The Alchemists: Cinta Abadi

Dia Seharusnya Sudah Mati



Dia Seharusnya Sudah Mati

3Suasana di ballroom itu segera menjadi ribut.     

"Tolong ayahku... Tolong.. Tolong ayahku..." Berkali-kali terdengar suara jeritan Caroline Wendell yang mengiba. Ia menghambur kepada ayahnya dan berusaha melindungi laki-laki tua itu dari serangan Danny Swann berikutnya, tetapi pria itu sama sekali tidak peduli. Ia menarik tubuh Caroline lalu kembali melayangkan tinjunya ke wajah John Wendell.     

Caroline yang merasa merasa terpojok segera bangkit dan menghampiri London Schneider, berharap pria itu akan menolong ayahnya. Dengan suara yang masih mengiba ia hendak memegang tangan London dan memohon.     

"Tolong ayahku, London. Kau pasti punya pengawal, kan? Kau pasti punya orang-orang... Jangan biarkan Ayahku dipukuli oleh laki-laki gila itu. Aku sudah tidak punya hubungan apa pun dengannya! Apa yang ia lakukan tidak ada urusannya denganku. Aku tidak rela kalau ia memukuli ayahku..."     

London secara refleks menghindar dari gadis itu dan membuat buat Caroline terkejut setengah mati. Sepasang mata Caroline membulat saat ia menatap pria yang dikiranya jatuh cinta kepadanya itu.     

"Ke.. kenapa kau memperlakukanku seperti ini? Aku sudah bilang ayahku dan aku tidak bersalah. Kami tidak ada hubungannya dengannya kau lihat sendiri, kan, dia memukuli ayahku. Itu karena ia dendam kepada kami..." cetus gadis itu dengan wajah tersinggung.     

London tampak sama sekali tidak memperdulikan Caroline yang hendak meminta tolong kepadanya. Sikapnya yang tiba-tiba berubah menjadi dingin membuat gadis itu menjadi keheranan. Ia sungguh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Ia menduga London memang menjauhinya karena mengira ia terlibat atau bersekongkol dengan Danny Swann untuk membunuh seseorang demi harta warisan.     

Tetes demi tetes air mata mulai mengalir di pipinya saat garis itu kembali berusaha mendekat dan menjangkau tangan London Schneider. Namun, dengan dingin pria itu menepis tangan Caroline.     

"Jangan sentuh aku," kata London dengan suara sedingin es.     

Hal ini membuat Caroline terpaku di tempatnya. Ia benar-benar tidak mengira pemuda itu akan berubah sikap 180 derajat.     

"Ada apa ini? Kenapa kau bersikap begini kepadaku? Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak ada hubungannya dengan apa yang ia lakukan. Aku sama sekali tidak tahu menahu," kata Caroline dengan putus asa.     

Mendengar kata-kata gadis itu, kemarahan Danny Swann menjadi semakin memuncak. Ia meninggalkan John Wendell yang masih terbaring di lantai dengan wajah berlumuran darah akibat pukulan-pukulannya barusan.     

Ia menghampiri Caroline yang tampak sangat ketakutan melihat ekspresi Danny Swann yang tampak seperti siap membunuhnya.     

"Jangan mendekat!" jerit Caroline histeris. "Aku tidak ada hubungannya denganmu."     

"Teganya kau berkata begitu kepadaku.. Setelah semua yang kulakukan untukmu. Ayahmu yang menyuruhku untuk membunuh Marianne supaya kita dapat bersama. Ternyata itu semua hanya kebohongan. Rupanya kau sudah menemukan laki-laki lain. Kau dan ayahmu sungguh rendah." Danny mendekati Caroline dengan sikap mengancam. "Seharusnya aku tahu bahwa kau adalah seorang gadis materialistis yang hanya menginginkan kekayaanku."     

"Jangan mendekat..." Caroline pelan-pelan berjalan mundur dengan tangan terjulur ketakutan.     

"Kalau seandainya kau memang mencintaiku apa adanya, kau tidak akan keberatan aku hanya menerima setengah harta warisan dari kakekku sehingga aku dapat menolak perjodohan itu." Danny menggeleng-geleng dengan frustrasi dan sakit hati. "Mengapa kau begitu tega kepadaku, Caroline? Aku sangat mencintaimu sejak kita masih kecil... Kenapa kau jahat sekali kepadaku...?"     

Caroline merasa tersudut oleh Danny Swann yang menghujatnya sebagai gadis materialistis sementara di sisi lain London Schneider yang sehari sebelumnya bersikap sangat manis kepadanya, kini memperlakukannya seperti wabah penyakit menular. Caroline sungguh berharap bumi terbuka dan menelannya saat itu juga.     

Pandangan orang-orang yang hadir membuatnya tampak semakin malu dan frustrasi. London lalu mengangkat tangannya dan memberi tanda agar Marc masuk ke dalam ballroom. Pria tinggi besar itu segera menghampiri London dan dan membungkukkan kepalanya sedikit.     

"Ya, Tuan. Apa yang harus saya lakukan?" tanyanya dengan sopan.     

"Aku mau kau menghubungi kepolisian. Ada peristiwa kekerasan di sini. Juga tersangka pelaku pembunuhan... Mereka harus segera menangkap para penjahat ini," kata London dengan nada muak. Sesaat wajahnya menoleh ke arah Caroline dan memberinya pandangan tajam.     

Ketika Danny Swann menyadari bahwa kondisinya sudah tersudut, ia segera berbalik dan hendak berlari keluar dari ballroom. Namun, dengan cepat Marc telah menyikutnya dan menjegal kakinya sehingga pria itu jatuh ke atas lantai dengan bunyi berdebam keras. Dengan sigap ia lalu menarik kerah baju Danny dan memaksanya berdiri dalam cengkraman tangannya.     

"Apakah orang ini yang ingin membunuh Nyonya?" tanya Marc dengan suara kaku.     

London mengangguk sedikit. "Benar. Orang-orang jahat ini pelakunya."     

John Wendell sangat kaget ketika beberapa pria berbadan kekar menghampirinya dan memaksanya bangkit lalu mendudukkannya di kursi.     

"Hei, apa yang kalian lakukan? Aku di sini tamu..!!" katanya dengan suara serak menahan marah.     

Nasib Caroline tidak jauh berbeda. Ia juga ditarik oleh seorang petugas wanita dan dipaksa duduk di sebuah kursi.     

"A.. ada apa ini? Mengapa kau memperlakukan kami seperti penjahat?" seru Caroline dengan panik. "Kami adalah tamu di sini.. Kau tadi malam tidak begini.."     

London hanya tersenyum tipis dan melengos.     

"Kalian akan segera tahu sendiri," katanya pendek. Pandangannya lalu diarahkan ke atas panggung dan masuklah seorang MC berpakaian formal yang mengumumkan kepada para hadirin untuk kembali duduk ke mejanya masing-masing.     

"Selamat malam, hadirin sekalian. Mohon maaf atas sedikit keributan yang terjadi... Silakan kembali duduk ke meja Anda masing-masing. Acara akan kita lanjutkan." MC mengangkat tangannya dan tersenyum menenangkan. "Polisi akan segera datang untuk menangani keributan ini. Anda tidak usah kuatir, sekarang situasinya sudah terkendali dengan baik oleh tim keamanan Schneider Group. Mari kita saksikan saja penampilan dari artis berikutnya yang akan tampil untuk menghibur Anda semua. Kami sudah bersusah payah mengundang beliau... Kami mohon Anda kembali tenang."     

Terdengar suara bergumam para tamu yang kembali ke meja masing-masing. Lampu sengaja dimatikan supaya tidak ada lagi yang memperhatikan sisa keributan di meja John Wendell. Dalam waktu tidak terlalu lama, suasana sudah kembali menjadi tenang.     

"Baiklah. Terima kasih atas kerja samanya. Semoga Anda terhibur dengan makanan enak yang disajikan para chef kami dan juga berbagai pertunjukan menarik tadi. Kalau tadi kita sudah menyaksikan pertunjukan musik klasik yang diikuti tarian kontemporer, serta beberapa pertunjukan lainnya... Nah, berikutnya kami punya satu penampilan istimewa." MC tampak sangat bersemangat memberi pengantar untuk artis berikutnya, sehingga para tamu yang hadir mulai menjadi penasaran. "Mari kita sambut bintang tamu kita pada malam hari ini... Beliau adalah seorang artis pendatang baru, namun sudah memiliki begitu banyak penggemar dalam waktu begitu singkat. Ia terkenal dengan suaranya yang indah mendayu-dayu. Ini dia.. Elle!!"     

Panggung diredupkan dan dua detik kemudian dua buah lampu sorot bersinar di tengah panggung ke arah sesosok wanita mungil yang berdiri anggun memegang sebuah mikrofon. Denting-denting piano mengalun dan kemudian terdengarlah suara syahdu yang memikat bagaikan suara peri lautan, membuat semua orang terpaku di tempatnya.     

Kalau orang-orang yang ada di seisi ballroom tampak memperhatikan panggung dengan kagum, di sebuah meja yang ada di bagian depan, ada tiga orang yang justru melihat L dengan ekspresi dipenuhi horor.     

"Ini... tidak mungkin..." bisik Danny Swann kaget. "Dia seharusnya sudah mati..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.