The Alchemists: Cinta Abadi

Siapa Pembunuh Keluarga De Maestri?



Siapa Pembunuh Keluarga De Maestri?

2Keduanya sangat senang karena setelah Lily menyadari bahwa mengisap payudara ibunya akan memberikan ASI untuknya, bayi itu menjadi bersemangat dan dengan refleks terus berusaha mengisap.     

"Sampai berapa lama aku harus menyusui?" tanya L kepada Dokter Alice.     

"Biasanya tidak lama. Bayi memiliki ukuran lambung yang sangat kecil. Dia akan secara otomatis melepaskan puting ibunya setelah kenyang, jadi Nyonya tidak perlu mengira-ngira sendiri. Tetapi satu yang harus diperhatikan di sini, karena asupan makanannya sangat sedikit, bayi akan cepat lapar. Nyonya harus siap menyusuinya setiap dua  jam."     

"Termasuk saat malam hari?"     

"Termasuk saat malam hari. Memang rasanya akan sangat melelahkan bagi sang ibu kalau harus bangun berkali-kali saat tengah malam untuk menyusui. Jadi, dalam hal ini ayah bisa membantu. Nyonya bisa memompa ASI dan taruh di kulkas seperti biasa. Nanti kalau Nona Kecil bangun tengah malam, Tuan bisa gantian memberikan ASI dari botol. Aku akan mengajarkan kepada Anda berdua bagaimana mensterilkan botol dan menghangatkan ASI sebelum diberikan kepada bayi."     

London menoleh kepada L. "Tidak apa-apa, aku akan mencatat semuanya. Nanti kita bisa atur di setting asisten rumah tangga digital kita. Kau dan aku tidak harus mengerjakan semuanya sendiri."     

L mengangguk setuju.     

Sebelum ini mereka sudah membicarakan kehidupan mereka berdua ke depannya. Setelah Lily sehat, mereka tidak akan membutuhkan kedua perawat yang selama ini mengurusi bayi mereka. Mereka akan menggunakan sistem automasi dari RMI untuk mengurusi rumah tangga mereka. Dan nanti, setelah keduanya menikah, mereka juga akan mempekerjakan beberapa staf manusia untuk membantu merawat rumah dan mengurusi kebutuhan sehari-hari.     

Walaupun London sama sekali tidak keberatan melakukan banyak tugas rumah tangga seperti sebelumnya, L benar-benar merasa tidak nyaman melihat seorang tuan muda dari Keluarga Schneider melakukan tugas-tugas rumahan seperti itu. Sehingga, akhirnya untuk menyenangkan L, London setuju untuk mempekerjakan staf di rumah mereka dan menggunakan sistem automasi.     

Setelah proses menyusui dan lain-lain selesai, Dokter Alice akhirnya meminta diri bersama kedua perawat yang selama ini mengurusi Lily. Mereka semua merasa sangat lega karena peran serta mereka semua berkontribusi pada kesehatan cucu terkecil di keluarga Schneider tersebut.     

"Jan akan mengirim orang untuk membereskan semua peralatan medis di sini, dan kita bisa membuat kamar bayi yang pantas untuk Lily. Sementara ini aku sudah menaruh tempat tidur bayi untuk Lily di kamarmu," kata London setelah mengantar tamu mereka keluar gerbang. L mengangguk. Ia masih menggendong Lily yang kini sedang pulas tertidur di pangkuannya. Sepasang mata L masih basah karena terharu melihat bayinya kini sudah sehat dan normal.     

"Terima kasih," kata L.     

"Mau makan malam lebih awal? Aku nanti harus bertemu seseorang. Mungkin pulangnya agak lama. Kau tidak usah menungguku."     

"Baiklah."     

L menaruh Lily di tempat tidurnya yang ditaruh di samping tempat tidurnya sendiri di kamar dan kemudian mengikuti London ke ruang makan. Di sana pemuda itu telah menyiapkan hidangan istimewa yang diambilnya dari rumah ayahnya.     

"Ayahku sedang mencoba resep baru katanya, jadi aku minta sebagian dikirim ke sini," katanya sambil tersenyum lebar.     

L ikut tersenyum. Ia kini sudah terbiasa dengan dinamika keluarga Schneider dan menyambut gembira kiriman makanan dari mansion sebelah. Mereka lalu makan malam dengan gembira sambil membicarakan berbagai hal remeh-temeh.     

"Aku pergi sekarang. Tidak usah ditunggu, ya," kata London setelah selesai mencuci piring bekas makan malam mereka.     

L mengangguk. Ia mengantar pria itu ke pintu depan lalu menutup  pintu setelah Marc datang menjemput London dengan mobil Mercedesnya dan mereka segera berlalu.     

Diam-diam L merasa terharu karena selama berbulan-bulan London mau hidup susah dan menyetir sendiri mobil VW-nya hanya agar L tidak mengetahui identitasnya. Kini ia tidak perlu berpura-pura miskin lagi. Selama seminggu ini L mulai terbiasa melihat pria itu dilayani dan diantar kemana-mana oleh beberapa pengawal pribadi bertubuh tinggi tegap dan mengintimidasi seperti Marc dan Dave.     

***     

Di penthouse, Jan telah menunggu London dan mereka kemudian duduk minum wine sambil membahas tentang keluarga Swann dan keluarga De Maestri. Mischa akan datang pada pukul 9 malam dan mereka ingin memiliki informasi yang cukup sebelum mengetahui siapa pelaku di balik pembunuhan keluarga De Maestri.     

"Perjanjian di antara kedua keluarga memang dimulai di zaman kakek mereka. Karena anak masing-masing ternyata lelaki, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjodohan kepada cucu mereka. Sayangnya cucu pertama keluarga Swann meninggal saat ia masih kecil, sehingga adiknya yang kemudian harus menikah dengan nona L." Jan menyesap wine-nya sambil berpikir. "Ini kita sudah tahu. Tetapi alasan mengapa Kakek Swann memaksa menyerahkan separuh hartanya kepada Nona L, masih menjadi misteri."     

"Kapan surat wasiat Kakek Swann dibuat? Apakah setelah kematian keluarga De Maestri atau sebelumnya? Kalau iya, memang agak mengherankan, karena mereka tentu mengira L ikut meninggal atau sudah tidak dapat ditemukan. Kau bilang mereka mengadakan sayembara untuk menemukan L selama bertahun-tahun tanpa hasil, kan?" tanya London sambil mengerutkan keningnya.     

"Uhm... surat wasiat itu ditulis sebelum terjadi pembunuhan, Tuan," kata Jan. "Kakek Swann meninggal sebelum kedua orang tua Nona L dibunuh."     

"Oh, begitu ya? Jadi Kakek Swann sama sekali tidak tahu menahu tentang peristiwa pembunuhan itu." London menyipitkan matanya mencoba berpikir. "Memangnya sebesar apa sih kekayaan keluarga mereka itu?"     

Jan mengangkat bahu. "Kalau dibandingkan kekayaan Tuan sih, tidak ada artinya. Tetapi bagi orang biasa, keluarga Swann itu termasuk sangat kaya. Mereka masuk dalam sepuluh keluarga terkaya di Inggris."     

"Hmm, kalau begitu harta mereka memang cukup menggiurkan bagi kebanyakan orang." London menatap Jan dengan penuh selidik. "Apakah mungkin... mereka sengaja hendak membantai keluarga De Maestri agar perjanjian itu batal dan L tidak perlu menerima setengah harta keluarga Swann?"     

"Bisa jadi seperti itu, Tuan. Danny Swann tidak perlu menikahi Nona L dan ia juga bisa mengambil seluruh harta itu untuk dirinya sendiri, karena Nona L sudah mati. Setidaknya itu yang ada dalam pikiran mereka." Jan balas menatap London dengan penuh perhatian. "Menurut Tuan, apakah keluarga Swann sendiri ada andil dalam hal ini? Perjodohan itu ditentukan oleh kakeknya, dan bisa saja generasi muda di keluarga itu tidak ingin melakukannya. Satu-satunya cara melepaskan diri dari perjodohan yang tidak diinginkan adalah dengan menyingkirkan sang pengantin wanita."     

Tanpa sadar London menggebrak meja di depannya hingga retak.      

"Brengsek! Awas saja kalau memang itu yang sebenarnya terjadi. Aku tidak akan mengampuni mereka. Keterlaluan sekali!"     

Kepalanya berdenyut-denyut saking ia merasa sangat marah. Ia tak tega membayangkan L kecil yang sangat ketakutan dan trauma melihat keluarganya dibantai, hanya karena masalah harta yang bahkan ia pun tidak menginginkannya.     

Sungguh, manusia adalah makhluk yang rakus dan bisa lebih kejam dari binatang kalau sudah mengenai masalah uang. Seandainya tidak ada masalah ini, sekarang L tentu masih hidup bahagia bersama keluarganya, dengan orang tua yang sangat menyayanginya, dan adiknya yang sangat ia sayangi.     

"Kita tunggu saja informasi dari Mischa. Ia akan tiba sebentar lagi." London mengambil wine dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri. "Kita bisa mengetahui siapa pelaku pembunuhan itu dan memaksa mereka memberi tahu siapa yang menyuruh mereka melakukannya."     

Tidak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu dan suara seorang staf yang mengumumkan kedatangan tamu yang sudah ditunggu-tunggunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.