The Alchemists: Cinta Abadi

Aku Pasti Sudah Gila



Aku Pasti Sudah Gila

1London berusaha menahan tawa ketika melihat ekspresi L yang kebingungan. Ia menjadi gemas dan menjawil hidung mungil gadis itu. "Kau bingung?"     

L mengangguk pelan. Sepasang mata hitamnya tampak dipenuhi pertanyaan.     

"Aku akan menceritakan semuanya kepadamu, karena kau adalah ibu Lily. Kumohon kau mendengarkan dengan pikiran terbuka dan jangan menyelaku. Setelah aku selesai kau bisa memikirkannya dengan baik dan memberiku jawaban."     

"Jawaban apa?" tanya L keheranan.     

"Nanti. Kau akan tahu sendiri." London memegang tangan L dengan kedua tangannya dan meremasnya lembut sambil memulai ceritanya. "Kau siap mendengar cerita paling gila yang pernah kau dengar seumur hidupmu?"     

Akhirnya L mengangguk. "Baiklah."     

"Sayang, keluargaku sebenarnya adalah bagian dari kaum Alchemist. Umurku sekarang sudah 28 tahun, tetapi seperti yang kau lihat sendiri, wajahku terlihat sedikit lebih muda dari usiaku sebenarnya. Sepuluh tahun dari sekarang... bahkan seratus tahun dari sekarang, wajahku tidak akan berubah, karena..." London mengucapkan kalimat berikutnya pelan-pelan sambil memperhatikan reaksi L. "Keluargaku hidup abadi. Setidaknya sampai sekarang, belum ada manusia Alchemist yang menua ataupun meninggal karena penyakit."     

"Bercandamu ini tidak lucu..." kecam L setelah London menghentikan kalimatnya. Suara gadis itu terdengar kecewa. "Aku pikir kau akan mengatakan hal yang penting dan serius, ternyata kau hanya bercanda. Mengapa kau tidak menganggapku serius?"     

"Sssh... kau ini nakal sekali ya? Aku sudah bilang kau tidak boleh menyelaku."     

"Aku tidak menyela. Kau sudah berhenti bicara barusan."     

London memijat keningnya. "Kau tahu maksudku. Aku tadi belum selesai bicara. Kau tidak percaya kepadaku? Kau pikir aku hanya bercanda? Sekarang coba tanya kepadaku berapa usia ayahku sekarang."     

L mengangkat bahu. "Sekitar 50 atau 60 tahunan..."     

"Kau  tidak bertanya. Kau menyimpulkan sendiri."     

"Ugh... baiklah, Tuan. Berapa usia ayahmu?" tanya L akhirnya, mengalah.     

London tersenyum dan menatap L dengan sangat serius. "Ayahku sekarang berumur 470 tahun, sudah hampir 5 abad! Eits... tapi bahkan ayahku bukan manusia tertua di bumi saat ini. Ada Paman Lauriel. Umurnya sekarang hampir 600 tahun. Begitulah. Mereka sudah hidup sangat lama. Selama hidupnya, ayahku dan Paman Lauriel sudah menjelajahi seluruh penjuru bumi, sehingga mereka mengetahui sangat banyak hal. Mereka juga menguasai sangat banyak bahasa karena seumur hidupnya mereka menjelajahi bumi dan belajar budaya-budaya baru."     

L masih menggeleng-geleng. "Kalau benar ayahmu sudah demikian tua, kenapa kau sendiri masih muda?"     

"Itulah... Ayahku dulu playboy. Dia selalu berganti-ganti kekasih sebulan sekali. Pokoknya ayahku dulu brengsek sekali. Dia baru berubah setelah bertemu ibuku. Mereka bertemu sekitar 30-an tahun yang lalu dan langsung jatuh cinta. Sebagai hasilnya, lahirlah kakakku, Aleksis, lalu aku sendiri dan Rune."     

L mengerutkan kening mendengar nama Rune disebut. Tanpa sadar bibirnya mendesah kaget. Ia ingat bertemu Rune di mansion keluarga Schneider beberapa minggu lalu. Dan seketika ingatannya melayang pada lelaki yang sangat mirip dengan London di sana. Ia ingat saat itu ia mengira pria itu adalah London Schneider.     

Tunggu... kalau pria yang sekarang duduk  di sampingnya ini adalah London Schneider yang sebenarnya, lalu... siapa pria yang waktu itu?     

Bibir L setengah terbuka saat ia hendak bertanya kepada London tetapi ia tak mampu menemukan suaranya.     

"Kau pasti ingat sekarang. Kau sudah bertemu ayah dan ibuku." London bisa membaca pikiran L dan segera mengonfirmasi dugaannya.     

L setengah menjerit, menekap bibirnya dengan kedua tangannya. Sepasang matanya membulat besar sekali.     

Astaga! Kalau begitu.. pria dan wanita muda yang dipanggilnya Tuan dan Nyonya Schneider waktu itu adalah... orang tua dari pria di sampingnya ini?     

Mengapa mereka tampak muda sekali?     

Apakah.. London memang mengatakan yang sesungguhnya?     

Setelah bergumul dengan pikirannya sendiri selama beberapa menit, L akhirnya sadar, London tidak punya alasan berbohong kepadanya untuk hal semacam ini.     

Dadanya seketika berdebar keras sekali. L merasa shock dan napasnya menjadi tersengal-sengal. Melihat L tampak mulai stress, London buru-buru menarik  kepala gadis itu ke dalam dekapannya. Ia menenangkan L dengan membisikkan kata-kata lembut agar gadis itu tidak bertambah stress.     

"Paman Lauriel adalah ahli pengobatan terbaik dan ia memberi obat untuk jantungmu saat kau hendak melahirkan Lily, sehingga kau cukup kuat untuk melahirkan normal. Saat ini kondisi jantungmu sudah membaik, jadi kau  tidak usah kuatir akan jatuh sakit lagi. Aku tidak akan membiarkanmu sakit. Tenangkan dirimu. Ayo, tarik napas," katanya dengan suara halus.     

L menuruti kata-kata London dan mengatur napasnya baik-baik. Ia baru sadar bahwa memang akhir-akhir ini kondisinya membaik. Ia sama sekali tidak menduga dirinya pernah diberi obat. Seumur hidupnya, dokter-dokter terbaik sekalipun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolongnya. Tetapi kini... ia memang merasa tubuhnya jauh lebih sehat.     

Ia ingat bahwa peristiwa kelahiran Lily adalah momen yang sangat berbahaya bagi keselamatannya waktu itu, namun ia berhasil melalui itu semua dan melahirkan Lily secara normal. Sesuatu yang  seharusnya mustahil menurut penuturan Dokter Muller.     

"Sayang, bukan hanya pengobatan terbaik, tetapi jika kau mau menikah denganku dan hidup selamanya bersamaku dan Lily, kau akan menerima ramuan keabadian sebagai hadiah pernikahan. Seumur hidupmu kau akan tetap muda dan tidak akan ada sakit penyakit apa pun yang akan mengganggumu. Manusia Alchemist memiliki sel-sel sempurna yang selalu beregenerasi terus-menerus sehingga kita tidak akan pernah terkena penyakit ataupun mengalami penuaan. Penyakit jantungmu akan sembuh. Kau akan bisa tinggal bersamaku dan Lily selama-lamanya, hingga suatu saat nanti kita memutuskan bahwa sudah saatnya kita  tutup usia. Keputusan ada di  tangan kita."     

Semua yang didengarnya memang sangat mengejutkan, tetapi cara London menyampaikannya dengan tenang dan runut, entah kenapa berhasil membuat L yakin dan tidak shock seperti di awal pembicaraan mereka tadi. L merasakan dadanya tidak lagi berdebar demikian keras dan perasaannya mulai tenang.     

Ini sungguh terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Ia mencubit tangannya dan menyadari ia tidak sedang bermimpi. Bukankah ia sangat beruntung? Pria di sampingnya ini sangat mencintainya, melakukan begitu banyak hal untuknya, dan bahkan melindungi perasaannya hingga rela berbohong. Dan kini... pria itu bahkan menawarkan ramuan keabadian untuknya.     

Siapa manusia yang tidak ingin hidup muda selamanya?     

L mengangkat wajahnya dan menatap London dengan sepasang mata berkaca-kaca. "Bagaimana dengan Lily?"     

"Lily adalah anakku, maka ia tentu akan mendapatkan ramuan keabadian dan hidup sebagai Alchemist bersamaku. Ia juga akan muda selamanya." London balas menatap L dan mengusap airmata yang mulai menggenang di pelupuk mata gadis itu. "Apakah kau ingin bisa hidup selamanya menjaga Lily bersamaku?"     

L mengerutkan bibirnya berusaha menahan tangis. "Kenapa aku? Apa yang kau lihat pada diriku? Kau menawarkan begitu banyak kepadaku... tetapi aku tidak punya apa-apa untuk membalasmu. Di antara kita berdua, aku yang tidak membawa apa pun ke dalam hubungan ini."     

London baru menyadari bahwa L merasa tertekan karena kini ia menyadari posisinya yang tidak memiliki apa-apa. Bahkan kariernya yang ia banggakan sebenarnya juga pemberian London Schneider sendiri.     

"Kau membawa Lily ke dalam kehidupanku. Itu setara dengan semua yang kubawa ke dalam hubungan ini," kata London dengan cepat. "Walaupun aku menukar seluruh dunia, aku takkan mampu melahirkan Lily sendiri."     

"Berarti menurutmu kontribusiku hanya sekadar melahirkan anak bagimu?" tanya L, dengan airmata masih berlinang. "Semua perempuan, jika mereka tidur denganmu, juga bisa melahirkan anak-anak untukmu. Itu bukan hal yang istimewa. Aku yakin di luar sana ada ribuan wanita yang mau menjadi istrimu dan melahirkan anak-anakmu. Mengapa kau memilihku?"     

"Bukan itu maksudku. Sama sekali tidak seperti itu. Kau berharga bagiku bukan hanya karena kau melahirkan anak bagiku. Tetapi lebih dari itu. Kau membuat hidupku lengkap. Sebelum aku jatuh cinta kepadamu hidupku biasa-biasa saja. Setelah kau dan Lily hadir, rasanya aku menemukan hal yang membuatku bahagia. Denganmu di sisiku, aku tidak merasa perlu apa-apa lagi. Nyanyianmu setiap pagi sudah membuatku sangat bahagia. Bahkan pertengkaran-pertengkaran kita membuatku terhibur. Hidupku menjadi sangat berwarna sejak kau ada di dalamnya, dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa hidup tanpamu."     

"Apa yang membuatmu mencintaiku? Kalau itu karena Lily.. nanti bisa saja kau dijebak tidur dengan perempuan lain dan ia mengandung anakmu, dan kau lalu merasa bertanggung jawab dan siklusnya akan terulang. Aku tidak mau membayangkannya," gumam L dengan suara hampir tidak terdengar.     

"Apa kau bilang barusan? Aku tidak dengar..." London mengerutkan keningnya.     

"Aku tanya... apa yang membuatmu mencintaiku? Aku harus tahu apakah kau tulus atau ini murni hanya karena kau merasa bertanggung jawab kepadaku dan Lily." L menatap London lekat-lekat.      

Sungguh, mimpi apa ia, seorang gadis biasa dapat bertemu pria yang demikian sempurna. Bukan saja ia tampan dan berasal dari keluarga kaya raya, bahkan ia juga abadi. Ia dan seisi keluarganya. Kesempurnaan pria ini membuat L sangat takut. Ia kini merasa takut ia tidak cukup baik bagi pria ini.     

"Kenapa aku jatuh cinta kepadamu?" London mengerutkan keningnya dan tampak berpikir keras. "Hmm... Aku juga tidak tahu. Kau pendek, gampang marah, tidak bisa memasak..."     

"Apa kau bilang????" Tanpa sadar L bangkit berdiri dan berkacak pinggang. London hanya tersenyum simpul melihatnya. Gadis ini memang sangat mudah terpancing, pikirnya. L tampak sangat kesal. "Aku tadi cuma bertanya apa yang membuatmu jatuh cinta kepadaku, bukan berarti kau boleh menghinaku, ya! Kau pikir aku tidak tahu bahwa aku ini memang pendek, pemarah, tidak bisa masak, dan lain sebagainya??? Aku tidak perlu dengar itu darimu, brengsek!"     

London tertawa. "Apa kubilang? Kau ini sangat gampang marah. Tapi tetap saja aku cinta. Aku pasti sudah gila."     

L tertegun. Ia baru sadar tadi ia terpancing emosi dan ia sekarang mengerti bahwa London tadi hanya bercanda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.