The Alchemists: Cinta Abadi

Habis Kesabaran



Habis Kesabaran

0Dulu walaupun L seringkali membuat London kesal karena sikapnya yang judes dan pemarah, belum pernah sekalipun London bersikap ketus kepadanya. Namun, kali ini kesabaran London memang sudah benar-benar habis.     

Ia merasa L sudah keterlaluan dan tidak memikirkan perasaannya. Apalagi kini gadis itu tidak mengerti bahwa maksud pertanyaan London tadi hanyalah retorik yang tidak membutuhkan jawaban.     

L mengulangi kata-katanya dengan suara ragu-ragu. "Aku tadi bilang setelah aku bercerai dengan Danny Swann setahun lagi, kita bisa menikah betulan... kalau kau masih menginginkannya."     

London hanya mendengus kesal.     

"Kau pikir aku siapa hingga harus menikah dengan bekas orang?"     

Kata-katanya barusan memang sangat menyakitkan dan ia segera menyesali ucapannya begitu kalimat-kalimat tersebut keluar. Namun, sudah terlambat. L tampak shock dan menatapnya dengan sepasang mata yang berkilat-kilat dipenuhi sakit hati.     

"Aku minta maaf," kata London buru-buru, tetapi L telah bangkit dari kursi makan dan meninggalkannya dengan langkah-langkah panjang menuju kamarnya. Gadis itu membanting pintu dan menguncinya. London hanya berdiri terpaku di tempatnya.     

Ia tidak tahu mengapa tadi ia bisa begitu marah sampai tidak dapat mengontrol kata-katanya. Ia sama sekali tidak bermaksud mengucapkan kalimat yang demikian jahat tetapi suasana hatinya sedang sangat buruk dan ia benar-benar kecewa karena lagi-lagi L lebih memilih orang lain daripada dirinya.     

Kalau dulu L lebih memilih kariernya daripada London dan Lily, kini ia memilih untuk menikah dengan seorang lelaki jahat yang lebih mementingkan harta daripada dirinya.     

"Kapan kau akan sadar, L? Akulah satu-satunya lelaki yang baik kepadamu... tetapi kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?" gumam London kepada dirinya sendiri.     

Ia menggendong Lily yang sekarang menangis karena terkejut mendengar suara pintu dibanting. Pemuda itu berusaha mengetuk-ngetuk pintu kamar L dan mencoba membuat agar gadis itu membukakan pintu baginya dan Lily agar mereka dapat berbicara.     

"Maafkan aku. Sungguh, aku tidak bermaksud berkata seperti itu... Aku hanya kesal tadi. Aku ini manusia biasa yang juga bisa kesal dan akhirnya mengucapkan kata-kata yang tidak kumaksudkan..." kata London berulang kali. "Tolong maafkan aku..."     

Ia bisa mendengar suara isak tangis dari dalam kamar L dan hal itu membuat dadanya terasa sesak. Sungguh hubungannya dengan L selama ini memang penuh dengan masalah dan pertengkaran. Mungkin memang seperti inilah hubungan di antara dua orang yang masih sangat muda dan belum dewasa.     

Keadaan mereka sekarang yang terpaksa menjadi orang tua membuat keduanya harus bersikap seperti orang dewasa, padahal masing-masing sebenarnya masih berpikir kekanakan. Hal ini bisa dimengerti karena London belum pernah memiliki kekasih sebelumnya, sementara L sendiri, selain ia  memang belum pernah berhubungan dengan pria mana pun, umurnya juga masih sangat muda.     

Kalau tidak salah L baru akan berulang tahun yang ke-20 bulan depan.     

"Aah... dasar bodoh bodoh bodoh..." umpat London berkali-kali. Sebagai lelaki yang jauh lebih tua seharusnya ia bisa bersikap lebih dewasa dan mengemong.     

Atau seharusnya ia katakan saja bahwa sebenarnya alasan kenapa Danny Swann bersikeras tidak mau memutuskan hubungan pertunangan dengan L adalah karena ia tidak ingin kehilangan setengah warisannya.     

Sayangnya, ucapan L tadi benar-benar membuat suasana hati London menjadi sangat buruk. Akhirnya, ia membiarkan L sendiri dan membawa Lily pulang ke rumahnya. Tidak lupa ia mengambil persediaan ASI dari kulkas agar bayinya tidak kelaparan.     

Semalaman itu London terpaksa harus terjaga karena Lili tidak biasa tidur tanpa nyanyian nina bobo dari ibunya. Entah kenapa bayi yang selama ini tidak pernah rewel itu sekarang seperti sadar bahwa tidak ada sosok sang ibu di dalam kamar tempatnya sekarang, hanya ada sang ayah. Dengan susah payah London berusaha membujuk anaknya dengan berbagai cara agar Lili berhenti menangis.     

Ketika akhirnya bayi mungil itu  berhenti menangis karena lelah, London hanya bisa mendesah lega melihat Lili tertidur dengan bibir cemberut.     

"Anakku ini sungguh menggemaskan," gumamnya.     

Lily sekarang sudah berumur 3 bulan lebih tetapi tubuhnya masih sangat kecil karena ia masih terus berkembang untuk mengejar pertumbuhannya sebab ia terlahir sebagai seorang bayi mikro-prematur. Mungkin baru dalam waktu beberapa bulan ke depan ia akan dapat terlihat seperti bayi normal pada umumnya .     

Namun demikian, walaupun bertubuh kecil dan ringkih, Lily adalah seorang bayi yang ekspresif. Selama ini ia selalu tenang dan tidak pernah rewel, bahkan jarang sekali menangis karena segala kebutuhannya terpenuhi. Namun, kini saat ada kebutuhannya yang menghilang tiba-tiba yaitu ibunya, Lily tidak segan-segan menunjukkan protesnya.     

Ketika London membawa Lily ke Rumania selama akhir pekan, setidaknya L selalu hadir lewat Virconnect 4D untuk meninabobokkan Lily dengan suara emasnya, tetapi malam ini ia hanya bisa mendengar suara Bariton ayahnya  yang berusaha menyanyikan lagu nina bobo untuknya, dan Lily tidak menyukai suara ayahnya yang sama sekali tidak berbakat menyanyi itu.     

Setelah memastikan Lily benar-benar tidur karena lelah, London menghubungi Jan dan memberitahunya perkembangan apa yang terjadi. Selama mendengarkan penuturan London, Jan hanya bisa mengangguk-angguk dengan sabar.     

Ia tahu kalau sampai bosnya menelpon malam-malam seperti ini, sesuatu yang buruk pasti telah terjadi. Walaupun selama ini London termasuk bos yang sedikit-sedikit meminta Jan untuk mengerjakan banyak hal yang kadang tidak masuk akal, tetapi London jarang sekali merepotkannya diluar jam kerja, kecuali kalau memang benar-benar penting.     

Maka mendengar nada suara London kali ini yang seperti tertekan, Jan bisa menduga bosnya itu habis bertengkar dengan L. Jan hanya bisa memutar bola matanya dan mendesah tanpa suara. Entah kenapa pasangan satu ini selalu berhasil membuat masing-masing marah, pikirnya, padahal jelas-jelas mereka ini saling mencintai.     

London lalu menceritakan perkataan L dan tentang rencananya untuk menerima ajakan menikah oleh Danny Swan supaya pria itu berhenti mengganggunya.     

"Coba kau pikir, orang normal pasti akan memintaku untuk menyingkirkan si brengsek Swann itu supaya dia berhenti mengganggu L. Tapi dia malah nekat mengurusinya sendiri. Entah kenapa aku bisa jatuh cinta kepada perempuan tidak normal yang selalu membuatku naik darah..." omel London berkali-kali.     

Jan sebenarnya hendak mengoreksi kata-kata London, karena setahunya walaupun dari dulu L selalu melakukan hal-hal ajaib yang bisa membuat lelaki normal marah, selama ini London tidak pernah benar-benar bisa marah kepada gadis itu. Sepertinya London Schneider sudah menjadi lelaki bodoh yang abai terhadap semua kekurangan L.     

Bisa dibilang, ini adalah kali pertama Jan melihat sendiri bagaimana London merasa bahwa L memang perempuan tidak normal dan membuatnya habis kesabaran. Tetapi sebagai bawahan yang baik, Jan mengurungkan diri untuk mengoreksi bosnya dan hanya mendengarkan dan sesekali mengafirmasi ucapannya.     

"Benar, Tuan. Perempuan normal akan berbuat seperti itu," kata Jan kemudian.     

"Lalu kenapa ia tidak meminta bantuanku untuk menyingkirkan gangguan Danny Swann itu? Aku dengan mudah akan melakukannya, tetapi ia tidak pernah meminta kepadaku. Tidak sekalipun ia pernah meminta bantuanku.     

L malah sepertinya tersinggung karena aku telah banyak membantunya selama ini. Ia merasa tersinggung karena aku diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Ia merasa bahwa kariernya merupakan campur tanganku di balik layar selama ini...      

Kenapa ia tidak bisa menghargai saja semua yang kulakukan untuknya? Tidak sulit. Dia tinggal mengucapkan terima kasih dan menerima. Kenapa ia harus selalu protes? Kenapa ia harus berupaya untuk menunjukkan bahwa ia bisa mengatasi segala sesuatunya sendirian? Kenapa tidak pernah meminta bantuanku?? Aku sangat kesal. Dia pikir dia bisa menyelesaikan masalahnya dengan menerima lamaran Danny Swann brengsek lalu kembali kepadaku sebagai bekas istri orang. Dia pikir dia siapa???"     

London terus aja mengomel panjang pendek di ujung telepon dan Jan hanya bisa mendengarkan. Sebagai orang luar yang melihat pasangan ini dari jarak dekat, ia bisa merasakan bahwa sebenarnya baik London maupun L sebenarnya saling mencintai, tetapi yang satu terlalu angkuh dan punya harga diri tinggi sementara yang satu lagi terlalu meledak-ledak.     

Jan hanya bisa menarik napas panjang dan memijat keningnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.