The Alchemists: Cinta Abadi

Sarapan Pagi Yang Hangat



Sarapan Pagi Yang Hangat

1Kastil kediaman Alaric dan Aleksis di Targu Mures pagi itu terasa sangat meriah karena ada banyak orang yang mengisinya. Biasanya tempat itu sangat sepi karena pemiliknya berpindah-pindah tempat tinggal, dan saat mereka berada di kediamannya yang lain, di kastil itu hanya ada beberapa staf serta pelayan android dan robot.     

Pukul sembilan pagi saat semua orang berkumpul di meja makan untuk sarapan, tidak seorang pun berani membahas tentang peristiwa mati lampu yang terjadi pada malam sebelumnya. Mereka makan seolah tidak terjadi apa-apa.     

"Kita akan berburu rusa di hutan setelah makan siang. Siapa yang mau ikut?" tanya Alaric saat mereka sedang makan.     

Rune dan London yang senang berkuda mengangkat tangannya dengan semangat. Terry hanya menggeleng. Ia adalah anak kota yang tumbuh besar di Singapura dan tidak terbiasa berkuda seperti kedua adiknya.     

Caspar sendiri sudah merencanakan untuk berjalan-jalan saja di pinggiran hutan bersama istrinya sehingga ia menolak. Mischa dan Alaric sudah terbiasa berkuda dan berburu rusa di Targu Mures sehingga keduanya selalu menikmati kegiatan itu saat mereka memiliki waktu bersantai.     

"Baiklah.. kalau begitu, nanti sore, setelah Kai, Takeshi, dan Rosalien tiba mereka akan bergabung dengan kita," kata Alaric. "Kalian bisa memilih kuda yang kalian sukai di istal."     

Kara tiba-tiba menghampiri Aleksis dan menyerahkan ponselnya.     

"Nyonya, Tuan Lauriel menelepon Anda."     

"Oh, ya? Ini pasti penting. Aku akan menerimanya." Aleksis mengangguk dan menerima ponselnya dari tangan Kara, lalu permisi kepada keluarganya di meja makan. "Maaf, aku harus bicara di  telepon."     

Ia berdiri dari kursinya dan menerima panggilan telepon Lauriel.     

"Hallo, Ayah... ada apa?"     

Selama beberapa bulan terakhir Aleksis akhirnya membiasakan diri memanggil Lauriel dengan panggilan ayah, bukan Paman Rory lagi, karena bagaimanapun pria itu adalah ayah mertuanya.     

Lauriel selalu sangat senang mendengar kata-kata 'Ayah' keluar dari bibir Aleksis, karena bagaimanapun, sejak Aleksis dilahirkan ia telah menganggap Aleksis sebagai anaknya sendiri. Ia sengaja dulu selalu meminta dipanggil paman karena tidak ingin menyinggung Caspar, ayah kandung gadis itu.     

Tetapi kini, sama sekali tidak ada alasan mengapa Aleksis tidak memanggilnya ayah. Maka itulah yang kemudian dilakukan Aleksis.     

"Aku baru sempat mengabari sekarang, tetapi Nicolae dan anak-anak akan datang terlambat. Penerbangan mereka mengalami masalah sehingga akhirnya Nic memutuskan untuk langsung membawa Altair dan Vega ke Targu Mures."     

"Oh... benarkah?" Aleksis merasa terkejut tetapi ia tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Nic akan datang ke Targu Mures membawa anak-anaknya, padahal rencana semula adalah ia mengantar Altair dan Vega ke Grosetto dan barulah Lauriel yang membawa kedua anak itu ke Targu Mures. Nic tadinya ingin menghindari Aleksis. Kini mau tidak mau ia harus datang sendiri. "Alaric pasti sangat senang kalau Nic datang. Aku akan memberitahunya."     

"Benar. Ini suatu kebetulan. Nic takut kalau ia menunda penerbangan dan tetap mampir ke Grosetto, anak-anak akan melewatkan ulang tahunmu. Jadi akhirnya ia memutuskan untuk ke Targu Mures sekalian," kata Lauriel menjelaskan. "Mereka akan tiba nanti malam."     

"Ah,  baiklah. Kalau begitu, Ayah tetap akan datang ke sini kan?"     

"Tentu saja." Suara Lauriel terdengar hangat. "Aku belum pernah melewatkan ulang tahun anak perempuan kesayanganku. Sebentar lagi aku berangkat."     

"Ahaha... itu benar. Kalau begitu, sampai jumpa nanti. Kira-kira Ayah akan tiba sesudah jam makan siang? Kalau iya, para  pria di sini memutuskan untuk mengadakan acara berburu rusa. Ayah tertarik untuk ikut?"     

"Wahh... sudah lama sekali. Tentu Ayah akan ikut."     

"Baiklah. Aku akan menyampaikannya kepada Alaric. Hati-hati di jalan. Sampai jumpa."     

Ia menutup telepon dan ekspresinya yang senang membuat Alaric penasaran. Ia menatap Aleksis seolah bertanya siapa yang menelepon.     

"Ah.. Itu ayahmu. Dia bilang ia sedang dalam perjalanan kemari. Anak-anak menyusul nanti malam bersama Nico." Aleksis menerangkan dengan sukacita. "Ayah mau ikut berburu rusa. Jadi tolong siapkan kuda untuknya."     

"Ahh... benarkah?" Alaric ikut senang mendengar penjelasan Aleksis. Ia sangat merindukan anak-anaknya, tetapi ia juga merindukan saudara kembarnya yang selama ini selalu menghindar karena keberadaan Aleksis.     

Dalam hati ia berharap kedatangan Nicolae kali ini merupakan tanda bahwa pelan-pelan Nicolae sudah bisa melupakan Aleksis dan tidak canggung lagi bertemu dengannya.     

Suasana di meja makan menjadi semakin hangat akibat berita yang dibawa Aleksis.     

"Temanmu itu, masih saja lebih menyayangi Aleksis daripada anak-anaknya sendiri," komentar Finland sambil berbisik kepada suaminya yang sedang menyesap tehnya. "Ia menelepon Aleksis untuk memberi kabar, bukannya Alaric."     

Caspar tersenyum dan mengangguk. "Tidak bisa dipungkiri. Bagaimanapun Aleksis yang paling lama menjadi anaknya. Sejak Aleksis lahir 31 tahun yang lalu, ia sudah menjadi anak Lauriel. Nicolae baru bertemu ayahnya sepuluh tahun lalu dan Alaric baru bertemu Lauriel tahun kemarin."     

Finland mengangguk paham. "Kau sudah tidak cemburu atas kedekatan Lauriel dengan Aleksis?"     

Caspar pura-pura merengut saat diingatkan hal ini oleh istrinya. "Aku masih cemburu. Karena itu kau harus memberiku anak perempuan lagi agar aku tidak usah bersaing dengan Lauriel."     

Finland hanya bisa memukul bahu suaminya sambil tertawa. Seperti biasa, Caspar akan selalu mengarahkan pembicaraan mereka ke topik membuat anak lagi.     

Finland tahu suaminya mulai kesepian karena di rumah hanya tinggal mereka berdua. Bahkan Rune lebih banyak menghabiskan waktu dengan Aldebar. Tetapi Finland sungguh tidak mau memikirkan melahirkan anak lagi di saat ia sekarang sudah menjadi seorang nenek. Ia masih tak dapat terbiasa dengan kehidupan bermasyarakat kaum Alchemists ini.     

"Aku hanya bercanda..." kata Caspar ringan sambil mencium bibir istrinya. Ia lalu menarik tangan Finland agar bangkit dari kursinya karena melihat perempuan itu sudah menyelesaikan sarapannya. "Kita jalan-jalan ke hutan di belakang kastil ini? Aku dengar tempatnya sangat indah."     

"Baiklah." Finland mengangguk setuju dan mengikuti langkah suaminya. Ia melambaikan tangan kepada anak-anaknya di meja makan dan minta diri. "Caspar dan aku akan jalan-jalan ke belakang sana. Kalau Lauriel tiba, tolong beri tahu kami."     

"Baik, Ma," Aleksis menjawab.     

Pesta ulang tahun Aleksis akan diadakan saat acara makan siang, ketika semua orang sudah berkumpul. Mereka hanya tinggal menunggu kedatangan beberapa tamu lagi.     

"Aku akan melihat Lily sebentar." London ikut minta diri. Ia menyerahkan Lily untuk diajak jalan-jalan dan berjemur oleh para staf di kastil itu bersama Ireland dan Scotland, dan kini ia sudah merindukan anaknya.     

"Kai, Takeshi dan Rosalien sebentar lagi tiba di bandara, aku akan menjemput mereka." Mischa juga minta diri. Ia sudah lama tidak bertemu ketiga saudara angkatnya dan ia pun tidak sabar ingin segera menjemput mereka.     

Alaric melambai dan membiarkan mereka semua pergi. Ia dan Aleksis serta Rune dan Terry adalah orang terakhir yang keluar dari ruang makan dan mereka memutuskan untuk menemui Ireland dan Scotland yang sedang dijemur bersama di taman di samping kastil. Sudah saatnya bagi kedua bayi laki-laki itu untuk minum susu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.