The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan London



Keputusan London

2L menggeleng berulang-ulang dan air matanya menjadi semakin deras, "Aku tidak mau menikah denganmu. Tolong jangan paksa aku.... Aku tidak mau menikah denganmu hanya karena aku mengandung anakmu. Ini adalah sebuah musibah. Kita dijebak orang jahat. Kau tidak harus bertanggung jawab. Aku anggap saja aku sedang sial."     

Kata-kata L yang diucapkannya barusan sungguh terasa menusuk. London tidak mengira seorang perempuan bisa demikian tidak berperasaan seperti L. Ia menatap gadis itu dengan pandangan dipenuhi kekecewaaan.     

"Apa kau tidak mau menikahiku karena aku miskin?" tanyanya pelan.     

L mengangguk pelan. Wajahnya dipenuhi ekspresi penyesalan. "Maafkan aku. Kau laki-laki baik, tetapi aku tidak bisa menerimamu."     

London sangat sangat kecewa mendengarnya. Setelah kondisinya menjadi seperti ini, L masih saja tidak berubah. Ia sangat egois dan lebih mementingkan dirinya sendiri daripada anak yang dikandungnya.     

"Baiklah... kalau begitu apa yang kau inginkan? Kau tidak mau menikah denganku.. tapi kau mau melahirkan anak itu untuk diadopsi orang lain?" tanya London kemudian.     

L mengangguk. "Aku hanya perlu menyembunyikan diri selama lima bulan. Kalau sampai agensiku tahu, aku bisa dibuang oleh mereka dan aku akan kehilangan semuanya...     

"Siapa yang akan mengadopsi anak ini?" tanya London, berusaha menahan amarahnya. Suaranya tetap terdengar tenang.     

"Pammy yang mengurus itu semua," kata L pelan. "Aku tidak mau tahu siapa orangnya, aku tidak mau berhubungan dengan anak ini lagi begitu ia diambil dariku."     

Setiap kata yang diucapkan L seolah dibuat untuk menusuk dada London dan menyakitinya dengan sangat kejam. Ia tak percaya L adalah seorang perempuan yang demikian egois dan mementingkan diri sendiri.     

"Hmm... kalau kau tidak peduli siapa yang merawat anak ini, sebaiknya kau berikan saja dia kepadaku," kata London dengan suara dingin. "Aku yang akan mengurus dan membesarkannya kalau kau memang tidak menginginkannya."     

"Apa maksudmu?" tanya L.     

"Maksudku adalah... aku akan membuka rahasiamu ini dan membuatmu dibuang oleh Briliiant Mind Media, dan Schneider Group juga akan memutus kontrakmu, bahkan Virconnect juga akan membatalkan semuanya... kalau kau tidak mengikuti permintaanku," kata London kemudian.     

"A.. apa yang kau inginkan?" L menatap London dengan pandangan marah. Ia berusaha hendak berdiri tetapi London menahannya.     

"Kau harus tinggal bersamaku selama masa kehamilanmu, hingga anak kita lahir. Nanti aku yang akan merawatnya dan kau boleh kembali kepada kariermu dan melupakan kami. Kalau kau menolak, aku akan segera menghubungi Schneider Group dan memberi tahu semua yang terjadi." Suara London sama sekali tidak terdengar manis seperti biasanya. "Kau akan kehilangan kariermu saat ini juga."     

Ia sungguh merasa terluka atas perbuatan L yang hampir saja menyerahkan anaknya kepada orang asing dan ingin menutupi semua yang terjadi dari dirinya. Kalau London tidak segera mencari tahu apa yang terjadi, mungkin saja ia akan terlambat, dan anaknya akan diserahkan perempuan egois ini kepada orang lain.     

Kalau L bukan wanita yang sedang mengandung anaknya, mungkin London sudah akan menghukumnya dan membuangnya dari Schneider Group karena sudah berkali-kali menyakiti hatinya.     

Sementara itu L menatap London dengan pandangan benci dan bibir mengkerut. Ia merasa diperas dan perasaannya terhadap London yang tadi bercampur rasa bersalah, kini berubah menjadi benci. Ia tidak suka dipaksa dan diperas untuk mengikuti keinginan orang lain.     

Tetapi kini ia sadar ia sama sekali tidak punya pilihan selain menuruti permintaan pemuda itu. Kalau ia menolak, London akan mengadukannya kepada pihak Schneider Group, dan kariernya yang sangat dijaganya baik-baik akan hancur tak berbekas.     

Akhirnya dengan enggan ia mengangguk. L lalu membuang muka, ia tidak bersedia memandang London sama sekali.     

"Lola, tolong siapkan barang-barang penting saja, Nona Elle akan bepergian denganku," panggil London kepada Lola. Wanita itu menuruti permintaan London dan dalam waktu setengah jam saja London sudah menuntun L keluar rumah dan masuk ke dalam mobilnya.     

Tadi selama menunggu Lola menyiapkan perlengkapan L, London telah berbicara kepada Jan di telepon dan memberitahunya apa yang terjadi. Jan terdengar agak terkejut tetapi seperti biasa ia tidak berkomentar apa-apa dan langsung menyiapkan apa yang diminta London.     

London memintanya menyiapkan sebuah apartemen yang sederhana tetapi nyaman di pusat kota agar ia dapat pindah ke sana dan merawat L selama kehamilannya. Setelah perbuatan L kali ini, ia tidak akan membiarkan gadis itu mengetahui identitasnya yang sebenarnya bernama London Schneider.     

London akan meninggalkan penthouse-nya dan tinggal di apartemen sederhana itu bersama L dan memastikan gadis itu tidak berbuat macam-macam kepada anaknya. Ia akan berpura-pura tinggal di apartemen sederhana itu dan menunggu hingga L melahirkan dan kemudian setelah ia mengambil anaknya, ia akan melepaskan L untuk pergi dan menjalani hidup seperti keinginannya.     

London bahkan tidak akan mencabut semua kontrak dan fasilitas yang diberikan Schneider Group kepada gadis itu. Setelah L pergi dari hidupnya, ia tidak akan pernah mau bertemu dengan gadis itu lagi. Ia juga tidak akan membiarkan anaknya tahu bahwa ibunya adalah seorang perempuan yang demikian egois yang hampir membuang anaknya kepada orang asing.     

Pikiran-pikiran negatif itu memenuhi kepala London saat ia menyetir menuju apartemen yang disiapkan Jan untuk mereka. Ia sama sekali tidak bicara apa-apa kepada L di sepanjang perjalanan. Gadis itu juga hanya membuang muka dan menatap ke jendela, sama sekali tidak mengindahkannya.     

"Silakan masuk, ini rumahku," kata London saat membuka pintu mobil dan mempersilakan L keluar. Ia membawa koper gadis itu dari bagasi lalu menarik tangannya menuju lift. Mereka kembali saling diam dalam perjalanan naik ke lantai 30.      

Setelah lift membuka, ia mengajak L berjalan ke unit di ujung lorong dan membuka pintunya dengan passkey yang sudah diketahuinya dari Jan.     

Saat L masuk ke dalam apartemen sederhana itu, ia termangu-mangu melihat penataannya yang nyaman dan terkesan hangat.     

Inikah tempat tinggal London? pikirnya.     

London sendiri baru pertama masuk ke unit ini. Ia memuji selera Jan dan keefisienan asistennya itu. Apartemen ini cukup luas dan memiliki dua kamar tidur. Penataannya minimalis dan nyaman yang secara keseluruhan membuatnya terlihat menyenangkan.     

"Di sini ada dua kamar. Kau bisa tinggal di kamar yang besar dengan balkon itu, aku akan mengambil kamar yang satu lagi." kata London kemudian. Ia menaruh koper L di kamar yang ia maksudkan. "Semua yang kaubutuhkan akan aku sediakan. Kau tidak perlu keluar kalau kau ingin tetap diam di rumah. Kalau kau mau ke suatu tempat, kau cukup bilang kepadaku, aku akan mengantarmu kemana pun."     

L mengangguk pelan. "Aku mengerti."     

"Aku akan pergi bekerja dari pagi hingga sore. Kadang-kadang aku bisa mengambil libur, tetapi pada dasarnya, kapan pun kau membutuhkanku kau harus mengatakannya kepadaku. Jangan menyembunyikan apa pun dariku dan jangan sembunyi-sembunyi di belakangku, karena aku pasti akan tahu." London mengangkat dagu L dan menatapnya dengan pandangan tajam. "Ingat, aku tidak segan-segan melaporkanmu kepada agensimu kalau kau sampai berusaha kabur dari sini. Kau boleh pergi kemana pun kau mau, tetapi kau harus bilang kepadaku."     

"Aku tidak akan pergi diam-diam," kata L. Ia mendengus kesal karena London sepertinya sangat tidak mempercayainya.     

"Bagus." London menghela napas panjang lalu memejamkan mata, berusaha menahan perasaannya.     

Tadi malam, ketika Carl memberitahunya apa yang terjadi, ia merasa sangat terkejut dan tidak bisa tidur memikirkan hal ini semalaman. Umurnya masih 27 tahun dan di antara kaumnya, ia masih sangat muda. Tetapi kini tiba-tiba saja ia akan menjadi seorang ayah.     

Ia bahkan akan menjadi seorang ayah tunggal, karena ibu sang anak tidak berminat untuk merawat anak itu bersamanya.     

Hal ini membuat dadanya terasa sangat sesak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.