The Alchemists: Cinta Abadi

Kedatangan Keluarga Schneider



Kedatangan Keluarga Schneider

0Walaupun kepalanya masih dipenuhi sejuta kekuatiran akan nasib L, setidaknya dengan diizinkan berbaring di sampingnya dan memeluk gadis itu, London merasa sedikit lebih tenang. Seolah dengan mendekap L erat dengan tubuhnya ia bisa memastikan keamanan L dan anak mereka.     

Bahkan malaikat maut sekalipun tidak akan bisa dengan mudah merenggut L darinya tanpa perlawanan dari London.     

Ia tidak akan menyerah begitu saja. Sejak ia melihat L pertama kali di pesta Stephan, ia telah jatuh cinta kepada gadis mungil itu.     

Ia pun mencintai anak mereka sepenuh hati begitu ia mengetahui L mengandung anaknya. Saat ini, bagi London, tidak ada hal yang penting di dunia ini selain kedua manusia itu.     

L yang tadi kesulitan tidur kemudian tubuhnya menjadi relaks dan dapat memejamkan mata dengan cepat, lalu dalam beberapa menit saja jatuh tertidur. Kepalanya menyusup ke dada London dan tanpa sadar mencari posisi paling nyaman, sementara London sendiri berusaha tidak bergerak sama sekali di tempat tidur agar tidak membuat L terbangun.     

Ia sama sekali tidak dapat tidur semalaman itu. Berkali-kali ia mencium kening L dan menghela napas panjang.     

***     

L bangun ketika matahari sudah tinggi di luar rumah sakit, tetapi, karena gorden blackout yang digelapkan, suasana di kamar ICU tempatnya dirawat masih terlihat gelap.      

"Selamat pagi." Suara London terdengar hangat dari atas kepala L dan barulah gadis itu sadar bahwa kepala si pemuda ada di atasnya karena L dengan asyiknya telah membaringkan diri dengan memeluk pemuda itu dan menaruh kepalanya di dada London.     

L mengerjap-kerjapkan matanya dan mencoba mengumpulkan ingatannya. Tubuhnya terasa remuk dan dadanya masih sakit seperti kemarin. Ia segera menyadari bahwa jantungnya yang lemah pasti kembali membuat ulah.     

Tadi malam ia sempat bangun sebentar dan bercakap-cakap dengan London, tetapi tidak banyak, karena ia segera kembali tertidur. Pagi ini ia merasa mereka akan dapat berbicara lebih banyak...     

Alas...! Ia merasa tubuh bagian bawahnya basah dan dengan bingung L meraba pakaiannya. Ia seketika menjadi panik.     

"A... apa ini? Kenapa tubuhku basah?" tanyanya cemas. "Apakah kandunganku baik-baik saja?"     

London tahu sejak kemarin sore air ketuban L telah merembes sedikit-sedikit dan membuat keadaan kandungannya menjadi sangat rentan. Dokter masih berusaha menunda kelahiran selama mungkin, karena usia kehamilan yang masih sangat muda, baru 6,5 bulan.     

Mereka bahkan sampai berusaha mengganti air ketuban yang berkurang dengan air ketuban sintetis, tetapi setelah 15 jam, kondisi L masih tidak berubah. Mereka hanya memberi waktu 9 jam lagi hingga saatnya mereka harus memaksa L mengeluarkan bayinya entah hidup atau mati.     

"Itu air ketuban, hanya merembes sedikit, tidak apa-apa," London berusaha menenangkan. "Aku akan memanggil perawat untuk membantumu berganti pakaian."     

L menjadi bertambah panik. Ia tidak bodoh. Walaupun masih muda, ia tahu apa artinya bila air ketuban telah keluar. Bayi yang akan di dalam kandungannya tidak bisa dipertahankan lebih lama lagi di dalam rahim dan harus dilahirkan.     

"Tapi... tapi Lily belum genap bulan..." L mulai terisak. "Dia masih 6,5 bulan... Dia tidak akan selamat..."     

Ia berusaha duduk dengan susah payah dan mengelus perutnya dengan air mata berderai. Tangisnya yang tadi pelan sekarang berubah menjadi raungan yang sangat memedihkan hati. London menjadi tertegun. Ia belum pernah melihat L sesedih ini.     

Ia selalu lemah terhadap air mata L, tetapi hari ini pertahanannya runtuh tidak bersisa dan hatinya ikut hancur melihat betapa L menangisi Lily dengan begitu pedih.     

Bukankah L berkali-kali mengatakan ia tidak menginginkan anak ini? Ia juga berkali-kali mengatakan bahwa ia akan pergi begitu melahirkan Lily dan tidak akan pernah muncul lagi. Dan bahkan baru kemarin L menegaskan kepadanya bahwa ia akan pergi bersama Danny dan memberi tahu London untuk menjemput Lily bersama Finland begitu ia melahirkan bayinya.     

Kalau L memang begitu tidak menginginkan anak ini... kenapa ia sekarang menangis demikian sedih?     

Apakah ia berubah pikiran? London hanya dapat bertanya dalam hati.     

London kemudian memeluk L tanpa mengatakan apa-apa. Ia tahu di saat seperti ini, kata-kata penghiburan apa pun tidak ada artinya.      

Beberapa dokter dan perawat bergegas masuk ketika mendengar suara tangis L. Mereka lalu memeriksa kondisi L dan berdiskusi di antara sesama mereka.     

"Kondisinya masih sama seperti kemarin," kata Dokter Muller yang masih siaga bermalam di rumah sakit demi memastikan pasien VVIP ini mendapatkan perawatan terbaik. "Nyonya jangan stress. Semua akan baik-baik saja."     

Dengan lembut Dokter Muller menjelaskan beberapa hal tekniks yang pada intinya berusaha membuat L tenang. Mereka sedang berusaha mencari jalan terbaik untuk memastikan Lily bisa dilahirkan dengan selamat.     

Akhirnya L menjadi agak tenang. Dua orang perawat dengan sigap lalu membersihkan L dan mengganti pakaian rumah sakitnya dengan yang baru, sementara London diminta untuk beristirahat sebentar atau mencari sarapan agar kondisi tubuhnya tidak menjadi drop karena menjagai L semalaman.     

"Baiklah... aku keluar sebentar. Aku akan kembali sebentar lagi," katanya dengan enggan.     

London meremas tangan L pelan, lalu beranjak keluar. Di depan pintu, Jan telah menunggunya dengan secangkir kopi panas. Ada dua lingkaran hitam di sekeliling matanya, dan London sadar bahwa aisstennya itu juga tidak tidur semalaman.     

Dengan penuh rasa terima kasih ia menepuk bahu Jan.     

"Keluarga Tuan sudah mendarat. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit." Jan memberikan laporan pertamanya hari itu.      

London terkejut mendengarnya. Ia sama sekali lupa menghubungi keluarganya karena ia kemarin sangat panik, dan kemudian di kepalanya hanya ada L dan Lily. Ia sama sekali tidak ingat untuk menghubungi ayah, ibu dan kakaknya.     

Ia hampir meneteskan air mata haru dan hampir memeluk Jan yang begitu pengertian. Asistennya itu telah mewakili dirinya menghubungi seisi keluarganya!     

"Siapa saja?" tanyanya kemudian.     

"Kedua orang tua Tuan, kakak dan adik, lalu ada Tuan Aldebar dan Tuan Lauriel," jawab Jan.     

Ah! Itu hampir semua keluarganya!     

London tahu Aleksis dan Alaric pasti tidak bisa datang karena kedua bayi mereka masih berusia 2 minggu dan belum dapat diajak bepergian. Sementara Nicolae mungkin harus mengurusi Altair dan Vega.     

"Ada... Paman Aldebar?" London seketika teringat bahwa pamannya itu adalah pewaris ramuan keabadian. Bila L meminum ramuan itu, tubuhnya akan menjadi sempurna. Ia tidak akan memiliki penyakit jantung dan alergi yang selama ini menjadi penghalang dokter untuk mengeluarkan Lily dengan cara caesar.     

Ia tahu ramuan itu hanya akan diberikan kepada manusia biasa yang menikah dengan seorang alchemist. L bukan istrinya, sehingga gadis itu tidak berhak menerima ramuan keabadian. Tetapi... ini adalah peristiwa yang sangat darurat. London akan berusaha membujuk Paman Aldebar untuk memberikan pengecualian sekali ini saja.     

Di saat London sedang sibuk dengan pikiran-pikirannya, terdengar derap langkah kaki beberapa orang di lorong depan lounge tempatnya berada, dan tidak lama kemudian, satu persatu wajah orang yang dikasihinya terlihat masuk ke dalam lounge.     

"Bagaimana perkembangannya?" tanya Finland dengan suara cemas. London yang tidak mengira keluarganya akan tiba secepat ini, tanpa sadar sudah menghambur ke arah ibunya dan menangis di bahu Finland.     

"Mama.... aku senang kalian datang..." bisiknya berulang-ulang.     

Finland mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang dan mengangguk. "Tentu saja kami harus datang. Kau anakku, kami harus mendukungmu."     

Caspar menepuk punggung anaknya lalu masuk ke ruang observasi untuk bicara dengan dokter yang bertanggung jawab. Sebagai dokter bedah terkenal yang sudah puluhan tahun menjalani profesi ini, Caspar adalah seorang dokter yang sangat ahli. Ia ingin teribat langsung dalam proses menyelamatkan cucu perempuannya ini.     

Semua staf, dokter, dan perawat yang ada di sekitar mereka hanya dapat memandangi rombongan orang-orang muda yang rupawan ini dengan kagum dan heran. Mereka semua bertanya-tanya, siapa gerangan orang-orang yang demikian mengesankan ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.