The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae, Altair Dan Vega



Nicolae, Altair Dan Vega

2"Selamat siang," Altair memberikan salam ketika ia membuka pintu apartemen dan masuk ke dalam. Vega menyusul di belakangnya. Nicolae yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya segera keluar dari ruang kerjanya menyambut kedua remaja itu.     

"Hei... kalian sudah pulang. Kalian bisa dapat pesanan Papa?" tanyanya. Altair mengangkat kantong kertas berisi belanjaan di  tangannya.     

"Semuanya ada, kecuali tomat cherry," jawab remaja lelaki itu.     

"Ha. Tidak apa-apa. Papa sudah lama ingin memasak resep baru ini. Kalian simpan tas kalian dan makan siang dulu."     

Nicolae menerima kantong sayuran dari Altair dan menepuk bahunya, lalu menyimpan isi belanjaannya ke dalam kulkas.      

Altair dan Vega segera menuju kamar mereka masing-masing dan berganti pakaian lalu bergegas ke meja makan yang terletak menghadap ke balkon besar yang penuh berisi tanaman hijau. Apartemen tempat tinggal Nicolae ini memang sangat nyaman dan luas. Ia sengaja tinggal di apartemen demi kepraktisan dan bagus untuk menyamarkan identitasnya selama ia bekerja sebagai dosen di universitas.     

Altair dan Vega juga menyukai kamar mereka di apartemen Nicolae walaupun dari segi ukuran dan kenyamanan tidak dapat dibandingkan dengan kamar mereka di mansion orang tuanya yang sangat luas dan megah. Di sebelah apartemen mereka tinggal dua orang pengawal pribadi yang disiapkan ayah mereka untuk selalu menjaga mereka secara diam-diam, dan di seberang jalan ada seorang pengawal lainnya.     

Selama dua tahun terakhir ini, mereka telah berhasil hidup sederhana di bagian Timur kota New York, seperti orang biasa. Setiap akhir pekan, keduanya akan pulang ke rumah Alaric dan Aleksis di Manhattan, atau kadang-kadang mereka bepergian menjenguk kakek-nenek mereka di Stuttgart maupun Berlin.     

Bagi Altair dan Vega, kehidupan mereka sebagai anak-anak dari Elios Linden dan juga keluarga besar Schneider sangatlah mudah dengan berbagai fasilitas mewah yang tersedia bagi mereka setiap saat. Bagi mereka, sangatlah gampang untuk bepergian ke Eropa atau Asia kapan pun mereka mau karena keluarga mereka memiliki pesawat pribadi.     

Itulah sebabnya, ketika Vega mendengar ada gadis penggemar Altair yang secara tidak langsung menyombongkan bahwa keluarganya bepergian ke Swiss untuk menghabiskan akhir pekan, ia sama sekali tidak terkesan dan hanya tertawa. Kalau ia mau, Vega dapat pergi ke Swiss dan pulang pada hari  yang sama.     

Tetapi keduanya sangat  tidak ingin menarik  perhatian. Mereka sangat menikmati kehidupan bersekolah seperti orang biasa dan berusaha menggunakan waktu yang mereka miliki sebaik-baiknya. Mereka tahu bahwa mereka hanya dapat hidup sebagai orang biasa hingga usia mereka 35 tahun, setelah itu mereka harus menyembunyikan diri dan mencari identitas baru.     

Sebagai orang dari kaum Alchemist yang dapat hidup abadi, wajah dan penampilan mereka tidak akan menua setelah mereka menginjak usia 25 tahun. Selama sepuluh tahun sesudahnya mereka akan dapat mengaku sebagai orang-orang yang awet muda kepada orang lain, tetapi lebih dari usia 35 tahun, akan sulit bagi mereka untuk meyakinkan orang lain akan dalih bahwa wajah mereka masih tetap terlihat seperti berusia 20-an karena awet muda saja.     

Alaric Rhionen sendiri sudah sangat jarang tampil di depan umum, tetapi setiap kali ia tampil, orang-orang sudah mulai membicarakan penampilannya yang masih saja terlihat sangat muda, walaupun seharusnya ia, di mata dunia, sudah berumur 40 tahun. Alaric dan Aleksis sendiri sadar bahwa ia harus segera menyingkir dari  kehidupan publik dan tidak menampakkan diri lagi agar tidak membuat orang-orang curiga.     

Ia akan menunggu lima tahun lagi, setidaknya hingga Altair dan Vega beranjak dewasa, supaya ia bisa menyerahkan posisinya di RMI kepada anaknya dan sama sekali menghilang dari publik.     

Ia sudah lama ingin hidup tenang bersama istri dan anak-anaknya saja, tetapi sebagai ikon dari grup perusahaannya yang masif, ia tidak punya pilihan selain tampil ke publik dan pada para karyawannya sesekali.     

Nicolae sendiri sudah lima tahun menggunakan identitasnya sekarang dan orang-orang yang mengenalnya di kampus juga mengira umurnya sudah 38 tahun. Banyak yang memuji penampilannya yang awet muda, terutama kalau ia sedang tidak mengenakan jas dan dasi yang membuatnya terlihat formal dan lebih dewasa.     

Ia pun sudah memikirkan untuk mencari identitas baru lima tahun dari sekarang. Ia hanya ingin menunggu Altair dan Vega menjadi dewasa sebelum mereka semua terlihat seperti teman sebaya.     

"Jadi, bagaimana dengan persiapan ujian kalian?" tanya Nicolae sambil menyendok sup ke mangkuknya lalu mulai makan.     

Ketiganya duduk di meja makan cantik yang menghadap ke balkon penuh berisi tanaman. Suasana di luar sangat tenang dan cuaca tampak begitu cerah, membuat suasana hati ketiganya menjadi  semakin gembira.     

"Ugh.. guruku gila. Dia memberi banyak sekali tugas sebelum ujian. Bagaimana aku bisa belajar?" omel Vega sambil menggigit roti bawang putihnya dengan ekspresi kesal. "Aku mesti ke rumah Loren besok sepulang sekolah untuk kerja kelompok."     

"Besok hari Jumat, kan?" tanya Nicolae. "Berarti kau langsung ke mansion setelah selesai kerja kelompok?" tanya Nicolae dengan penuh perhatian.     

Vega mengangguk. "Rumahnya dekat Manhattan,"     

"Kalau kau, bagaimana?" tanya Nicolae ke arah Altair. Remaja itu sedang menyisihkan kacang polong dari supnya. "Heii.. berapa kali Papa bilang, jangan memilih makanan. Kau ini sudah besar."     

Altair yang tertangkap basah hanya menyengir dan buru-buru menyingkirkan kacang polongnya ke bawah mangkuknya. "Miss Haney memanggil Papa besok ke kantor kepala sekolah."     

"Untuk apa lagi?" tanya Nicolae. Seingatnya semester ini hampir sebulan sekali ia terpaksa datang ke sekolah anak-anaknya dan bertemu kepala sekolah. Walaupun Vega adalah siswa teladan, Altair sama sekali tidak seperti saudaranya. Ia sudah beberapa kali membuat Nicolae dipanggil ke sekolah karena Altair terlibat perkelahian dengan murid lain. Nicolae menatap Altair dengan mata disipitkan. "Kau berkelahi lagi?"     

"Ehh.. enak saja. Bukan aku yang mencari  masalah," kata Altair membela diri. "Si brengsek dari kelas D itu yang mulai duluan. Hanya gara-gara perempuan yang dia sukai memberiku cokelat, dia hendak memukulku di lapangan olah raga tadi."     

Vega mengangguk dan menunjuk Altair. "Dia tidak bohong, Pa."     

"Kau dipukul orang?" tanya Nicolae prihatin.      

Altair buru-buru menggeleng dan tersenyum iseng. "Tentu saja tidak. Aku kan jago berkelahi. Tidak sia-sia Ayah dan Paman Jadeith mengajariku bela diri. Dia yang aku pukul."     

"Hmm.. begitu," Nicolae mengangguk-angguk. Baginya yang penting anak-anaknya tidak terluka. ia tidak akan memaafkan siapa pun yang ingin menyakiti baik Altair maupun Vega.     

"Aku dengar si Charles goblok itu ayahnya adalah pengacara terkenal. Makanya dia berani berusaha memukulku. Dia pikir ayahnya akan dapat menolongnya," Altair kembali diam-diam menyembunyikan kacang polongnya saat Nicolae lengah. "Aku rasa Miss Haney akan mempertemukan Papa dengan ayahnya si Charles itu besok. Pokoknya apa pun yang terjadi, Papa jangan mengalah ya."     

Nicolae mengangguk-angguk. Ia sudah biasa menghadapi masalah seperti ini. Kalau bisa, sedapat mungkin ia dan kedua anak itu berusaha menyelesaikannya sendiri, jangan sampai Alaric, adiknya tahu. Ia tak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan Alaric kalau mendengar anaknya diincar dan berusaha dipukul oleh anak lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.