The Alchemists: Cinta Abadi

Apa Maksud Perkataanmu Ini?



Apa Maksud Perkataanmu Ini?

1Fee merasakan dadanya sesak dan untuk sesaat ia terpaku, tidak tahu harus melakukan apa. Ren meletakkan telepon dan terdengar kembali mengetik sesuatu di laptopnya.     

Di saat terakhir, Fee akhirnya memutuskan untuk tidak jadi memberi kejutan dengan masuk lewat jendela besar mereka. Ia berjalan memutar, masuk lewat pintu depan dan langsung menuju ke ruang makan.     

Sepuluh menit kemudian Ren tiba di ruang makan. Pria itu menghampiri Fee yang sedang duduk di kursi sambil mengupas buah dan mencium keningnya.     

"Kau sudah pulang? Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Ren.     

Fee menggeleng.     

"Aku tidak mau mengganggumu," jawab gadis itu pelan.     

"Aku sudah bilang aku tidak boleh diganggu hingga jam makan siang, itu saja. Kau tentu boleh datang kepadaku kapan saja." Ren mengamati Fee dan merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu, tetapi ia tidak tahu apa. Akhirnya ia duduk di samping Fee dan bersiap untuk makan siang.     

Linda dan Eva melayani mereka makan siang dengan cekatan seperti biasa. Suasana di ruang makan terasa tidak sehangat biasanya dan Ren merasakan bahwa ada sesuatu yang berubah. Setelah lama berpikir, ia pun menyadari bahwa Fee sama sekali tidak menanyakan keadaannya.      

Tadi pagi sebelum Fee pergi ke pusat kota untuk mencari obat, istrinya itu tampak sangat kuatir. Tetapi kini setelah ia kembali, ia bahkan tidak bertanya apakah keadaan Ren sudah membaik atau tidak.     

Ia menyadari bahwa pasti telah terjadi sesuatu. Akhirnya setelah mereka selesai makan siang dan menikmati secangkir kecil kopi, Ren memegang tangan Fee dan menarik tubuh gadis itu ke pangkuannya.     

"Eh... nanti Linda dan Eva melihat kita," cicit Fee panik. Ia merasa reputasi Ren sebagai bos yang tegas akan terpengaruh jika para staf melihatnya memperlakukan Fee seperti ini.     

"Mereka pandai dan tahu menempatkan diri," jawab Ren. "Aku tidak akan kuatir tentang mereka."     

Fee menatap mata Ren dan berusaha memahami pria ini. Sayangnya... ia bukan pembaca pikiran, dan sepasang mata berwarna madu itu hanya membuatnya menjadi terhanyut, tanpa memberikan jawaban apa-apa.     

Mengapa Ren menikahinya kalau tidak cinta? Sekadar memanfaatkan Fee untuk bisa tidur dengan baik? Sepenting itukah tidur bagi pria ini?"     

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Ren keheranan. "Tidak seperti biasanya..."     

Fee menggeleng. "Aku hanya mengagumi wajahmu."     

"Iya.. itu tidak seperti biasanya."     

"Benarkah? Memangnya aku yang biasanya yang seperti apa?" Fee balik bertanya. Ia ingin tahu apakah Ren memang mengenalnya dengan baik.     

"Fee yang biasanya selalu bahagia. Suaramu riang terdengar mengisi udara di sekitarku dan membuatku bahagia. Fee yang sekarang sepertinya sedang sedih. Apakah ada yang mengganggu pikiranmu? Apa terjadi sesuatu di pusat kota?" tanya Ren.     

"Aku hanya sedang memikirkan tentang sekolahku. Tadi aku melewati beberapa kampus. Aku tidak sabar ingin segera melanjutkan pendidikanku."     

Fee ingin segera kembali ke sekolah. Mungkin Ren tidak mencintainya karena ia berasal dari desa dan tidak berpendidikan. Apakah kalau Fee sudah menjadi gadis terpelajar Ren bisa mencintainya?     

"Kita sudah sepakat untuk mendaftarkanmu kuliah di tahun ajaran baru, dan itu masih enam bulan lagi," kata Ren.     

"Benar, tapi aku merasa perlu mencari kesibukan. Supaya nanti perubahan gaya hidupku tidak terlalu drastis. Kalau aku terlalu lama santai di rumah dan tidak melakukan apa-apa, nanti mungkin akan sulit bagiku untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai mahasiswa yang sibuk," ujar Fee.     

"Kau juga bisa mencari kesibukan di rumah," saran Ren. "Kau bisa berkebun, merajut, belajar memasak, dan melakukan berbagai kerajinan lainnya."     

"Aku mau mencari kesibukan yang membuatku dapat bertemu banyak orang. Terlalu banyak di rumah akan membuatku menjadi orang yang membosankan," kata Fee lagi. "Begitu kau sehat, kau tentu akan kembali sibuk. Rumah ini terlalu besar dan sepi. Aku merasa tidak nyaman di rumah terus."     

Ren mengerutkan keningnya dan menatap Fee dalam-dalam. Ia menduga Fee ingin mencari pekerjaan.     

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya dengan penuh perhatian.     

"Aku mau mencari pekerjaan sambilan yang tidak menghabiskan banyak waktu, tetapi bisa memberiku kesibukan. Aku juga senang bertemu dengan banyak orang." Fee membuang muka.     

Ia sebenarnya ingin bekerja dan mencari uang sendiri. Walaupun Ren telah menyatakan akan menanggung kehidupannya, Fee merasa ia tidak boleh bergantung sepenuhnya kepada suaminya.     

Perkataan Ren tadi masih terus terngiang-ngiang di telinganya.     

Ren tidak mencintainya.     

Untuk apa ia menggantungkan diri kepada seorang laki-laki yang tidak mencintainya?     

Walaupun ia tahu suaminya tidak mencintainya, tetapi pria itu memperlakukannya dengan demikian baik. Fee tidak sanggup membayangkan bagaimana perlakuan Ren nanti pada wanita yang benar-benar ia cintai.     

Mungkin sekarang Ren merasa bahwa menikah dengan Fee adalah pilihan yang praktis dan ia tidak merasa dirugikan. Ditambah lagi, ia memang tidak mempunyai kekasih yang ia cintai.     

Namun, bagaimana jika suatu hari nanti Ren tiba-tiba bertemu dengan wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta? Kalau saat itu tiba, maka Fee tidak punya alasan lagi untuk mempertahankan pernikahan mereka.     

Ia bisa berjuang dan berusaha membuat Ren jatuh cinta kepadanya selama pernikahan mereka... tetapi di saat yang sama, ia harus siap dengan kemungkinan terburuk bahwa Ren mungkin tidak akan pernah mencintainya.     

"Kau masih ingin bekerja?" tanya Ren keheranan. "Aku sudah mengatakan bahwa aku akan menanggung hidupmu. Amelia sudah mentransfer uang bulanan untuk semua kebutuhan pribadimu."     

Entah kenapa Fee benar-benar tidak suka saat mendengar nama Amelia. Ia tahu Amelia adalah sekretaris Ren, sehingga wajar saja kalau gadis arogan itu yang mentransfer uang ke rekeningnya mewakili Ren. Tetapi hal itu justru membuat Fee merasa tidak ingin memakai uang tersebut.     

"Ren... boleh aku jujur kepadamu?" tanya Fee tiba-tiba.     

"Tentu saja, tanyakan saja," jawab Ren. Ia mengamati Fee baik-baik dan berusaha menduga apa gerangan yang mengganggu pikiran gadis itu.     

"Amelia tidak suka kepadaku dan aku juga tidak menyukainya. Ketika ia datang ke sini tadi malam, ia bersikap sangat merendahkanku dan itu membuatku merasa tidak nyaman. Aku berusaha menyimpan sendiri perasaanku dan memaafkannya karena aku tahu kau berutang budi kepada keluarganya dan karena ia adalah teman masa kecilmu. Tetapi aku tidak mau bertemu Amelia lagi," kata Fee dengan tegas.     

"Hmm... kau merasa terganggu karena memikirkan sikap Amelia?" tanya Ren mengonfirmasi. "Aku mengerti. Dia memang gadis dari kalangan atas dan terbiasa dimanja. Aku akan bersikap lebih tegas kepadanya. Lain kali ia tidak akan ber..."     

"Tidak ada lain kali. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi," Fee memotong kata-kata Ren. "Aku juga tidak mau kau menyuruhnya mentransfer uang untukku. Lebih baik aku bekerja dan mencari uang sendiri daripada aku melihat namanya sebagai pengirim uang ke rekeningku."     

"Kau ini ada-ada saja. Dia itu sekretarisku. Aku tidak pernah melakukan sendiri urusan seperti itu," kata Ren. Nada suaranya mulai terdengar jengkel. "Kenapa kau mendadak menjadi kekanakan seperti ini. Ini bukan seperti dirimu yang biasanya."     

"Mungkin memang ini diriku yang biasanya. Kau yang tidak mengenalku dengan baik," kata Fee sambil menggigit bibir. "Aku masih tidak mengerti kenapa kau mengajakku menikah begini cepat. Aku memang jatuh cinta kepadamu. Tetapi kau..."     

Ren menyipitkan mata dan menatap Fee dengan tajam. "Apa maksud dari perkataanmu ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.