The Alchemists: Cinta Abadi

Ia Merasa Tidak Rela



Ia Merasa Tidak Rela

2"Apa katamu??? Kau sudah menikah?"     

"Menikah? Tanpa memberi tahu kami, keluargamu?!?"     

Terry dan Alaric berseru bersamaan saat mendengar Nicolae bergumam menyatakan bahwa ia dan Marie telah menikah ketika mereka melakukan hubungan suami istri.     

Nicolae terheran-heran melihat antusiasme Terry dan Alaric. Menurutnya mereka terlalu berlebihan.     

"Ceritanya panjang," kata pemuda itu sambil mengangkat bahu. "Aku tidak ingin membahasnya sekarang."     

Alaric dan Terry bertukar pandang. Jelas keduanya tampak tidak puas.     

"Aku adalah sahabatmu selama lebih dari sebelas tahun. Teganya kau menikah dan tidak memberitahuku berita penting itu. Kau anggap apa persahabatan kita?" kecam Terry.     

"Dan aku adikmu. Aku rasa tidak ada keluargamu yang lebih dekat daripadaku di dunia ini. Kalaupun kau tidak memberi tahu sahabatmu, setidaknya kau harus memberitahuku. Apalagi kau menikah di Singapura. Sungguh keterlaluan..." Alaric ikut mengecam kakaknya.     

Perkataan kedua pria itu membuat Nicolae menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan itu yang terjadi. Kami hanya menikah sementara. Aku menyuruh Marie untuk mengurus pembatalannya begitu aku pergi. Tentu sekarang ia sudah mengurus itu semua."     

"Menikah sementara? Aku tidak  mengerti..." Terry duduk di kursi berjemur Nicolae dan menggeser pantatnya agar memperoleh tempat di sana. Ia lalu mencengkeram kedua bahu sahabatnya dan bertanya dengan nada mendesak. "Kau harus menceritakan semuanya. Kalau tidak nanti aku tidak bisa tidur."     

"Astaga... apa-apaan ini? Kalau kau tidak bisa tidur, minta obat tidur kepada ayahku... Jangan menyalahkan aku," omel Nicolae.     

Alaric mengerutkan kening dan menatap kakaknya lekat-lekat.     

"Namanya Marie, ya? Kau tahu, Nic.. kalau kau tidak mau menceritakannya kepadaku, aku dapat dengan mudah menyuruh Pavel atau Takeshi mencari informasi tentang gadis itu. Apalagi mengingat ia tinggal di Singapura. Nah.. kau bisa menceritakannya kepada kami. Aku... beserta Terry akan berjanji tidak menceritakannya kepada siapa-siapa. Atau..." Ia tersenyum sedikit dengan ekspresi yang membuat orang biasa dapat menjadi jerih. "Atau aku akan mengetahui siapa dia dan mendatanginya sebagai adik ipar yang baik."     

"Ishh.. untuk apa kau mendatanginya? Kurang kerjaan," omel Nicolae. Ia lalu melambaikan tangannya dan memutar matanya, akhirnya menyerah. "Namanya Marie Lu. Dia memiliki toko bunga di pusat kota dekat apartemenku. Kami bertemu beberapa kali."     

"Hanya bertemu beberapa kali tetapi kalian langsung memutuskan menikah? Wow... mungkin ini keturunan ya? Kau dan adikmu sama saja," komentar Terry. "Ayo lanjutkan."     

"Ugh... kalian ini ingin tahu sekali ya? Baiklah... aku akan menceritakan apa yang terjadi. Tetapi awas kalau sampai kalian memberi tahu yang lain," kata Nicolae akhirnya.     

"Aku berjanji tidak akan memberi tahu siapa-siapa," kata Terry sambil mengangkat tangan kanannya dengan khimad. Alaric hanya mengangguk, tetapi siapa pun tahu bahwa pria itu dapat memegang janjinya.     

"Baiklah. Aku bertemu Marie beberapa kali dan pada suatu hari ia tiba-tiba meminta bantuanku untuk menjadi suami pura-puranya. Ibunya telah lama berbaring sakit. Kondisinya sangat parah tetapi ibunya berkeras untuk bertahan hidup, walaupun ia digegorogoti rasa nyeri yang sangat berat, ia bahkan harus dibuat koma untuk waktu yang cukup lama agar tidak terlalu menderita...     

Namun demikian, ibunya terus bertahan. Menurut Marie, satu-satunya alasan beliau tidak juga menyerah adalah karena ia sangat menguatirkan anaknya yang hidup sendirian. Ibu Marie tidak mau meninggalkan Marie sendiri di dunia ini..."     

"Oh..." Alaric terkesima mendengar cerita Nicolae. Ia dapat segera bersimpati kepada Marie karena ia mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang tua. Apalagi mengingat Alaric sangat menyayangi sosok ibunya. "Lalu... dia memintamu berpura-pura menjadi suaminya.. untuk menenangkan hati ibunya?"     

Nicolae mengangguk. "Kau bisa menebak apa yang terjadi. Semula kami hanya berpura-pura di depan ibunya. Tetapi Nyonya Lu sangat cerdas. Ia mengetahui kebohongan itu. Karena aku tidak tega... maka aku melamar Marie saat itu juga di depan ibunya, dan kami pun menikah di kapel rumah sakit."     

"Hmm..." Alaric mengingat-ingat sesuatu dan kemudian ia menatap kakaknya dengan ekspresi serius. "Berarti ini terjadi ketika kau masih di Singapura? Kapan tepatnya? Altair dan Vega juga mengenal Marie?"     

"Sebelum hari ulang tahun pernikahan kalian, akhir September lalu hingga awal Oktober. Aku sudah mengatakan kepada Marie untuk membatalkan pernikahan setelah ibunya meninggal. Aku tak punya waktu untuk melakukannya sendiri... Lagipula aku tak ingin ia memiliki status sebagai wanita menikah karena aku akan segera pergi. Masa depannya masih panjang dan ia pasti akan bertemu lelaki lain," kata Nicolae. Entah kenapa suaranya mulai terdengar tidak bersemangat. "Kami berdua tahu pernikahan itu cuma sementara... aku dan dia terbawa suasana setelah ibunya meninggal dan tidur bersama..."     

Sebenarnya ini adalah kesalahannya sendiri. Ia yang meninggalkan Marie dan menyuruhnya membatalkan pernikahan mereka. Saat itu ia tidak tahu bahwa ia telah jatuh cinta kepada gadis itu. Kini, membayangkan Marie membatalkan pernikahan mereka dan menemukan pria lain.. hati Nicolae merasa resah. Ia merasa tidak rela jika Marie berkencan dengan lelaki lain, menikah dan tidur bersama lelaki itu..     

Ah... entah kenapa dadanya mulai terasa sesak membayangkan semua kemungkinan itu. Ia sungguh tidak rela.     

"Apakah menurutmu dia menyukaimu?" tanya Terry. Ia sangat mengenal sahabatnya dan selama tiga bulan terakhir ia telah mencurigai sesuatu saat melihat pemuda itu berkencan dengan wanita-wanita berbeda tetapi semuanya memiliki penampilan yang mirip.     

Barulah ketika melihat foto Marie ia mengerti apa yang terjadi. Ia tahu Nicolae tanpa sadar telah jatuh cinta kepada gadis itu. Tetapi bagaimana dengan perasaan Marie sendiri? Ia perlu mengetahuinya sebelum menyuruh Nicolae melakukan sesuatu.     

"Uhm... waktu kami bersama, aku memang melihat bahwa ia sepertinya menyukai. Itu sebabnya aku menghindar. Aku tak ingin memberi harapan kepadanya. Saat itu aku belum siap membuka hati pada cinta yang baru..." jawab Nicolae.     

Kini ia hanya bisa menyesali keputusannya. Perlu waktu tiga bulan, berkencan dengan banyak wanita, dan ditegur oleh orang-orang dekatnya... barulah ia menyadari perasaannya sendiri kepada Marie.     

"Kau ini bodoh sekali..!" kecam Terry lagi. Ia memijat keningnya. "Sudah tiga bulan berlalu. Semoga saja saat kau bertemu dengannya lagi dia masih menyimpan perasaan suka kepadamu. Kau ini tidak gampang jatuh cinta. Kenapa justru kau mengusir satu-satunya gadis yang kau suka?"     

"Hei.. aku tidak tahu ya. Saat itu aku masih patah hati. Aku tidak mau menjadikan Marie sebagai pelampiasan saja. Dia terlalu baik untuk itu..." cetus Nicolae.     

"Oke, kalau begitu, selesai liburan ini kau harus buru-buru ke Singapura dan menemuinya. Katakan kepadanya perasaanmu yang sebenarnya," desak Terry.     

"Iya.. iya. Aku juga sudah berpikir begitu," kata Nicolae. "Kau kira apa yang kulakukan selama beberapa hari ini? Aku memikirkannya masak-masak. Aku tak ingin menyakiti hatinya dengan memberi harapan padahal aku belum yakin. Jadi selama tiga hari ini aku banyak berpikir tentang perasaanku sendiri..."     

Alaric menyentuh tangan Nicolae dan menepuknya pelan. "Semoga berhasil."     

Alaric sangat ingin melihat Nicolae bahagia, dan ia akan mendukung kakaknya dengan segala cara. Bagaimanapun Nicolae adalah saudaranya yang paling dekat. Ia merasa tidak enak menjadi satu-satunya pria di keluarga mereka yang kini hidup berbahagia.     

Ia ingin melihat ayah dan kakaknya juga menemukan wanita yang dapat mereka cintai dan berbagi hidup bersama. Ia ingin sekali Nicolae menemukan wanita itu dan memiliki anak-anak kandungnya sendiri.     

Ia tahu betapa saudaranya akan menjadi ayah yang baik, karena selama ini ia telah mencurahkan begitu banyak kasih sayang kepada Altair dan Vega. Nicolae pantas memiliki anaknya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.