The Alchemists: Cinta Abadi

Sekarang Dan Selamanya



Sekarang Dan Selamanya

1Keduanya saling menatap dengan pandangan syahdu. Setelah berkali-kali melalui proses lamaran tetapi ditolak atau malah gagal menikah, kini keduanya sudah sampai di tahap akhir... akhirnya mereka akan benar-benar menjadi suami istri.     

"Kau cantik sekali... tidak perlu berdandan..." kata London Schneider menenangkan calon istrinya. L tidak percaya omongannya. Pria itu selalu menganggapnya cantik bagaimanapun buruk penampilannya, karena ia adalah pria paling bias di dunia kalau sudah menyangkut L.     

"Kau ini..." L menggerutu ketika ia tiba melihat pantulan wajahnya di kaca kulkas. Bekas-bekas air mata membuat wajahnya tampak sembab, rambutnya pun tidak rapi. Ia memukul bahu London dan buru-buru membawa tas kecilnya ke kamar mandi dan merapikan diri.     

London hanya tertawa melihat kepanikan L. Ia tidak peduli bagaimana penampilan luar gadis itu. Toh secantik-cantiknya wanita berdandan dan mengenakan pakaian bagus, mereka tetap paling cantik dan seksi kalau tidak mengenakan pakaian dengan tubuh berpeluh dan rambut berantakan sehabis kegiatan bercinta yang melelahkan...     

Astaga.. kenapa pikiranku ke sana terus? London menegur dirinya sendiri.     

TING TONG     

Bunyi bel di pintu segera menggugahnya dari pikiran mesum tentang L yang malam ini akan resmi menjadi istrinya dan hal-hal apa saja yang akan ia lakukan kepada istrinya setiap malam setelah mereka menikah.     

London membuka pintu dan mempersilakan Jan, Pammy, dan seorang lelaki bertampang resmi masuk ke dalam penthouse.     

"Silakan masuk. Kalian tepat waktu. Kami baru selesai makan malam," katanya dengan nada sangat ceria.      

Wajah Pammy tampak berbinar-binar. Ia sungguh bahagia karena keinginannya akhirnya terwujud, melihat L menikah dengan Tuan Schneider, dan ia akan menjadi bagian dari sejarah kebersamaan mereka!     

"Di mana Nona L?" tanyanya dengan antusias.     

"Di kamar mandi, sedang berdandan. Kau coba bantu dia," kata London sambil menunjuk ke kamar mandi di sebelah kirinya. Pammy mengangguk dan buru-buru mencari L ke sana.     

Jan dan petugas catatan sipil duduk di sofa menunggu kehadiran pengantin wanita.     

"Akhirnya... kita sampai juga di titik ini," komentar Jan tanpa diminta. "Tuan benar-benar tidak mau membuka mata untuk yang lain..."     

London menggeleng. "Aku sudah bertemu Sarah dan walaupun dia merupakan seorang gadis yang sangat menarik, aku tidak bisa menyukainya. Rupanya hatiku sangat kecil dan tidak cukup untuk diisi orang  lain. Semua ruangnya sudah habis diisi oleh L."     

Suaranya terdengar sangat romantis dan Jan hanya bisa menggeleng-geleng. Dalam hati ia sungguh berharap tuannya tidak akan menyesali keputusan menikah dengan gadis menyebalkan itu. Seingatnya keluarga Schneider memang seperti itu. Mereka setia kepada satu orang dan mencintai dengan sepenuh hati, sampai tidak memberi ruang untuk  yang lain.     

Ia melihat bagaimana Caspar mencintai istrinya, Finland, dan Aleksis mencintai suaminya, Alaric. Mungkin mereka memang seperti itu, pikirnya, hanya mencintai satu orang saja seumur hidupnya. London juga sangat mencintai L dan telah terus memikirkan gadis itu saja sejak pertama kali mereka bertemu.     

Apalagi kini mereka sudah memiliki anak bersama. Jan sangat ingin melihat keluarga kecil ini bahagia. London sudah dianggapnya seperti kakaknya sendiri dan Lily seperti keponakannya.     

"Terima kasih ya, Jan. Atas bantuanmu selama ini... Juga karena sudah mengurusi semuanya sehingga walaupun mendadak, kami tetap bisa menikah." London menepuk bahu Jan dan tersenyum penuh terima kasih.     

Asistennya itu hanya mengangguk.     

L dan Pammy keluar dari kamar mandi sepuluh menit kemudian. Wajah gadis itu telah dicuci dan disaput bedak tipis dan pelembab bibir. Pammy membantunya menata rambutnya menjadi sebuah sanggul kecil di atas kepalanya sehingga kini L terlihat sangat rapi dan anggun.     

Wajah London segera dihiasi senyum lebar saat ia melihat L. Dengan penuh semangat ia menghampiri gadis itu dan memeluknya. Ia tidak perlu berkata-kata untuk menunjukkan betapa ia sangat terpesona.     

"Hmm... baiklah. Kita bisa mulai sekarang..." katanya setelah melepaskan pelukan pada L dan menggandeng pinggangnya untuk menghadap sang petugas catatan sipil.     

"Baik, saya sudah mendapatkan dokumen identitas kalian berdua dan semua kelengkapan lainnya. Di sini juga sudah ada dua orang saksi, masing-masing berasal dari  pihak pengantin laki-laki dan pengantin perempuan." Demikian kata sang petugas memulai prosesinya.     

London duduk bersama L menghadap sang petugas dan di samping masing-masing berdiri Jan dan Pammy yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.     

"Selamat malam. Nama saya Manfred Schaefer dan saya adalah petugas pengesah pernikahan yang telah mendapatkan kewenangan untuk menjalankan tugas saya dari Departemen Kependudukan Jerman. Pada malam ini kita akan menyaksikan pernikahan antara London Killian Scheider dan Elle Marianne De Maestri yang datang menghadap saya dengan permohonan serta data-data yang sudah lengkap dan niat baik untuk menyatukan diri dalam ikatan perkawinan.     

Apakah Anda, London Killian Schneider bersedia menjadikan Elle Marianne De Maestri sebagai istri Anda yang akan Anda jaga dan sayangi seumur hidup dan senantiasa bersama dalam suka dan duka, saling menghormati dan saling mendukung dalam kebaikan?"     

London mengangguk, "Saya bersedia."     

"Apakah Anda, Elle Marianne De Maestri, bersedia menjadikan London Killian Schneider sebagai suami Anda yang akan Anda jaga dan sayangi seumur hidup dan senantiasa bersama dalam suka dan duka, saling menghormati dan saling mendukung dalam kebaikan?" Kali ini Manfred Schaefer mengarahkan pertanyaannya kepada L yang tampak menahan tangis.     

London meremas lembut tangan L yang ada dalam genggamannya seolah memberikan kekuatan kepada gadis itu untuk menjawab pertanyaan petugas pencatat pernikahan. Ia tahu L pasti sedang mengingat peristiwa tiga minggu lalu ketiga London membatalkan rencana pernikahan mereka, dan kini mereka akhirnya benar-benar menikah tanpa direncanakan.     

"Saya... bersedia..." jawab L akhirnya. Ia dan London saling bertukar pandang dan senyuman menghias wajah mereka yang kini tanpa sadar dirembesi air mata.     

 Jan dan Pammy juga saling pandang dan tersenyum lega. Pammy mengusap matanya yang basah sementara Jan menghela napas panjang. Akhirnya, setelah berbagai pertengkaran dan kesalahpahaman... pasangan anjing dan kucing ini bersatu juga dalam ikatan pernikahan mendadak yang impulsif.     

"Dengan ini saya nyatakan kalian resmi menjadi suami istri. Selamat! Anda dipersilakan mencium mempelai."     

 London menghapus air mata di sudut mata L, lalu menunduk dan mencium bibirnya lama sekali. L membalas ciuman suaminya dengan haru. Ia melingkarkan kedua lengannya di leher pria itu dan memejamkan matanya saat kedua bibir mereka bertemu.     

Ketiga orang yang ada di sekitar mereka terpaksa mengedarkan pandangan mereka ke arah lain ketika pasangan suami istri baru ini tidak juga mengakhiri ciuman mereka setelah dua menit.     

Gila! Mereka memangnya tidak perlu bernapas, ya? gerutu Jan dalam hati.     

"Aku senang sekali!!" bisik London ke telinga L setelah mengakhiri ciumannya. Ia lalu menoleh ke arah Jan dan Manfred dan bergantian menyalami mereka. "Terima kasih. Terima kasih..."     

Keduanya mengangguk dan mencoba bersimpati pada kebahagiaan sang suami baru. Pammy memeluk L dan mengucapkan selamat. Keduanya sama-sama meneteskan air mata kebahagiaan.     

Seorang robot pelayan dengan sigap muncul dengan nampan berisi sebotol wine paling mahal dan lima buah gelas.     

"Mari bersulang..." kata Jan sambil membuka sumbat botol dan menuangkan wine untuk mereka masing-masing. Kelimanya mengangkat gelas dan minum untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Mereka berempat menghabiskan wine di gelas mereka sementara L hanya minum sedikit karena ia masih menyusui.     

"Tugas saya sudah selesai. Saatnya saya permisi dulu," kata Manfred setelah menghabiskan wine-nya. "Sekali lagi, selamat untuk Anda berdua."     

"Uhm... aku juga. Sudah malam, ibuku pasti mencariku untuk makan malam bersama," Jan ikut bangkit berdiri untuk pamit. "Lagipula aku tidak mau mengganggu pasangan pengantin baru."     

Pammy juga mengangguk dan tersenyum lebar. "Aku juga permisi pulang. Terima kasih sudah mengundangku untuk berbagi kebagiaan kalian. Aku pulang dulu. Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian."     

London dan L saling pandang dan tersipu. Mereka berdiri dan mengantar ketiga tamu mereka keluar  pintu.      

Setelah Manfred, Jan, dan Pammy menghilang di balik lift, mereka kembali ke dalam penthouse dengan saling menggenggam tangan. Walaupun akhirnya mereka memang benar-benar menikah, keduanya masih merasa euforia, seolah kebahagiaan yang sedang mereka rasakan sekarang tidak nyata dan kalau mereka melepaskan tangan semuanya akan batal secara tiba-tiba.     

"Istriku..." panggil London kepada L. Gadis itu mengangkat wajahnya yang bersemu kemerahan tetapi tidak menjawab.     

Karena L tidak menjawab panggilannya, London timbul rasa isengnya. Ia tiba-tiba mengangkat tubuh L dan mencium wajahnya.     

"Kau milikku. Sekarang dan selamanya." Pria itu berbisik mesra di telinga L.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.