The Alchemists: Cinta Abadi

Permintaan Lauriel



Permintaan Lauriel

0Alaric adalah seorang lelaki pendiam, dan Nicolae bukan orang yang terlalu banyak bicara. Ia adalah lelaki yang hangat, tetapi setiap kata-kata yang keluar dari bibirnya selalu dipikirkan dengan baik. Baginya, momen kali ini bersama adiknya tidak memerlukan kata-kata.     

Ketika matahari sudah benar-benar tenggelam dan suasana menjadi gelap, keduanya bangkit dari duduk mereka dan berjalan turun ke lantai dasar. Alaric akan menjemput istri dan anak-anaknya untuk makan malam, sementara Nicolae langsung ke ruang makan.     

Di ruangan yang demikian besar dan megah, para pelayan robot telah berjalan bolak-balik menata hidangan di meja panjang. Satu-persatu tamu mulai masuk ke ruang makan dan mereka mengambil duduk di kursi yang mereka sukai.     

Pukul 7 malam, makan malam yang hangat telah berlangsung di antara keluarga besar Schneider-Medici. Mereka berbincang-bincang dan menikmati makanan dalam suasana yang akrab.     

Sebelum acara makan malam selesai, Lauriel meminta kedua anaknya untuk bergabung dengannya di ruang Holodeck yang ada di lantai 2. Alaric dan Nicolae bertukar pandang mendengar permintaan ayah mereka dan hanya bisa bertanya-tanya ada apa gerangan. Hanya Aleksis yang melemparkan pandangan penuh pengertian saat ia tersenyum kepada Lauriel.     

Aleksis sungguh adalah anak kesayangan Lauriel Medici. Gadis itu sudah tahu apa yang ingin dilakukan oleh Lauriel sebelum anak-anaknya sendiri.     

Ayah kandungnya, Caspar tampaknya juga mengerti. Ia tersenyum tipis dan mengangguk ke arah Lauriel. Ini pasti berkenaan dengan Putri Luna. Akhirnya tiba juga hari ini, pikirnya... Lauriel sudah bisa berdamai dengan masa lalunya dan ia bisa merelakan kekasihnya.     

Tampaknya bukan hanya Nicolae yang sudah bisa melanjutkan hidup.     

***     

Saat para tamu menikmati minuman sambil berbincang-bincang di ruang tamu dan Aleksis menidurkan anak-anaknya bersama Finland dan Kara, tiga orang pria yang berperawakan mirip berjalan menuju ruang Holodeck di lantai 2 kastil itu.     

Alaric membuat ruang ini sejak 5 tahun lalu, ketika Holodeck pertama kali diluncurkan untuk mengobati kerinduannya akan sosok Aleksis yang dikiranya telah tiada. Ia sering mengambil ingatannya dari masa lalu untuk menampilkan sosok Aleksis yang selalu dirindukannya.     

Ia tak pernah lagi menggunakannya sendiri setelah Aleksis kembali dalam hidupnya, hanya sesekali untuk Aleksis membagikan pengalamannya bersama Altair dan Vega - agar Alaric dapat melihat kenangan-kenangan saat anak-anaknya tumbuh besar selama sepuluh tahun tanpa kehadirannya.      

Ketika mereka tiba di depan pintu... tiba-tiba kesadaran hinggap di benak Alaric. Ia menatap ayahnya dengan penuh tanda-tanya dan seketika dadanya terasa sesak.     

Ia menduga...     

Kini Lauriel akan menunjukkan ibu mereka kepada Alaric dan Nicolae.     

Ia akan menggunakan fitur Holodeck untuk menghidupkan memorinya dan membagikannya kepada kedua anaknya.     

Nicolae yang belum pernah menggunakan Holodeck sudah mendengar kemampuan mesin ini dan ia pun segera memiliki dugaan yang sama, apalagi tadi di taman Aleksis menyinggung bahwa Lauriel akan menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan ibunya...     

Kedua pemuda itu tanpa sadar menahan napas.     

"Aku sangat mencintai ibu kalian dan kematiannya membuatku hancur..."  kata Lauriel pelan ketika pintu ruang Holodeck terbuka dan mereka berjalan masuk dengan dengan langkah-langkah khimad. "Selama hampir seratus tahun aku berduka dan tidak sanggup memikirkannya tanpa merasakan patah hati yang sangat parah..."     

Nicolae dan Alaric menatap ayah mereka dengan haru. Cinta ayah mereka yang besar kepada ibu mereka terlihat nyata setiap mereka bertemu dengannya, namun selama ini Lauriel selalu menolak membicarakan Luna.     

Pertama dan terakhir kalinya ia membicarakan wanita yang ia cintai itu adalah tahun lalu di Yorkshire ketika mereka bertiga mengunjungi makam Luna. Setelah itu ia kembali menyimpan rapat perasaannya tentang wanita itu.     

Baik Alaric maupun Nicolae mengerti hal ini disebabkan karena rasa patah hati Lauriel akibat kematian Luna, sehingga sangat berat baginya untuk membicarakan Luna. Ia bahkan sengaja berusaha keras melupakan wajah wanita itu agar ia tidak terus-menerus dihantui mimpi buruk saat tidur.     

Maka, kini... saat ayah mereka membawa mereka ke ruang Holodeck dan mulai membicarakan tentang Luna, sesisip rasa lega mulai mengaliri batin kedua lelaki bersaudara itu. Ini berarti Lauriel mulai bisa merelakan ibu mereka.     

Bagi Nicolae yang mengerti betapa beratnya proses merelakan orang yang dicintai dan melanjutkan hidup, ia dapat lebih bersimpati pada situasi ayahnya. Tanpa sadar ia merangkul bahu ayahnya dan kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Lauriel.     

"Ibu pasti sangat bahagia bisa bersama ayah untuk waktu yang cukup lama..." katanya pelan.      

Lauriel mengangguk. Ia tersenyum sedikit dan menepuk-nepuk punggung anaknya. Setelah keduanya menguasai emosi masing-masing, Lauriel duduk di kursi besar di sudut ruangan dan mengenakan headset Holodeck yang mengambil memori pilihannya. Ia memejamkan mata dan membiarkan holodeck mengambil beberapa kenangan yang paling ia sukai.     

Sepuluh menit kemudian ruang holodeck yang luas telah berubah menjadi sebuah aula megah berisi begitu banyak orang rupawan yang sepertinya sedang berpesta. Alaric dan Nicolae segera mengenali beberapa orang di sana yang sudah mereka kenal di masa kini.     

Di sudut ruangan yang agak temaram, mereka melihat Portia sedang duduk berbincang-bincang dengan Ned dengan wajah sumringah. Rambut Portia masih seindah sekarang, berwarna platinum keunguan.     

 Di tengah ruangan, hampir menjadi pusat perhatian semua gadis, ada Caspar Schneider. Ia memiliki seorang gadis dalam rangkulannya dan beberapa gadis lain yang mengelilinginya.     

Alaric dan Nicolae ingat bahwa ayah Aleksis itu dulu terkenal sebagai playboy yang senang bergonta-ganti kekasih, namun demikian, tetap saja rasanya mereka jengah melihat ayah mertua Alaric itu bermesraan dengan wanita-wanita yang bukan istrinya sekarang.     

Ada juga beberapa orang lain yang tampak berpengaruh tetapi mereka tidak kenal. Lauriel juga tidak berkata apa-apa untuk menceritakan siapa saja orang yang ada di sana.     

Ia hanya berkata pendek. "Ini adalah pesta ulang tahun Luna yang ke-200, tempat aku bertemu dengannya pertama kali."     

Alaric dan Nicolae melihat ayah mereka sedang duduk di sebuah meja dengan 4 anak buahnya. Ada Esso, Neo, Endo, dan Petra. Mereka tampak sedang seru memperbincangkan sesuatu.     

"Bos Lauriel, setidaknya tunggulah sampai putri tuan rumah menampakkan diri. Aku ingin sekali taruhan denganmu dan memenangkan satu peti harta."     

"Baiklah. Kau mau taruhan apa?" tanya Lauriel dengan suara malas.     

 "Aku taruhan bahwa Putri Luna itu cantik. Kalau aku kalah, aku akan bekerja untukmu tanpa gaji selama 20 tahun," kata Petra tegas.     

 Lauriel tertawa. "Hmm.. baiklah. Aku bilang gadis Luna itu wajahnya seperti gosip yang tersebar di luar sana, bahwa wajahnya cacat akibat disepak kuda. Kalau aku kalah, kau akan mendapatkan satu peti harta Black Bart, supaya kau bisa melamarnya."     

 Alaric dan Nicolae saling pandang. Mereka tidak pernah menduga ayah mereka dulu menganggap ibu mereka jelek.     

Lauriel saat itu tentu saja sama sekali tidak sungguh-sungguh dengan taruhannya. Ia asal saja menyebut Luna berwajah jelek agar ia kalah taruhan dan bisa memberikan satu peti harta kepada Petra. Ia tak ingin Petra datang kepada keluarga Linden dengan tangan hampa.     

Saat kelima pria itu sedang minum-minum dan mengobrol, Alaric dan Nicolae tiba-tiba melihat di pintu, sesosok gadis luar biasa cantik telah berdiri dengan gaun yang anggun dan rambut keunguan yang indah. Tanpa sadar keduanya berseru tertahan.     

Tanpa Lauriel perlu mengatakannya, mereka sudah tahu gadis itu adalah ibu mereka. Putri Luna.     

Nicolae menatap rambut saudaranya dengan wajah terkesima. Ia melihat bahwa Alaric benar-benar mewarisi penampilan ibu mereka, sementara ia mewarisi penampilan sang ayah. Bukan hanya rambut Alaric yang mirip ibunya, wajahnya pun sangat mirip.     

Nicolae sekarang mengerti kenapa Alaric sempat membenci wajahnya yang seperti perempuan, kalau ia berdiri berjajar dengan Putri Luna, mereka akan terlihat begitu serupa.      

Sementara itu Alaric tak dapat lagi menahan air bening di pelupuk matanya.     

Ia sangat... sangat mencintai wanita ini. Ia hidup selama hampir seratus tahun demi membalaskan dendam atas kematian ibunya, dan kini melihat ibu yang sangat dicintainya itu berdiri di hadapannya seperti saat ia masih hidup, Alaric merasakan luapan emosi yang mendalam memenuhi dadanya.     

"Ibu..." bisiknya dengan suara pedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.