The Alchemists: Cinta Abadi

Rencana London



Rencana London

0Setelah acara konferensi pers itu berlalu pelan-pelan semua gosip buruk yang beredar tentang l mulai mereda london sangat senang melihat L tidak lagi dirisaukan oleh pemberitaan pemberitaan yang menyudutkan dirinya.     

"Sayang, malam ini aku tidak makan di rumah, ya," kata London pagi itu sebelum berangkat ke kantor. "Kau dan Lily nanti ikut makan malam ke rumah orang tuaku saja di sebelah. Ayah dan ibuku hari ini pulang ke Berlin dan mereka ingin sekali bertemu denganmu."     

L yang sedang menyusui Lili di ruang duduk mereka mengangkat wajahnya keheranan.     

"Kenapa kau tidak makan bersama kami? Apakah kau ada pekerjaan malam ini?" tanyanya.     

London mengangguk. "Bisa dibilang ini pekerjaan tapi tidak berhubungan dengan perusahaanku. Kau ingat aku pernah mengatakan kepadamu bahwa kematian orang tua dan adikmu ada hubungannya dengan harta warisan keluarga Swann?"     

L mengangguk. Keningnya berkerut dan ekspresinya tampak diliputi kesedihan kembali. "Aku masih ingat."     

"Aku belum mengatakan yang lengkap kepadamu. Aku sudah bertemu Mischa. Dia adalah salah seorang orang kepercayaan kakak iparku yang memiliki koneksi cukup dalam di dunia hitam. Ia berhasil menemukan pembunuh yang bertanggung jawab atas kematian keluargamu." London bicara dengan nada hati-hati, karena ia tahu betapa sensitifnya masalah ini bagi L.     

Benar saja, wajah L ketika terlihat memucat sebelum kemudian dipenuhi aura dendam dan kemarahan. Walaupun L sudah bertekad untuk melepaskan dendamnya, secara naluri hal itu tidak mudah untuk dilakukan.     

"Sebentar, aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Mungkin sebaiknya kau taruh dulu Lily di kamar. Apa yang akan kutunjukkan ini cukup menguras emosi."     

L menurut dan menggendong Lily dari ruang duduk lalu membaringkannya di tempat tidur bayi. Untung saja Lily tidak rewel dan sudah kembali tidur setelah puas minum susu.     

L lalu kembali ke ruang duduk dan menemui London. "Apa yang ingin kau tunjukkan kepadaku?"     

London mengeluarkan tabletnya Ia lalu memutar video yang waktu itu ditunjukkan oleh Mischa kepadanya. Di situ ada rekaman ketika ia menangkap dan menyiksa salah seorang assassin yang bertanggung jawab atas pembunuhan keluarga De Maestri untuk menginterogasinya dan mencari informasi  siapa dalang di balik peristiwa itu.     

L menonton video tersebut dengan mata menyala-nyala. Saat pandangan mata L terpaku pada layar tabletnya, London justru memperhatikan wajah L. I melihat kesedihan memenuhi wajah gadis itu.     

L terdiam selama beberapa saat setelah video itu selesai. Ia terlalu emosional untuk dapat berkata apa-apa. Ia sekarang telah mengetahui apa yang terjadi dan mengambil kesimpulan.     

"Berarti mereka telah merencanakan ini sejak lama," bisiknya dengan suara serak. "Oh, Ayah...Ibu, aku rela tidak mendapatkan harta warisan apa pun... asalkan kalian hidup. Semua uang di dunia ini tidak ada artinya tanpa kalian." Air mata kembali membanjiri wajah L dan ia menangis dengan sangat pedih. "Aku hanya ingin kalian kembali... Aku hanya ingin kalian hidup..."     

London menjadi sangat terharu dan sedih. Ia menarik L ke dadanya dan mengusap-usap rambut gadis itu untuk membuatnya tenang.     

"Aku tahu... Pepatah mengatakan, uang adalah akar segala kejahatan. Karena harta, John Wendell melakukan perbuatan mengerikan terhadap keluargamu. Aku berjanji, aku tidak akan membiarkan dia bebas," bisik London, membujuk L yang sedang histeris.     

L mengangkat wajahnya dan menatap London dengan ekspresi penuh pertanyaan.     

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis itu.     

"Aku akan makan malam dengan Caroline Wendell, putrinya. Caroline adalah kekasih Danny Swann sejak lama. Seharusnya, kalau Danny Swann berhasil mendapatkan seluruh harta warisannya, ia sudah berniat untuk menyingkirkanmu dan menikah dengan Caroline." London menjelaskan. "Aku akan membuat Caroline meninggalkannya."     

L sangat cerdas dan seketika ia mengerti apa yang ingin dilakukan suaminya. Akhirnya L mengangguk. Ia bisa menduga London akan sengaja makan malam dengan Caroline dan berpura-pura tertarik kepadanya. Karena menyadari bahwa London jauh lebih kaya daripada Danny Swann, pasti Caroline dan ayahnya akan mengganti target mereka, tidak lagi Danny Swann, melainkan London Schneider.     

"Baiklah, aku mengerti. Apakah dia perempuan yang waktu itu makan siang denganmu di London?" tanya L.     

Suaminya mengangguk. Ia menyentuh pipi L dan berkata dengan lembut kepadanya, "Aku hanya melakukan ini demi diirmu."     

L mengangguk dan akhirnya tersenyum sedikit.     

"Aku tahu... terima kasih." Ia lalu mencium bibir suaminya dan melepaskan diri. "Aku menunggu kabar darimu."     

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi ke kantor dulu. Nanti akan kutelepon."     

London memeluk dan mencium lalu berangkat ke Schneider Tower. Hari ini ada begitu banyak hal yang harus dibereskannya. Besok acara konferensi medis akan dimulai, lalu malamnya akan diadakan resepsi untuk menjamu para tamu undangan. Malam ini ia juga akan bertemu Caroline Wendell.     

Sebelum makan siang, Jan masuk ke ruangannya dan melaporkan proses persiapan semuanya. Ia juga membawa sebuah kabar tambahan bahwa ternyata Danny Swann ikut datang ke Berlin.     

"Apa kau tahu kira-kira apa tujuannya ikut datang ke sini?" tanya London keheranan. "Bukankah seharusnya ia malu menunjukkan wajahnya di muka umum setelah konferensi pers L kemarin? Semua orang sudah tahu siapa dia sebenarnya. Seorang pembohong yang akan melakukan cara kotor dan fitnah untuk menguasai bagian harta warisan yang bukan miliknya."     

Jan hanya mengangkat bahu. "Mungkin ia ingin menemani kekasihnya?"     

Kata-kata Jan membuat London berpikir ulang. Bagaimanapun Caroline dan Danny telah menjalin hubungan kasih cukup lama. Mereka adalah teman masa kecil dan mereka juga kuliah bersama di fakultas kedokteran.     

Tentu tidak semudah itu baginya untuk membuat Caroline meninggalkan Danny Swann, kecuali kalau ia, London Schneider, bertindak sedikit lebih agresif.     

Ia lalu membuka ponselnya dan mencari nomor telepon Caroline. Ia akan melakukan tindakan drastis.     

Setelah dua deringan saja, ia bisa mendengar suara Caroline yang renyah di ujung teleponnya.     

"Hallo, Caroline. Bagaimana kabarmu hari ini? Tidurmu nyenyak?"     

Jan hanya bisa memutar matanya mendengar London tiba-tiba terdengar seperti seorang playboy yang bermanis-manis kepada seorang wanita. Bah... bahkan kepada istrinya saja aku belum pernah melihatnya menanyakan apakah tidurnya nyenyak, kata Jan dalam hati.     

"Haii, Tuan Schneider. Aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?" Terdengar balasan Caroline yang antusias menanggapi pertanyaan London. "Kita jadi makan malam hari ini?"     

"Jadi. Tapi ganti tempat. Aku ingin mengundangmu makan di penthouse-ku di Gedung Hotel St. Laurent," kata London kemudian.     

Jan membelalakkan matanya. Ia tidak mengerti. Bukankah London sudah memintanya untuk mengatur makan malam di Restoran Rockstar, seperti kencannya dengan Sarah Londonderry waktu itu? Kenapa sekarang tiba-tiba pindah ke penthouse-nya?     

"Ah... penthouse?" terdengar suara Caroline yang terkagum-kagum. "Wah.. tentu saja. Aku akan datang. Jam berapa?"     

"Seperti biasa. Jam 6 sore? Jadi kita punya lebih banyak waktu untuk saling mengenal. Aku akan mengirim supir untuk menjemputmu. Sampai jumpa."     

"Terima kasih. Aku senang sekali. Sampai jumpa."     

Ketika hubungan telepon dimatikan dan London menyimpan ponselnya, ia menoleh ke arah Jan dan menerangkan rencananya.     

"Aku memutuskan untuk bertindak sedikit agresif. Dengan memamerkan sedikit kekayaanku, aku ingin membuat Caroline melihat bahwa aku JAUH LEBIH KAYA daripada Danny Swann. Ia akan mengira aku tertarik kepadanya. Aku akan membuatnya memutuskan hubungan dengan si Itik buruk rupa itu dan memecah belah mereka. Begitu mereka bertengkar dan bermusuhan, Caroline akan datang kepadaku dan mengira aku menginginkannya..." Wajahnya tampak dipenuhi senyum sinis, membayangkan Caroline mengira London bisa tertarik kepada gadis materialistis seperti dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.