The Alchemists: Cinta Abadi

Boss Fee Yang Misterius



Boss Fee Yang Misterius

0Fee menggigit bibirnya dan mencoba memikirkan untung ruginya untuk bertemu kembali dengan Ren. Ia memang merindukan pria itu. Sangat rindu.     

Malam-malamnya yang sepi di flatnya terasa sangat berat dan menyesakkan. Namun Fee sadar ia tak boleh memikirkan Ren lagi. Ren tidak tahu Fee telah berbohong mengenai kehamilannya.     

Sekarang Ren memperlakukannya dengan baik karena ia mengira Fee hanya pergi menenangkan diri dan suatu saat nanti akan kembali kepadanya. Kalau Ren sampai tahu bahwa sebenarnya Fee sedang hamil, mungkin sikapnya akan berubah.     

Fee masih ingat setiap kata-kata Ren yang tidak menginginkan ia hamil. Kata-kata itu sangat menyakitkan dan membuat Fee tersadar bahwa sebenarnya ia dan Ren tidak menginginkan hal yang sama.     

Ia harus dapat menguatkan diri dan menolak. Ia harus berusaha menjauhkan diri sedapat mungkin dari Ren. Pelan-pelan, kalau Ren tidak dapat bertemu dengannya, ia pasti akan melepaskan Fee.     

Dengan pikiran-pikiran itu, akhirnya Fee menulis SMS balasan kepada suaminya.     

[Maaf, akhir pekan ini tidak bisa.]     

Tidak lama kemudian masuk SMS balasan dari Ren.     

[Kapan kau bisa kuajak makan malam?]     

[Aku tidak tahu.]     

[Tidak tahu atau tidak mau?]     

Fee memutuskan tidak membalas lagi. Ia tahu Ren genius. Masa arti kalimat itu saja ia harus menanyakan lagi? pikir Fee sambil mengerucutkan bibirnya. Tentu saja ia tidak mau makan malam dengan Ren karena ia ingin menjauhkan diri dari pria itu.     

Syukur-syukur nanti Ren sendiri yang menyerah dan ia yang mengurus perceraian mereka ke Monaco sehingga Fee tidak perlu keluar uang.     

Ia lalu kembali memusatkan perhatiannya pada tugas laporan yang diminta oleh Mischa. Dalam hati ia bertanya-tanya kapan bosnya itu akan datang ke Almstad.     

Ketika Fee menerima pekerjaan ini, ia tidak mengira bahwa sebenarnya bosnya adalah Mischa dan ia juga tidak sungguh-sungguh bekerja di Almstad.     

Apakah benar Mischa memberinya pekerjaan ini hanya karena kasihan?     

Ahh.. Fee ingin sekali menolak dikasihani orang seperti ini. Namun, di saat seperti sekarang ia benar-benar tak punya pilihan.     

Ia tidak boleh mementingkan gengsinya di saat ia sedang membutuhkan uang demi mengurus anaknya. Fee kembali meneliti laporannya.     

Namun, rasa penasaran kembali menghinggapi dadanya. Ia merasa tidak ada salahnya menanyakan langsung kepada Mischa agar tidak ada salah paham di antara mereka.     

[Selamat pagi, Bos. Aku baru tahu bahwa sebenarnya Tuan tidak bekerja di Almstad. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Tuan hanya memberiku pekerjaan ini sebagai alasan untuk memberiku uang. Tuan tidak sungguh-sungguh membutuhkan asisten pribadi di Moravia. Apakah itu benar? Kalau itu benar, aku tidak marah. Aku berterima kasih. Tetapi aku perlu tahu apakah pekerjaanku ini memang palsu atau tidak dan apakah Tuan punya tujuan lain kepadaku. Karena, terus terang, aku merasa tidak nyaman. Aku ini wanita bersuami. Aku bukan wanita penghibur yang menjual tubuhku kepada laki-laki dengan imbalan uang.]     

Hmm... apakah SMS ini terlalu blak-blakan? Fee membaca lagi. Ia tidak ingin membuat Mischa tersinggung, tetapi di saat yang sama ia juga tidak ingin Mischa salah paham dan mengira ia akan bersedia membalas kebaikan Mischa yang telah memberinya pekerjaan dengan tubuhnya.     

Fee bukan wanita semacam itu.     

Mischa tidak membalas SMS Fee dan setelah beberapa lama, keringat dingin segera mengaliri punggung gadis itu.     

Astaga.. bagaimana jika Mischa memang tersinggung oleh ucapan Fee barusan di SMS?     

Ugh...     

Fee benar-benar merasa tidak enak hati. Ia berusaha memusatkan perhatiannya pada tugasnya dan melupakan insiden SMS tadi. Semakin lama ia memikirkannya,maka dirinya akan semakin resah.     

Jam makan siang pun tiba dan ia segera naik ke lantai 20. Di sana ada restoran untuk karyawan dan mereka semua dapat makan hidangan lezat dan sehat gratis. Ini adalah salah satu daya tarik dari bekerja di perusahaan yang ada di bawah RMI.     

Ketika Fee masuk ke restoran, wajah-wajah para karyawan yang sedang makan segera tertuju ke arahnya. Fee memang selalu menarik perhatian di mana pun ia berada. Walaupun pakaiannya formal dan sopan, ia tampak sangat menarik seolah ia adalah model yang sedang memeragakan busana kerja di atas catwalk.      

Rambutnya hari ini digerai ke punggungnya dan dihias dengan jepit kecil berwarna biru. Wajahnya hanya disaput bedak tipis dan lip balm, namun tampak begitu segar dan cerah. Fee berusaha tidak mempedulikan wajah-wajah yang menatapnya dengan penuh perhatian.     

Mereka mungkin juga berpikiran buruk tentang dirinya, sama seperti Sarah. Lebih baik Fee tidak bergaul dengan mereka dan mengurusi dirinya sendiri, agar ia tidak usah merasa sakit hati.     

Ia memesan makanan dan minuman lalu berdiri dan menatap sekelilingnya, berusaha mencari meja yang kosong. Ah.. sayangnya karena sekarang sedang jam makan siang, semua meja penuh. Ia tak dapat makan sambil berdiri kan?     

"Hei.. kau sedang melihat apa?" tanya seorang laki-laki yang berdiri di belakangnya menunggu pesanan makan siang di konter yang sama.     

Fee menoleh ke belakang dan menatap laki-laki berkaca mata dengan usia akhir 20-an itu. Ia tidak mengira ada yang menyapanya dengan suara begini ramah. Ia merasa tidak enak kalau tidak menjawab orang yang sudah menyapanya dengan baik.     

"Eh.. aku karyawan baru di sini dan masih menyesuaikan diri. Aku sedang mencari meja yang kosong untuk makan," jawab Fee dengan jujur.     

"Oh.. bergabung saja dengan meja kami. Aku dan teman-temanku dari marketing duduk di meja di sudut sana." Pria itu melambai ke arah belakang dan beberapa orang dari meja di ujung segera mengangkat tangan mereka dan balas melambai. "Tuh.. teman-temanku tidak keberatan kau bergabung."     

Fee awalnya merasa ragu, tetapi kemudian ia memutuskan untuk menerima tawaran lelaki itu. Sama sekali tidak ada meja lain yang kosong dan ia tak mungkin makan siang sambil berdiri.     

"Terima kasih," kata Fee sambil membungkuk sedikit. "Namaku Fee."     

"Oh, ya... namaku Thomas. Panggil saja aku Tom. Nanti kukenalkan teman-temanku yang lain."     

"Terima kasih," kata Fee.      

Makanan pesanannya sudah selesai dan ia segera mengangkat baki berisi makanannya dan berjalan menuju meja yang ditunjuk Tom. Pria itu segera mengikutinya dengan baki berisi makanannya sendiri.     

"Silakan duduk," kata Tom sambil meletakkan bakinya di meja lalu membukakan kursi untuk Fee. Ia lalu memperkenalkan teman-temannya. "Oh, ya.. ini teman-temanku dari bagian Marketing. Ini Allan, lalu ada Charlie, Eva, dan Diana."     

Mereka semua mengangguk dan menyapa Fee. Gadis itu membungkuk sedikit dan memperkenalkan dirinya.     

"Selamat siang, aku Fee Lynn-Miller. Aku karyawan baru di sini," katanya.     

"Kau bekerja di bagian apa?" tanya Charlie dengan penuh perhatian. Ia tampak sangat tertarik dengan Fee yang luar biasa cantik, dan ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu.     

"Oh.. aku bekerja sebagai asisten pribadi seorang direktur," kata Fee.     

"Eh.. sebentar..." Charlie dan teman-temannya bertukar pandang. "Kau asisten yang baru diterima beberapa hari lalu? Untuk bos kita Pak Rhionen?"     

Fee seketika merasakan ekspresi mereka berubah. Kelima orang itu tetap berusaha bersikap ramah, namun tetap saja ada sedikit rasa sungkan terpancar dari wajah mereka.     

Mungkin mereka sudah mendengar gosip dari Sarah bahwa Fee adalah simpanan bos besar mereka dari Rumania. Setahu mereka Mischa Rhionen adalah seorang pria tua berusia 47 tahun. Sudah mendekati kepala 5 dan belum menikah.     

Tidak banyak yang pernah melihatnya dan wajahnya juga tidak tersebar di publik secara luas. Karena itulah mereka mengira Mischa adalah seorang playboy separuh baya yang menyukai gadis muda seperti Fee dan memberinya pekerjaan hanya sebagai alasan agar bisa mensponsorinya dengan uang.     

"Benar, aku bekerjaa untuknya. Sam bilang Tuan Rhionen membutuhkan asisten di Moravia karena ia akan cukup sibuk mengurusi bisnis di sini," kata Fee berusaha mencairkan suasana.     

Ia tahu akan sulit baginya membela diri jika orang-orang di kantor telah memiliki pandangan buruk kepadanya. Karena itu, ia tidak berusaha terlalu keras untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa yang terjadi.     

"Hei.. lihat, ada orang yang baru datang. Tampan sekali," bisik Eva tiba-tiba sambil mengunjukkan dagunya ke arah pintu masuk. "Astaga... kantor kita minggu ini memperoleh karyawan baru yang cantik dan tampan,"     

Teman-temannya ikut menoleh ke pintu dan segera membenarkan kata-kata Eva. Ada seorang pria muda berusia pertengahan 30-an yang baru masuk bersama Sam, Direktur HRD. Pria itu sangat tampan dengan rambut ikal keemasan dan sepasang mata biru yang tampak tajam.     

Ia mengenakana pakaian serba hitam yang rapi dan gerak-geriknya begitu halus dan tenang.     

Astaga...     

Bukan hanya mereka, melainkan para karyawan lain yang sedang makan di sekitar mereka segera memperhatikan lelaki yang baru datang ini. Semua bertanya-tanya siapa gerangan pria itu?     

Ia tampak berjalan di samping Sam dengan sikap seolah ia adalah pemlik tempat itu.     

"Oh... bosku akhirnya datang," gumam Fee sambil tersenyum.      

Ia merasa lega karena akhirnya Mischa datang ke kantor RMI di Almstad ini. Ia tidak tahan mendengar gosip bahwa ia sebenarnya tidak perlu bekerja karena Mischa memasukkannya ke RMI sebagai alasan.     

Ia butuh bekerja. Ia ingin melakukan tugasnya dengan baik dan menikmati gaji halal. Karena itu ia sangat senang ketika akhirnya Mischa datang ke Almstad. Setelah ini, ia akan meminta tugas yang banyak dari bosnya, supaya Fee dapat menunjukkan bahwa ia memang bekerja.     

"A-apa kau bilang? Bosmu?" tanya Eva keheranan.     

"Kau tidak salah?" tanya Diana sambil mengerutkan kening.     

"Uhm... itu bosku, Pak Mischa Rhionen," kata Fee.     

Kata-katanya cukup membuat kelima orang yang duduk bersamanya di meja itu menjadi tercengang.     

Itu Mischa Rhionen? Bukankah ia sudah berusia hampir kepala 5? Seharusnya ia sudah mulai kelihatan tua, tetapi sekarang justru ia terlihat seperti masih berumur 30-an.     

Mereka benar-benar tidak mengerti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.