The Alchemists: Cinta Abadi

Kencan Makan Malam



Kencan Makan Malam

0Alexis berjalan bersama Nicolae ke arah timur. Langkah mereka perlahan-lahan dan santai, sudah tidak terasa sedikit pun kecanggungan di antara keduanya.     

"Terima kasih kau telah membawa anak-anakku kemari. Apakah mereka mengacau selama bersamamu?" tanya Aleksis dengan suara ingin tahu     

Nicolae hanya tertawa mendengar pertanyaan itu. Ia menggeleng pelan     

"Tentu saja tidak. Aku kan selalu mendidik mereka dengan baik. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang sangat penurut."     

"Benar," kata Alexis.     

Percakapan mereka diawali dengan obrolan remeh-temeh tentang anak-anak Aleksis. Nicolae menceritakan betapa Vega mulai menikmati mengutak-atik komputer seperti dirinya dulu.     

"Anak itu sangat berbakat kata," Nicolae memuji. "Kau tahu apa yang mereka lakukan?"     

"Apakah mereka melakukan hal yang berbahaya?" Aleksis menatap Nicolae dengan wajah penuh pertanyaan.     

"Sebenarnya bukan begitu. Mereka meretas situs kencan online, sehingga mereka bisa membuat profil palsu untukku."     

"Astaga? Serius? Untuk apa mereka melakukan hal itu?"     

Aleksis menekap bibirnya dengan kaget. Ia tak dapat membayangkan kenakalan yang dilakukan oleh kedua anaknya. Meretas situs kencan online? Astaga!     

Nicolae tertawa ringan. Wajahnya terlihat sama sekali tidak marah.     

"Tidak bisa menyalahkan mereka. Sebenarnya aku tahu niat mereka baik. Mereka ingin mencarikan aku kekasih."     

"Oh..." Aleksis tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia tidak menduga bahwa ternyata anak anaknya sama kuatirnya akan Nicolae, sama seperti dirinya.     

Dalam hati ia mulai merasa kasihan kepada Nicolae. Sepertinya seisi keluarga sangat ingin melihat pemuda itu segera memiliki kekasih baru. Apalagi bila si kembar yang menginginkan hal tersebut, ia merasa bahwa Nicolae pasti akan merasakan tekanan akibat keinginan kedua anaknya.     

"Aku mengerti," kata Aleksis. "Aku berharap kau mau memaafkan mereka. Anak-anak itu masih kecil sehingga tidak berpikir panjang. Untuk mewakili mereka, sebagai ibunya, aku meminta maaf."     

"Sungguh aku tidak keberatan. Tenang saja. Aku tahu niat mereka baik." Nicolae hanya mengangkat bahu.     

"Lalu apa yang terjadi? Apakah kau memarahi mereka? Apakah kau sudah menghapus profil di situs kencan online tersebut?" tanya Aleksis lagi. Ia menjadi penasaran.     

"Aku terlanjur berjanji kepada mereka untuk mengikuti tiga kencan buta yang sudah berhasil mereka atur. Anakmu berhasil memerasku dengan alasan aku tidak memberikannya hadiah ulang tahun yang memadai."     

"Ugh... aku menebak, itu pasti Altair." Aleksis menghela napas.     

Ya memang diantara kedua anaknya, Altair yang paling mengikuti sifat licik Aleksis sewaktu masih kecil dulu.     

"Kau benar. Tetapi aku tidak menyesal kok mengikuti tiga kencan buta itu. Yang pertama dan kedua lumayan."     

"Jadi kencan buta yang pertama dan kedua cukup menyenangkan.  Apa yang terjadi dengan yang ketiga? Bagaimana orang-orangnya apakah mereka menyenangkan? Apakah ada gadis yang kau sukai?"     

"Pada kencan buta yang pertama terjadi kekacauan. Saat itu ada adikmu datang dan dia mengikuti si kembar membuat keributan di Sky Bar."     

"Ya Tuhan... Apa yang mereka lakukan?"     

"Sebenarnya tidak apa-apa. Jadi yang pertama mengira aku ini penipu karena di profil kencan online yang dipasang oleh anak-anak mereka membuat aku berumur 45 tahun. Tapi waktu aku datang, kau tahu sendiri wajahku seperti ini, kan? Jadi gadis itu mengira aku penipu. Temannya malah mengira aku ini pembunuh berantai yang mau menculik gadis-gadis lugu dan... Ah.. begitulah."     

Aleksis tak dapat menahan tawa. Ia sudah bisa membayangkan sedikit bagaimana jadinya kencan buta pertama yang dialami Nicolae. Ia senang pemuda itu memiliki selera humor dan bisa melihat kelucuan dari berbagai peristiwa yang terjadi.     

"Lalu, bagaimana dengan kencan kedua?" tanya Aleksis lagi.     

"Kencan kedua baik-baik saja. Aku sudah mewanti-wanti anak-anak agar tidak ikut campur. Semua berlangsung baik. Kami makan siang bersama dan mengobrol. Tetapi tidak ada kecocokan di antara kami sehingga itu tidak berlanjut."     

"Oh.. tetapi semua berlangsung normal?" Aleksis tersenyum puas saat melihat Nicolae mengangguk. "Aku senang kau mulai bersenang-senang dan bertemu orang baru."     

Di saat itulah Nicolae menghentikan langkahnya. Ia menatap Aleksis dan menggeleng dengan wajah kuatir.     

"Uhm... jangan terlalu cepat menarik kesimpulan." Wajahnya berubah ekspresi menjadi bergidik. "Kau belum dengar yang ketiga."     

"Astaga... kuharap tidak terlalu buruk." Aleksis menatap Nicolae dan menunggu ceritanya. "Apa yang terjadi pada kencan ketiga?"     

"Buruk." Nicolae menunjuk batang pohon yang rubuh dan menarik tangan Aleksis untuk duduk di sana. "Membayangkannya saja membuatku lelah.Ayo kita duduk."     

Setelah keduanya duduk di rubuhan pohon itu, Nicolae pun memulai kisah kencan buta ketiganya yang berlangsung di luar dugaan.     

***     

SEMINGGU YANG LALU     

.     

Nicolae turun dari mobilnya dengan tenang. Setelah pengalaman dua kencan buta pertama yang diatur anak-anaknya, ia merasa mulai terbiasa.     

Ia hanya perlu menyediakan waktu satu jam, mengosongkan perut (agar ia bisa konsentrasi makan dengan tenang kalaupun gadis yang ditemuinya ternyata membosankan), mengobrol remeh-temeh sedikit, dan membayar makanan mereka setelah makan siang berakhir, kemudian pulang. Voila! Beres!     

Oke, yang pertama cukup kacau. Tetapi yang kedua sudah mulai membaik. Seharusnya yang ketiga juga lumayan. Duh... ia sudah lama sekali tidak kencan dengan wanita asing. Sewaktu masih keliling dunia dulu, ketika ia berusaha melupakan Aleksis, ia bertemu banyak wanita di sana-sini dan tetapi ia sama sekali tidak menyebutnya kencan. Hanya kebetulan bertemu sesama traveler di tengah perkampungan suku terpencil, lalu menjelajah area tersebut bersama-sama, kemudian berpisah dan tak pernah kontak lagi.     

Sebagian di antara mereka ada yang jelas-jelas menaruh hati kepadanya, tetapi ia sama sekali tidak mau membuka diri untuk wanita. Semua teman seperjalanan, baik lelaki maupun perempuan diperlakukannya dengan sama.     

Walaupun saat itu ia setengah mati ingin menyembuhkan patah hatinya karena Aleksis telah menikah dan sedang mengandung anak dari lelaki lain, ia benar-benar tak dapat melihat gadis lain dengan perasaan romantis. Maka ia tentu tidak pernah berusaha tampil rapi, bersikap halus, ataupun sengaja bertindak untuk menarik perhatian wanita.     

Di dua kencan buta yang lalu, anak-anaknya telah memaksanya memakai kemeja rapi dan menyingkirkan jeans sobek-sobeknya. Ia mulai mengikuti protokol kencan yang normal, ya itu tadi... menyediakan waktu satu jam, mengosongkan perut, dan membayar.     

Setelah janjinya terpenuhi untuk menemui gadis ketiga ini... maka utangnya kepada Altair sudah lunas dan ia tidak perlu lagi mengikuti kencan buta-kencan buta berikutnya.     

"Tante Louisa tidak bisa kalau makan siang, karena dia bekerja. Dia hanya bisa kencan makan malam. Papa mau ya?" bujuk Altair sambil menunjukkan berbagai foto dari seorang gadis cantik berambut panjang yang ada di aplikasi kencan online di tabletnya. "Aku sudah memesankan meja di restoran Moonshine dan kalau semuanya lancar kalian bisa sekaligus menonton bioskop bersama."     

Dasar bocah licik, gerutu Nicolae dalam hati. Ia tahu  karena kedua kencan pertama berakhir tanpa ada kelanjutan dengan dua gadis yang ditemuinya, Altair telah merancang kencan ketiga agar berlangsung saat makan malam yang dilanjutkan dengan nonton film bersama.     

Walaupun umurnya baru sepuluh tahun, Altair sudah tahu bahwa ada perbedaan sangat besar antara kencan makan siang yang 'ringan' dengan kencan makan malam yang lebih 'berat'. Kencan makan malam biasanya lebih intens karena dilakukan dalam suasana lebih romantis. Kalian tidak pernah mendengar candle-light lunch, kan? Mana ada makan siang romantis dengan lilin! Adanya candle-light dinner.     

Biasanya, setelah kencan makan malam yang sukses, pasangan yang saling menyukai akan dapat melanjutkan malam mereka dengan lebih intens. Mereka akan dapat memutuskan untuk lanjut minum dan mengobrol sampai larut, atau malah sekalian bermalam di rumah si lelaki atau perempuan dan menghabiskan malam mereka dengan bercinta. Kalian juga tidak pernah mendengar one-day-stand, kan? Adanya one-night-stand, alias cinta semalam. Bukan cinta siang-siang.     

Fakta itulah yang membuat kencan makan malam selalu lebih penting daripada kencan makan siang.     

Dan liciknya Altair dan Vega... mereka merencanakan kencan buta terakhir Nicolae dengan Louisa di restoran Moonshine dalam acara makan malam romantis dengan penerangan lilin.     

"Baiklah... aku tinggal menyediakan waktu dua jam, mengosongkan perut, makan, bicara remeh-temeh, dan membayar..." Nicolae mengulangi mantranya saat ia melangkah masuk ke lift menuju lantai 99.     

Saat di dalam lift ia memperhatikan wajah Louisa, gadis yang akan ditemuinya di kencan buta terakhirnya ini di ponselnya. Gadis Asia ini berwajah sangat cantik dengan rambut panjang di kelima fotonya. Tubuhnya langsing dan terlihat masih berumur 20 tahun. Senyumnya terlihat penuh pesona.     

Asalkan gadis ini tidak membosankan atau judes, rasanya Nicolae bisa bertahan selama dua jam ke depan.      

"Selamat datang, Tuan. Meja untuk Anda sudah siap. Teman Anda kebetulan baru saja datang," Manajer restoran, yang sudah mengenal siapa Nicolae, tersenyum ramah menyambutnya di pintu. Dengan sigap ia berjalan sambil memberi tanda agar Nicolae mengikutinya.     

Hmm.. gadis ini tidak terlalu buruk, pikir Nicolae. Ia datang sepuluh menit lebih awal.     

Karena ini kencan makan malam, anak-anak menyuruh Nicolae mengenakan kemeja dan jas. Penampilan pemuda itu kali ini sungguh jauh lebih menawan dari biasanya. Ia juga hanya menyelipkan rambut panjangnya di belakang telinga, sama sekali tidak mengikatnya asal-asalan dengan pita merah seperti biasa.     

Saat ia berjalan masuk ke dalam restoran, penampilannya, yang seperti model pria sedang melangkah di runway memamerkan koleksi jas Dior terbaru, membuat wajah demi wajah wanita yang sedang makan di restoran itu terangkat kagum, dan tanpa malu pandangan mereka semua mengekori langkahnya. Desahan pelan terdengar di sana sini, seiring dengan langkah Nicolae menuju mejanya.     

Semua perhatian ini membuat Nicolae mengomel dalam hati. Ini pasti karena jas yang dipakainya. Ugh.. ingin sekali rasanya ia melempar jasnya ke tempat sampah dan membuka kancing kemejanya lalu menggulung lengannya. Ini sungguh merepotkan.     

Tanpa berusaha terlihat rapi seperti ini pun, ia telah terlalu banyak menarik perhatian para wanita. Sejujurnya, penampilan Nicolae selama ini yang terlihat asal-asalan adalah upaya tanpa sadarnya untuk membuat dirinya agar terlihat tidak menarik. Mirip seperti yang dilakukan Aleksis dulu.     

Nicolae hanya berpenampilan menarik saat ia kuliah di Universitas St. Mary karena ia memang punya tujuan tersembunyi untuk menyamar sebagai mahasiswa flamboyan, dan menutupi identitasnya sebagai Wolf. Siapa pun orangnya yang berusaha membongkar identitas Wolf pasti tidak akan mengira hacker misterius yang selalu terkesan dingin dan kaku itu adalah seorang mahasiswa flamboyan.     

Ia hampir sampai di mejanya ketika tiba-tiba masuk SMS dari Vega.     

[Semoga sukses, Papa! Kau pasti bisa. Ingat jangan buang jasnya ke tempat sampah.]     

Nicolae hanya bisa tersenyum sendiri membaca SMS dari anak perempuan kesayangannya itu. Ah, Vega memang sangat mengenal dirinya. Ia baru saja hendak menyimpan kembali ponselnya ketika masuk SMS dari Altair.     

[Kami akan tidur cepat. Kalau Papa nanti malam tidak pulang, kami tidak akan mencarimu.]     

Sialan. Dari mana anak umur sepuluh tahun bisa belajar berpikiran kotor seperti ini? pikir Nicolae resah. Altair memberi lampu kuning kepadanya untuk menginap di tempat Louisa seandainya kencan makan malam kali ini berjalan sukses.     

Awas kalian nanti, pikir Nicolae yang tiba-tiba merasa terjebak.     

"Silakan, Tuan." Manajer tersenyum ramah dan menunjuk meja eksklusif yang sudah disediakan untuk Nicolae. "Teman Anda sudah menunggu."     

Nicolae mengangkat wajahnya dan menatap perempuan yang duduk di meja pesanannya. Seketika ekspresi pemuda itu berubah, menjadi dipenuhi shock.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.