah diperolehnya. Tetapi, kali ini hatinya merasa sangat berbunga-bunga saat L mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya dan membiarkannya mencium gadis itu.     

Sebagai laki-laki normal, ia tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan mencium gadis yang ia sukai, semesra dan selama mungkin. Selama L masih belum kehabisan napas atau memukulnya, London tidak akan berhenti...     

Ciuman yang demikian hangat pelan-pelan berubah menjadi semakin bergairah, karena L terlihat sangat menikmati pertemuan kedua bibir mereka. Dengan lembut London lalu mendorong lidahnya dan mulai menjelajah mulut gadis itu, sementara tangannya mendekap dan mengusap rambut L dengan penuh kasih sayang.     

Pelan-pelan tangannya bergerak turun meraba bahu dan punggung L yang mulus. Tubuh L yang begitu lembut benar-benar menjadi semacam candu yang membuat London tak pernah puas menyentuhnya.     

Ia baru hendak melangkah lebih jauh ketika tangan L menghentikan aksinya.     

Gadis itu menahan tangannya dan menatapnya dengan sepasang mata yang berkaca-kaca, membuat London sangat terkejut. Ia tidak tahu kenapa L tiba-tiba menangis.     

"A.. ada apa? Apa aku menyakitimu?" tanyanya bingung.     

L menggeleng pelan dan melepaskan diri dari pelukan London. Tanpa menjawab, ia lalu mencium pipi pemuda itu kemudian beranjak dan menghilang di balik pintu kamarnya. Tinggallah London sendirian di ruang tamu dengan tubuh panas dan gairah yang terbakar sementara kepalanya dipenuhi kebingungan.     

Mengapa susah sekali mengerti L? Ia sama sekali tidak dapat memahami apa yang baru saja terjadi. L menyambut inisiatifnya, tetapi ketika ia hendak melangkah lebih jauh, L justru menangis, padahal tadi sebenarnya ia cukup menolak. Seolah.. L sebenarnya menginginkan hal yang sama dengan London, tetapi ia menahan diri karena sesuatu hal dan itu membuatnya sedih.     

Benarkah? Atau jangan-jangan London yang terlalu kegeeran hanya karena menyambut ciumannya semalam?     

Semua tindakan L rasanya membingungkan...     

London akhirnya hanya bisa menarik napas panjang beberapa kali dan menenangkan debaran di dadanya lalu masuk ke kamarnya dan berendam air dingin lama sekali.     

"Selamat ulang tahun," gumamnya kepada diri sendiri.     

***     

Keesokan paginya, suara merdu yang sudah lama dirindukan London kembali terdengar dari kamar sebelah, membuat London terbangun dari tidurnya dengan wajah tersenyum.     

Ini adalah bunyi alarm terbaik di dunia!     

Ia ingat peristiwa yang terjadi tadi malam dan seketika menarik napas lega. L ternyata tidak kabur, melainkan pulang ke apartemen mereka. Ia juga tampak tidak marah kepada London, bahkan ia mau dicium, dan bahkan, kalau saja pengendalian diri gadis itu sedikit lebih buruk, mungkin mereka telah kembali tidur bersama.     

Ugh... membayangkan tubuh indah L yang tadi malam hampir bisa kembali dilihatnya membuat London menahan liur.      

Ia menepuk kepalanya sendiri beberapa kali dan berusaha menghilangkan pikiran kotor itu dari kepalanya.     

Ya Tuhan.... Ia masih ingat, terakhir kali ia melihat tubuh indah itu sudah sebulan yang lalu. Walaupun saat itu ia dalam keadaan mabuk, tetapi daya ingatnya setelah hangover-nya berakhir tetap dapat menyimpan setiap gambaran lekuk dan garis tubuh L yang mempesona.     

Ahh... entah kapan ia akan dapat melihat pemandangan surga itu kembali.     

Sampai saat itu tiba, ia akan merawat baik-baik kenangannya yang tersisa tentang L dan tubuhnya yang indah dengan berbagai lekukan sempurna di tempat-tempat yang tepat, serta suara desahannya yang seksi.     

Tanpa sadar London benar-benar mengusap sudut bibirnya dari liur yang hampir menetes.     

Ahh... bayangan tentang L sekarang membuatnya lapar. Ia buru-buru bangun dari tempat tidur dan keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Ia harus membuat sarapan yang istimewa untuk merayakan pertemuan mereka kembali setelah berpisah sepuluh hari.     

Dan nanti siang mereka bisa makan siang di luar atau sekalian piknik. Ia tahu L sudah tidak betah selalu tinggal terkurung dalam ruangan karena kehamilannya. London ingin sekali membawa gadis itu berjalan-jalan.     

Tanggal 8 Juli adalah hari Jumat, memang masih hari kerja, tetapi sebagai pemilik perusahaan, tentu London bisa datang dan pergi ke kantor sesukanya. Ia bisa mencari alasan untuk mengajak L makan di luar.     

Dengan bersiul-siul gembira ia menyiapkan sarapan di dapur dan setelah selesai ia memanggil L dari dalam kamarnya..     

"Ayo makan dulu, jangan sampai Lily kelaparan," katanya gembira.     

L keluar dengan penampilan segar. Ia baru saja mandi dan tampak cantik sekali serta wangi. London harus mengerahkan segenap kewarasannya untuk tidak menyerbu gadis itu dan mengendus serta menciuminya seperti anjing peliharaan yang sudah lama tidak bertemu majikan tersayangnya.     

"Terima kasih," L mengangguk dan mengeluarkan senyumnya yang sangat langka itu. Ahh, pasti L sedang dalam suasana hati yang bagus, pikir London senang.     

Ia masih penasaran tentang Danny Swan dan apa hubungannya dengan L. Ia juga sebenarnya tidak sabar ingin membicarakan apa sebenarnya keputusan yang ingin diambil L tentang poin ke-20 perjanjian mereka, mengingat kemarin saat melihat kehadiran Finland, tiba-tiba L mengatakan ia tidak akan menyerahkan anaknya setelah lahir.     

Namun demikian, London lebih tahu untuk menahan diri dulu dan mencari waktu yang lebih baik untuk bicara dengan L. Hari ini ia tidak ingin merusak hubungan di antara mereka yang sudah terjalin baik kembali.     

Besok-besok kami bisa mulai membahas topik tersebut, pikirnya. Ia memang perlu kejelasan, tetapi ia tidak terburu-buru.     

Mereka lalu sarapan dalam diam, tetapi suasananya sama sekali tidak dingin ataupun kaku. London tahu memang L bukan orang yang cerewet dan banyak bicara. Ia selalu menikmati ketenangan bersama gadis itu.     

"Kenapa kau kembali ke apartemen sini?" tanya London saat mereka berdua bekerja sama mencuci piring bekas sarapan mereka. "Bukannya gedung ini sedang terinfeksi hama dan mesti disterilkan dulu?"     

L hanya mengangkat bahu. "Kupikir sudah selesai. Beberapa hari yang lalu aku lewat sini dan melihat spanduk pembersih hama sudah tidak ada."     

"Kau lewat sini? Memangnya kau ke mana? Aku kira kau hanya diam di suite hotel dan beristirahat. Apakah ada jadwal pekerjaan?" tanya London sambil menata suaranya agar terdengar biasa. Ia tahu L beberapa hari yang lalu pergi diam-diam untuk bertemu Danny. Ia ingin tahu apa alasan L tentang kepergiannya itu.     

"Aku bosan di hotel, jadi aku memutuskan jalan-jalan. Tidak ada urusan pekerjaan. Aku tidak berani mati untuk keluar menerima pekerjaan dan membongkar rahasia kehamilanku," jawab L.     

"Oh... kau jalan-jalan sendirian? Kenapa tidak minta ditemani Pammy?" tanya London lagi.     

"Aku ini cuma hamil, bukan cacat. Aku masih bisa pergi sendiri tanpa harus merepotkan orang lain terus-menerus..." omel L kemudian. "Pammy masih banyak pekerjaan."     

"Oh... begitu. Lalu kau pergi ke mana saja? Kau pergi ke tempat yang indah? Mau ke sana lagi hari ini? Aku bisa membawamu," balas London dengan kalem. "Aku masih mengambil cuti dari kantor dan hari ini bisa menemanimu seharian."     

Sebenarnya London dapat menemani L seharian, semingguan, sebulanan, bahkan setahunan kalau L mau, tetapi tentu saat ini ia tidak dapat melakukannya tanpa membongkar rahasia identitasnya. L pasti akan curiga kalau London tidak pergi bekerja tetapi masih mempunyai uang.     

Atau lebih parah lagi, L akan menganggapnya lelaki malas yang tidak mau bekerja sehingga tidak dapat diandalkan. Karenanya untuk saat ini London hanya akan berpura-pura cuti dari pekerjaannya untuk menemani L jalan-jalan.     

"Aku hanya minum teh di kafe," jawab L sambil mengangkat bahu. "Tapi aku memang rindu piknik di tepi sungai atau taman..."     

"Aha! Kalau begitu hari ini kau, aku dan Lily akan piknik di pinggir sungai!" London tampak sangat bersemangat merencanakan piknik dadakan ini. Ia juga rindu piknik bersama L seperti waktu itu...     

L hanya tersenyum melihat antusiasme London dan mengangguk.     

Hebat sekali! Hari ini L sudah dua kali tersenyum, pikir London. Suasana hatinya pasti benar-benar bagus!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.