The Alchemists: Cinta Abadi

Apakah Kau Menginginkan Kematian Gadis Itu?



Apakah Kau Menginginkan Kematian Gadis Itu?

3Pembicaraan keduanya terhenti ketika beberapa orang direktur rumah sakit lain dan perwakilan dari Schneider Group datang menghampiri meja mereka. Para tamu undangan itu segera terlibat dalam pembicaraan yang hangat terkait program-program kesehatan yang akan disajikan dalam konferensi kali ini.     

Acara dimulai tepat pukul sepuluh dan London mendapat kehormatan untuk membuka konferensi sebagai perwakilan dari Schneider Group. Ketika London naik ke atas panggung, ia melihat Caroline menatapnya dengan sepasang mata berseri-seri.     

Dengan mudah ia menyimpulkan lelaki tua yang berdiri di sampingnya itu adalah ayah Caroline, lelaki  yang sangat dibencinya karena telah mengakibatkan kematian keluarga L.     

"Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Anda semua. Saya berharap semua pembicara dan materi yang disampaikan di sini akan bermanfaat bagi Anda semua, dan mempererat kerja sama kita ke depan." Ia menutup pidato dan membungkuk sedikit kepada semua hadirin yang segera bangkit dari kursi mereka masing-masing dan bertepuk tangan dengan meriah.     

London turun dari panggung dengan disambut Jan yang membawanya berjalan ke meja tempat Caroline dan ayahnya berada.     

"Hallo, selamat pagi. Saya senang melihat Anda hadir di sini..." London mengulurkan tangannya dan menyapa John Wendell. Ia berhasil menjaga ekspresinya agar tetap netral di depan lelaki jahat ini. "Bagaimana Berlin sejauh ini? Kalian sudah berjalan-jalan?"     

Caroline tersenyum dan ikut mengulurkan tangannya untuk menyalami London. "Kami senang berada di sini. Ini ayahku... Ayah, ini Tuan London Schneider. Kami kemarin makan malam bersama."     

John Wendell tampak senang sekali melihat keakraban putrinya dan pewaris Schneider Group yang kaya ini. Sikapnya segera dibuat menjadi sangat ramah.     

"Ah.. selamat pagi, Tuan Schneider, saya sangat senang bertemu Anda."     

"Sama-sama. Aku sangat sibuk hari ini, tetapi aku berharap kau dan ayahmu mau makan siang bersama denganku siang ini..." kata London sambil tersenyum.     

Caroline dan John bertukar pandang dan keduanya segera mengangguk.     

"Caroline..!!"     

Belum sempat Caroline menjawab, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari pintu masuk aula. Semua orang segera menoleh ke arah datangnya suara. Begitu Caroline melihat Danny Swann datang, wajahnya segera terlihat tidak senang.     

"Ayah... Danny datang ke mari," bisik gadis itu dengan tidak kentara. "Apa yang harus kulakukan?"     

"Biar ayah yang mengurusnya, kau temanilah Tuan Schneider," kata John sambil menepuk bahu Caroline. Ia lalu mengangguk ke arah London. "Uhm... maafkan, saya permisi dulu, Tuan. Ada keponakan saya yang hendak membuat keributan. Saya harus mendidiknya dulu."     

London hanya memandang John bergerak meninggalkannya dan menghampiri Danny Swann yang tampak sangat marah. Ia mengerling ke arah Jan dan melihat asistennya itu mengedip. Jan sengaja mengirim utusan kepada Danny Swann dan menyuruhnya datang ke konferensi karena kekasihnya mengkhianatinya.     

Benar saja, dengan mudah Danny dapat dipancing untuk datang.     

Dari sini, London akan membiarkan John Wendell yang mengurusi pemuda itu. Ia telah membuat Caroline dan ayahnya tertipu dan mengira ia tertarik kepada Caroline. Kedatangan Danny ke sini hanya akan mereka lihat sebagai gangguan.     

Ia tertarik ingin mengetahui sejauh apa John akan bertindak untuk menyingkirkan Danny Swann agar anaknya dapat bersanding dengan pria yang lebih kaya.     

"Danny.. sedang apa kau di sini?" bisik John sambil menggamit lengan pria itu dan menariknya pergi. "Ayo ikut aku, Caroline sedang ada urusan penting di konferensi. Saat ini kau jangan menganggunya."     

"Tapi, Paman... aku mendapat kabar bahwa Caroline selingkuh," Wajah Danny Swann tampak dipenuhi kemarahan. "Dia tidak mau menjawab panggilan telepon dan SMS-SMS-ku... Aku ingin tahu ada apa sebenarnya..."     

"Kita bicara di luar," John tidak mempedulikan keluh kesah Danny setengah menyeret pemuda itu keluar aula. Begitu mereka berada di luar, lelaki tua itu dengan tidak segan-segan memukul kepala Danny. "Brengsek kau! Kau mau mempermalukan anakku di depan banyak orang? Kau sudah gila ya? Aku membesarkanmu sejak kecil menggantikan ayahmu, bukan untuk menerima penghinaan dari anak tidak tahu diri sepertimu... Bocah tolol."     

Danny Swann dapat mengelakkan pukulan-pukulan dari John Wendell, orang kepercayaan ayahnya yang telah membantu membesarkannya sejak ia masih berusia belasan tahun itu, tetapi ia tak kuasa membalas. Ia terlalu menghormati John karena telah membesarkannya. Apalagi pria tua itu adalah ayah Caroline, satu-satunya wanita yang ia cintai.     

"Maafkan aku, Paman..." Akhirnya ia menunduk. "Aku tidak dapat kehilangan Caroline... Hanya dia wanita yang aku cintai di dunia ini..."     

"Kalau kau mencintainya, maka kau tidak boleh mengecewakannya. Masa kau ingin membawa anakku hidup menderita bersamamu?" cetus John dengan suara sangat marah. "Kau bahkan tidak bisa mempertahankan harta warisanmu. Laki-laki macam apa kau ini?"     

"Aku... aku pasti akan mendapatkan semua harta warisanku, Paman. Tolong beri aku waktu..." kata Danny dengan nada memohon. "Aku berjanji akan mendapatkan semuanya... Aku pasti akan membuat Caroline bahagia."     

"Dengan memalsukan pernikahanmu bersama Marianne De Maestri? Bodoh sekali. Dia sudah membantah dengan bukti-bukti kuat. Apa lagi yang dapat kau lakukan? Satu-satunya cara yang belum kau coba adalah membunuhnya. Dan aku tidak yakin kau cukup laki-laki untuk membunuh orang yang menghalangi kebahagiaan Caroline." John Wendell mendengus. Ia melipat kedua tangannya di dada dan tampak sama sekali tidak memiliki belas kasihan. "Kau sudah mengecewakanku."     

"Aku bisa melakukan itu," kata Danny cepat-cepat. "Aku dapat membunuh, jika itu harus dilakukan. Paman lihat saja..."     

John Wendell menatap Danny dengan sepasang mata disipitkan. Ia berusaha menilai apakah pria itu serius dengan kata-katanya atau tidak.     

Danny Swann akan membunuh L demi mendapatkan harta warisan kakeknya? Ha. Mari kita lihat apakah kau akan sungguh-sungguh seberani itu.     

"Baiklah. Aku tidak perlu janji-janji manis dari mulutmu. Aku perlu bukti," John Wendell mencengkram bahu Danny dan menatap matanya dengan tajam. "Ingat, kau harus membunuh dua orang. Gadis itu sudah mempunyai anak. Kalau kau hanya membunuh dia, maka bagian harta warisannya akan jatuh ke tangan anaknya."     

Danny tertegun. Ia merasa sangat shock karena dipaksa untuk membunuh bukan hanya L tetapi juga bayinya yang masih berumur beberapa bulan...     

Wajahnya seketika memucat dan keringat besar-besar segera mengaliri keningnya.     

"A.. aku..." Bicaranya menjadi gagap dan keberaniannya menghilang. "Aku tidak bisa membunuh anak-anak..."     

"Kata siapa kau sendiri yang harus melakukannya," cetus John tidak sabar. "Kau harus membayar para pembunuh bayaran untuk melakukan pekerjaan kotormu."     

"Aku... tidak  mengerti," kata Danny kebingungan. "Bagaimana aku bisa menemukan mereka."     

"Tenang saja. Asalkan kau memang menginginkannya, aku dapat menghubungkanmu kepada kelompok assassin yang handal dan kau bisa menghubungi mereka dan memberikan pesanan membunuh gadis itu dan anaknya," kata John dengan suara dingin.     

"Ke.. kenapa Paman bisa punya kontak kelompok assassin seperti mereka?" tanya Danny keheranan. Ia telah cukup lama mengenal John Wendell dan keluarganya, tetapi ia sama sekali tidak pernah menduga bahwa lelaki tua di depannya ini punya kontak dengan dunia hitam.     

Apakah... John Wendell pernah membunuh orang sebelumnya? Pikiran ini segera bergejolak di dalam batin Danny.     

"Itu bukan urusanmu," tukas John Wendell. "Sekarang, pertanyaannya adalah.. apakah kau menginginkan kematian gadis itu dan anaknya?"     

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri selama beberapa lama, akhirnya pelan-pelan Danny mengangkat wajahnya dan menatap John dengan penuh tekad. Ia lalu mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.