The Alchemists: Cinta Abadi

Berburu Rusa (1)



Berburu Rusa (1)

0Lauriel kembali ke mejanya dan duduk dengan tenang. Rosalien juga demikian. Ia tampak berhasil meredakan kemarahannya dan duduk dengan anggun seolah tidak terjadi apa-apa.     

Pandangan semua orang kini beralih kepada Alaric yang kembali memperkenalkan satu persatu anak angkatnya kepada anggota keluarga besarnya. Dan demikian pula sebaliknya.     

Dadanya dipenuhi kebahagiaan ketika ia mengamati orang-orang yang dikasihinya ada di sekitarnya hari itu. Dari seorang manusia paling kesepian di dunia, kini ia memiliki keluarga yang besar dan hangat. Sungguh begitu banyak hal yang terjadi selama sepuluh tahun ini.     

Tidak ada konflik sama sekali ketika ia memperkenalkan Kai, Takeshi dan Mischa serta seisi anggota keluarga yang lain. Semua bertukar sapa dengan hangat dan penuh hormat.     

Dan pada akhirnya, tibalah saatnya mereka untuk menutup acara pertemuan hari itu dengan memberikan hadiah dari Aldebar kepada keempat anak angkat Alaric, yaitu ramuan keabadian.     

Tidak ada keraguan sama sekali di antara keempat anak angkat Alaric untuk menerimanya dan menjadi manusia abadi bersama-sama orang-orang Alchemist yang hadir di sana. Bagaimanapun, menjadi muda selamanya adalah impian setiap orang.     

"Selamat datang. Sekarang kalian sudah menjadi bagian dari kami." Caspar berdiri dan memberikan restunya kepada keempat orang itu. Sebagai ketua klan dan sebagai mertua Alaric, ia merasa sudah sepatutnya Mischa, Takeshi, Kai dan Rosalien menjadi bagian dari mereka. Ia bukanlah kaum purist yang menganggap dirinya lebih baik dari manusia biasa, sehingga kehadiran anggota baru merupakan hal yang sangat ia sukai.     

Sepasang mata keempat mantan assassin itu tampak dipenuhi keharuan saat mereka meminum ramuan keabadiaan yang dihadiahkan kepada mereka oleh Alaric satu per satu.     

 Mereka telah sepuluh tahun menjalani hidup sebagai orang biasa, dan kini, menjadi bagian dari kaum Alchemist adalah hadiah yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Tidak akan ada lagi sakit penyakit dan kelemahan. Tidak akan ada penuaan dan mereka akan memiliki seluruh waktu di dunia untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan.     

Yang lainnya mengangkat gelas minuman masing-masing dan turut memberi selamat kepada Mischa, Takeshi, Kai, dan Rosalien. "Selamat datang. Kita adalah keluarga, sekarang dan selamanya."     

"Terima kasih..." Keempatnya mengangguk sambil tersenyum.     

"Baiklah.. karena kita semua sekarang sudah saling mengenal, kami hendak mengundang kalian semua untuk ikut kegiatan berburu rusa satu jam dari sekarang, setelah beristirahat sebentar." Alaric akhirnya menutup acara makan siang istimewa mereka setelah prosesi singkat tadi selesai. Semua orang mengangguk dan bangkit berdiri untuk beristirahat sebelum mereka mengikuti kegiatan berburu rusa yang telah dipersiapkan tuan rumah.     

"Ini hari yang sangat menyenangkan," komentar Aleksis saat berjalan menggandeng tangan Alaric menuju ke kamar bayi mereka di lantai 1. Ireland dan Scotland dengan manis telah tertidur di stroller ganda yang didorong Alaric dengan tangan kanannya.     

"Benar," Alaric mengangguk senang. Ia merasa segala sesuatunya berjalan sangat lancar dan kini ia tak sabar menantikan kedatangan Nicolae serta anak-anaknya. "Kau nanti ikut berburu rusa, ya?"     

Aleksis menggeleng. "Aku sudah lama tidak berlatih menembak. Aku takut hanya akan menyusahkan kalian saja. Lagipula rusa yang tidak segera mati akan berusaha kabur dan menderita cukup lama. Aku tidak tega."     

Sejak kecil Aleksis telah belajar menggunakan senjata api untuk berburu dan mempertahankan diri. Sebagai anak kesayangan Lauriel ia dibekali bermacam-macam ketrampilan oleh ayah angkatnya tersebut, termasuk ketrampilan menggunakan berbagai senjata. Tetapi sejak ia menjadi ibu, Aleksis tidak pernah lagi berlatih, sehingga kali ini ia merasa ragu untuk ikut bergabung.     

Kegiatan berburu hewan liar untuk menekan populasi adalah kegiatan olahraga yang banyak dilakukan keluarga sangat kaya, tetapi hanya orang-orang yang sangat ahli menggunakan senjata yang biasanya diizinkan untuk berpartisipasi agar hewan buruan yang mereka kejar dapat segera mati dengan sekali tembak.      

Karena itulah kali ini Aleksis memilih mundur dan hanya menjadi penonton. Ia akan menunggu kedatangan para pemburu di taman sambil mengajak anak-anaknya bermain.      

"Kau bisa ikut berkuda denganku, tidak usah berburu," kata Alaric sambil memencet tombol lift menuju lantai dasar. "Kau bisa mengendalikan kuda kita, biar aku yang menembak."     

"Hmm..." Aleksis tersenyum tipis mendengar tawaran suaminya. Setelah berpikir sejenak ia pun akhirnya mengangguk.     

"Baiklah kalau begitu."     

"Kita akan bersenang-senang." Alaric tersenyum dan merangkul pinggang istrinya. Pintu lift telah terbuka ke lantai satu dan mereka pun keluar. Ireland dan Scotland biasanya akan tidur hingga sore hari dan mereka akan menaruh kedua bayinya ini di kamar bayi. Selama Aleksis dan Alaric ikut dalam perburuan, Kara-lah yang akan memastikan kedua bayi laki-laki pasangan ini dijaga dengan baik.     

***     

Pukul tiga sore, semua orang sudah bersiap di halaman kastil dengan pakaian ringkas dan jaket kulit. Sepuluh ekor kuda yang sangat gagah telah dipelanai dan siap untuk berangkat mengejar gerombolan rusa yang biasanya berkeliaran secara bergerombol di dalam hutan.     

Populasi rusa dan hewan-hewan liar di hutan ini memang sudah berlebih karena tidak ada hewan buas pemangsa seperti harimau dan serigala yang memangsa mereka, sehingga rusa-rusa itu telah beranak-pinak demikian banyak dan bila tidak dikendalikan, jumlah mereka yang sangat banyak dapat merusak ekosistem.     

Caspar dan Finland memandangi rombongan para pemburu dengan wajah gembira dari kursi taman di depan kastil. Finland tidak terlalu mahir berkuda apalagi menembak sehingga ia tidak pernah berminat mengikuti kegiatan perburuan semacam ini.     

Caspar sangat mahir berkuda dan menembak dan ia menyukai kegiatan berburu. Tetapi ia tidak ingin meninggalkan istrinya begitu saja, maka ia pun memutuskan untuk tidak bergabung. Ia sudah cukup menikmati berbagai kegiatan petualangan dan berburu di masa mudanya bersama Lauriel.     

Sekarang ia sudah puas bersama Finland menonton anak-anak mereka menunjukkan kemampuan berkuda dan menembak mereka, sambil menikmati cocktail dan buku bacaan di kursi taman.     

Masing-masing peserta dipersilakan memilih kuda yang mereka sukai dan jenis senjata yang paling nyaman mereka gunakan. Lauriel memilih seekor kuda jantan besar berwarna hitam dengan surai panjang yang dikepang kecil-kecil dan sebuah senapan panjang serta pisau bermata dua yang ia selipkan di pinggangnya.     

Sebenarnya saat mendengar tentang acara berburu ini, ia sempat merasa diliputi oleh nostalgia. Berburu adalah kegiatan favoritnya dulu bersama Luna. Gadis itu adalah seorang pemanah yang sangat ahli. Sebelum mereka terbiasa menggunakan senjata api, Luna belajar memanah kepada seorang ahli panahan terbaik di negerinya dan dalam waktu tidak lama ia segera memperoleh reputasi sebagai gadis pemanah terbaik di daratan Eropa Barat.     

Kemampuannya inilah yang dulu membuat Lauriel terkesan dan menerimanya bergabung dengan kelompok bajak lautnya ketika Luna masih menyamar sebagai laki-laki untuk mengejar-ngejar Lauriel.     

Ahh... memikirkan Luna membuat Lauriel merindukannya dengan sangat mendalam, tetapi kini rasa rindunya tidak lagi diikuti dengan perasaan perih dan penyesalan. Akhir-akhir ini ia menyadari bahwa ia tidak lagi merasakan kesedihan luar biasa saat mengingat kekasihnya yang telah tiada itu. Hanya rasa rindu yang murni.     

Dulu, selama hampir seratus tahun, Lauriel menyimpan kenangan akan Luna dalam-dalam dan berusaha melupakan wajahnya sama sekali. Selama dua puluh tahun pertama sejak kematian Luna, ia sangat sering mengalami mimpi buruk dan hal itu membuat hatinya sangat sengsara.     

Ia lebih memilih melupakan wajah Luna daripada menjadi gila karena rasa dukanya yang sangat mendalam. Itulah sebabnya katika dulu pertama kali bertemu Alaric di kereta malam di Thailand, ia sama sekali tidak mengenalinyali. Lauriel sesungguhnya telah berhasil melupakan wajah Luna.     

Tetapi sejak tahun lalu, setelah ia bertemu Alaric dan mengetahui bahwa pemuda itu adalah anak laki-lakinya, semua kenangan akan Luna dan wajahnya kembali ke dalam ingatan Lauriel seperti banjir yang tak dapat dibendung lagi. Kini melihat Alaric selalu membuatnya terkenang akan wajah Luna, dan entah kenapa hatinya tidak lagi merasa sedih.     

Hari ini Lauriel sadar, ia telah dapat mengenang Luna dengan hati terbuka dan rela. Lauriel merasa pelan-pelan luka hatinya berangsur pulih karena ia memiliki kedua anaknya di dalam hidupnya.     

Ia memang telah kehilangan Luna selama-lamanya, tetapi wanita yang dicintainya itu tetap hidup dalam sosok kedua anak lelakinya. Ikatan di antara mereka, selamanya tak akan pernah putus. Luna, selamanya akan ada di dalam hati dan hidupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.