The Alchemists: Cinta Abadi

Sepenuh Hati Dan Sepenuh Kesadaran **



Sepenuh Hati Dan Sepenuh Kesadaran **

0Mereka berciuman dengan mesra dan penuh kerinduan. Akhirnya London menjadi yakin bahwa selama ini L memang mencintainya. Gadis itu hanya tidak dapat mengungkapkannya dengan baik.     

Kini, setelah ia mendengar isi hati L yang dicurahkan dengan diiringi air matanya dan ia menyadari berbagai ketakutan L mengenai hubungan mereka, pria itu menjadi sangat lega.     

Ia membingkai wajah L dengan kedua tangannya saat bibirnya mencium bibir L dengan penuh gairah, sementara kedua tangan L memeluk pinggangnya. Sepasang mata gadis itu terpejam, menikmati curahan cinta dari pria yang sering kali membuatnya kesal ini, tetapi sebenarnya sangat ia cintai.     

Keduanya semakin hanyut dalam kemesraan yang telah cukup lama tidak mereka peroleh karena perpisahan dua minggu lalu akibat London membatalkan rencana pernikahan. Sejak itu mereka telah saling bersikap hampir seperti orang asing, dan baru sekarang tembok tebal yang memisahkan keduanya menjadi runtuh tak bersisa.     

Sebagaimana layaknya pasangan pada umumnya, perasaan mereka menjadi terasa begitu kuat setelah mengalami pertengkaran hebat. Rasa cinta yang dialami selalu terasa lebih berkobar setelah mereka mengatasi suatu masalah bersama, dan inilah yang kini dirasakan London dan L.     

Ciuman yang penuh cinta itu menjadi semakin intens dan panas, saat degup jantung mereka menjadi seirama dan berdetak semakin cepat. Napas keduanya mulai memburu dan tangan London yang tadi membingkai wajah L telah turun menyusuri rambutnya yang indah, lehernya yang jenjang, mengusap bahunya yang mulus, dan terus turun ke punggung, lalu pindah ke perutnya.. perlahan-lahan naik ke dadanya.     

Suara desahan L tidak tertahankan lagi ketika tangan London menyusup masuk ke balik pakaiannya dan meremas payudaranya yang lunak dan berukuran cukup besar. Pria itu menjadi terbakar gairah saat mendengar desahan L yang demikian seksi.     

"L..." bisiknya di sela-sela ciumannya yang kemudian turun dari bibir L ke telinganya.. lalu terus turun ke lehernya.. turun terus ke bahunya... "Kau tidak akan berubah pikiran kan? Kau mau menikah denganku..?"     

L mengangguk malu-malu. Ia membuka matanya dan menatap London yang sudah membungkuk dan melahap bahunya dengan rakus.     

Pria itu tampak kesulitan karena perbedaan tinggi tubuh mereka yang kentara membuatnya harus membungkuk semakin rendah untuk meraih bagian tubuh L yang lain dengan ciumannya. Akhirnya ia memutuskan untuk membopong L dan membawanya ke tempat tidur.     

Secara insting keduanya serentak menoleh ke arah keranjang Lily untuk melihat apakah anak mereka melihat perbuatan mesum orang tuanya atau tidak.     

Ahh.. untunglah. Lily sedang pulas tertidur dengan mulut terbuka dan kedua tangan mengepal. Bayi cantik itu terlihat imut sekali dalam tidurnya.     

London dan L sama-sama menghembuskan napas lega. Sedetik kemudian London telah meletakkan tubuh L di tempat tidur dan beringsut naik ke atasnya.     

"L..." bisiknya dengan suara parau.      

"Hmmm..." L menatapnya dengan sepasang mata yang mulai tampak nanar. Keduanya sama-sama sudah dipenuhi gairah. Ini adalah pertama kalinya mereka ada di posisi ini dalam keadaan sadar sepenuhnya.      

"Aku mencintaimu..." London mengucapkan kalimat terakhirnya dan kembali menciumi L, melanjutkan aksinya tadi. Kedua tangannya dengan nakal menyelusup ke balik pakaian L dan bergerilya menjelajahi tubuhnya, lalu saat tiba kembali di kedua gundukan payudara L yang penuh dan lunak, ia meremasnya bergantian dengan penuh penghayatan.     

Ah... ia sudah hampir lupa betapa menyenangkan rasanya menyentuh dan meremas payudara indah ini. Sementara itu bibirnya masih menyerang permukaan kulit L dengan ciuman-ciuman panas dan meninggalkan bekas gigitan halus di beberapa bagian.     

L sama sekali tidak menolak. Ia menyambut setiap ciuman, sentuhan, gigitan, dan hisapan pada kulitnya dengan desahan seksi yang tidak kunjung berhenti. Secara refleks ia juga menyelusupkan tangannya ke balik kemeja London untuk meraba dadanya yang bidang dan perutnya yang keras.     

Pria ini terbiasa berolah raga sebelum ia berangkat ke kantor dan hasilnya adalah tubuh yang kuat dan otot yang proporsional, terlihat indah sekali di mata L.     

"Hmm... kau mau membuka kancingnya...?" tanya London dengan suara menggoda.     

L tampak malu-malu mendengar pertanyaannya. Gadis itu tidak menjawab, tetapi tangannya pelan-pelan mulai bergerak membuka kancing kemeja London satu-persatu. Kelambatannya membuat London menjadi sangat tidak sabar dan merasa hampir gila.     

Rasanya ia ingin segera merobek kemejanya dan pakaian L agar mereka segera telanjang dan dapat memadu cinta dengan cepat, tetapi ia menahan diri sekuat-kuatnya dan membiarkan L melakukan apa yang ingin dilakukannya...walaupun rasanya seperti menunggu seekor siput berjalan.     

Uhhmm... London hanya bisa mengerang hampir putus asa, saat akhirnya kancing terakhir lepas dari lubangnya dan ia segera merentangkan tangannya agar L dapat menarik kemejanya lepas. Setelah tubuh bagian atasnya lepas dari pakaian, giliran London yang menarik lepas kemeja L dan kemudian melepaskan kaitan branya. Semua berlangsung begitu cepat.     

Sepasang payudara L yang indah segera terpampang di depan matanya dan mengundang London untuk menikmati sajian yang terhidang itu seperti orang yang sudah kelaparan selama berhari-hari. Ia menciumi, mengisap dan meremas payudara L secara bergantian.     

L dan London sudah dua kali bercinta, tetapi dalam kedua kesempatan itu mereka selalu tidak sedang sadar, sehingga mereka tidak dapat menikmati apa yang mereka lakukan. Di saat yang pertama keduanya sedang di bawah pengaruh obat perangsang yang diberikan Stephan, dan di kesempatan kedua L sedang di bawah pengaruh obat tidur dan London sedang mabuk karena kebanyakan minum wine.     

Baik London maupun L baru kali ini merasakan luapan gairah yang melanda mereka dan bagaimana gairah itu mendapatkan balasan dari pasangannya. Setiap ciuman dan belaian, stimulasi pada titik-titik sensitif mereka mendatangkan rasa nikmat yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.     

L hampir menjerit ketika bibir dan tangan London yang bergantian menciumi, mengisap, dan meremas payudaranya membuatnya orgasme untuk pertama kalinya. Melihat L hendak menjerit, London buru-buru mencium bibirnya dan membungkam gadis itu agar suara jeritannya tidak keluar dan membangunkan Lily yang sedang tertidur pulas.     

Ia sangat senang melihat L tampak sangat dipuaskan oleh kerja kerasnya. Sambil tersenyum tipis, ia menarik tangan L dan menaruhnya di depan celananya, memberi tanda kepada L agar melanjutkan melucuti pakaiannya... supaya mereka bisa melanjutkan kegiatan bercinta mereka.     

L yang cerdas segera mengerti apa yang harus dilakukannya.. Ia membuka ikat pinggang dan melepaskan celana pria itu dari tubuhnya, kali ini tidak selambat saat ia melucuti kemeja London, sehingga pria itu tampak puas. Sebentar kemudian London juga telah menarik turun rok dan pakaian dalam yang dipakai L, hingga kini keduanya sudah tidak mengenakan sehelai benang pun.     

"Oh.. L... kau cantik sekali..." bisik London dengan nada penuh kekaguman. Untuk sesaat ia terpaku di tempatnya, melihat tubuh polos L yang begitu indah. Ia belum pernah melihat L telanjang dalam keadaan sadar seperti sekarang.     

Tangannya pelan-pelan menelusuri kulit gadis itu yang terasa demikian halus seperti sutera.     

Ia membelai tubuh L, mulai dari pipi, lalu turun ke leher, turun lagi ke payudaranya... ke perut... lalu berhenti di liang kewanitaannya yang basah.     

Mahkota L tampak mungil kemerahan seperti bunga mawar merah jambu yang demikian cantik, siap untuk dipetik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.