The Alchemists: Cinta Abadi

Kami Bukan Perempuan Murahan!



Kami Bukan Perempuan Murahan!

2JM sibuk meneliti daftar wine yang ada di menu, sama sekali tidak memperhatikan sekelilingnya. Sikapnya yang acuh tak acuh justru membuatnya terlihat semakin menarik. Semua pria yang ada di sekitarnya tampak menatap iri pada John dan David yang berhasil mendapatkan keberuntungan duduk satu meja dengan gadis-gadis supermodel itu.     

Fee yang sedari tadi memperhatikan mereka dari balik pembatas ruangan yang menyembunyikan meja mereka dan memberi privasi bagi keduanya, tampak mengerutkan keningnya. Ren yang melihat ekspresi Fee menjadi tertarik dan menyentuh lengannya.     

"Kenapa kau memperhatikan mereka? Apakah ada yang kau kenal?" tanyanya lembut.     

Fee menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku hanya mengagumi gadis-gadis itu. Mereka cantik sekali ya.. Apalagi yang rambutnya ikal panjang itu. Ia seperti bidadari."     

Ren tersenyum simpul mendengar kata-kata Fee.     

"Kau tidak kalah cantiknya dari dia. Malah... menurutku.. kau jauh lebih cantik karena pembawaanmu jauh lebih elegan dan feminin. Satu-satunya alasan mengapa tidak ada lelaki di lounge ini yang berusaha menggodamu adalah karena kau masuk bersamaku," kata pria itu sungguh-sungguh.     

"Ahh.. kau tidak bersungguh-sungguh..." kata Fee sambil tertawa kecil. Ia tidak merasa pantas dibandingkan dengan gadis-gadis supermodel. Menurutnya, Ren hanya berkata begitu karena ia mencintai Fee.     

"Aku bersungguh-sungguh," kata Ren. "Kau adalah wanita paling cantik di Monaco saat ini."     

Ia meremas tangan Fee dan mengunjukkan dagunya pada menu. "Ayo, tadi kau mau memesan minuman lagi, kan? Kita teralihkan oleh kedatangan mereka."     

"Hmm.. benar juga. Ah, aku mau Strawberry Daiquiri," Fee menunjuk pada gambar minuman yang terlihat sangat segar.     

"Pilihan yang bagus," kata Ren sambil mengangguk. Ia mengangkat tangan kanannya yang bebas dan memberi tanda kepada pelayan untuk menerima pesanan mereka.     

"Istriku ingin memesan Strawberry Daiquiri, dan aku ingin segelas Prosecco," katanya kepada sang pelayan yang sigap mencatat pesanan mereka di tabletnya.     

Fee tersipu-sipu mendengar Ren sudah menyebutnya sebagai istri. Wajahnya sedikit memerah dan ekspresinya terlihat senang sekali.     

Mereka berdua kembali minum dengan tenang dan mengobrol dengan mesra tentang rencana-rencana mereka selama beberapa hari mereka di Monaco. Besok mereka akan bersantai dan menikmati masa istirahat di penthouse dengan menikmati pemandangan dari teras mereka yang luas.     

Pangeran Johann akan datang untuk makan siang bersama kekasihnya dan mereka akan membicarakan tentang prosesi pernikahan di balai kota keesokan harinya.     

Barulah setelah menikah, Ren akan mengajak Fee berjalan-jalan menelusuri tempat-tempat indah di Monaco seperti kebun botani yang memiliki begitu banyak tanaman tropis dan succulent dari seluruh dunia, berlayar, dan kemudian menjelajahi beberapa desa cantik di pinggir laut yang berada tidak jauh dari Monaco.     

Semua rencana mereka membuat Fee sangat bersemangat. Ia sudah tidak sabar untuk menghabiskan waktu liburannya bersama Ren. Bisa dibilang.. selama seminggu ke depan mereka akan berlaku sebagaimana layaknya pengantin baru yang berbulan madu setelah menikah. Memikirkan itu semua rasanya membuat dada Fee terasa begitu penuh oleh sukacita.     

Sementara itu, di meja dekat mereka yang terhalang oleh pembatas ruangan, JM dan teman-temannya sedang asyik mengobrol tentang show terakhir mereka dan rencana apa saja yang akan mereka lakukan selama di Monaco.     

John dan David tampak sangat tertarik dengan gadis-gadis itu dan berusaha untuk memperoleh nomor telepon mereka, bahkan menawarkan untuk menemani mereka jalan-jalan di Monaco.     

"Kami besok hendak menyewa kapal pesiar untuk berlayar. Rasanya tidak seru kalau hanya kami berdua. Apakah kalian gadis-gadis mau bergabung bersama kami? Kita berpesta di tengah lautan." David berusaha mengajak rombongan gadis cantik itu untuk ikut mereka.     

Ia menjelaskan dengan detail betapa mewahnya kapal pesiar yang mereka sewa dan apa saja hal menarik yang akan mereka lakukan besok.     

"Hmm... maaf, ya. Tapi kami ke sini hanya mau menghabiskan waktu bersama gadis-gadis saja... Kami tidak berniat untuk mencari cowok," kata JM menerangkan. "Kami lebih suka belanja dan bermain sedikit di kasino lalu naik kapal pesiar sendiri."     

"Ahh.. apa salahnya kalau bergabung dengan kami?' David masih berusaha membujuk. "Kalian tidak perlu keluar uang. Biar kami yang menanggung semuanya. Kami tahu kalau supermodel itu hanyalah pekerjaan yang glamor tapi tidak banyak uang."     

"Maksudmu apa?" tanya JM sambil menyipitkan matanya menatap David lekat-lekat. "Kau pikir kami perlu uang dari laki-laki?"     

"Uhm.. bukan begitu, Sayang. Maksudku.. aku tahu uang kalian sedikit. Kenapa tidak kalian hemat saja uang hasil bayaran show kalian dan biarkan kami yang memanjakan kalian selama kalian di Monaco? Biarkan kami yang mengajak kalian jalan-jalan dan berbelanja."     

Gadis-gadis itu saling pandang dan tertawa.     

"Lalu... kalau kalian yang memanjakan kami dengan mengajak kami berbelanja dan jalan-jalan, apa yang kalian inginkan dari kami?" tanya JM dengan sinis.     

John dan David bertukar pandang dan tersenyum tipis.     

"Ahh.. kita di sini sudah dewasa kan? Ya.. kami hanya minta kalian membalas budi dengan memanjakan kami juga. Rasanya dua orang memanjakan David... Carla dan Angie, lalu dua orang lagi, JM dan Lola bisa memanjakanku. Ini sama-sama menguntungkan. Benar kan?" tanya John sambil tersenyum manis dan menatap JM dengan pandangan mesum.     

"Cih.. kalian salah mengira kami perempuan murahan," kata JM dengan suara kesal. "Kami tidak butuh uangmu!"     

Fee dan Ren yang baru saja menyelesaikan minum mereka, saling pandang saat mendengar keributan di meja sebelah.     

"Kasihan gadis-gadis itu, hanya karena menunggu meja, mereka terpaksa berurusan dengan lelaki mesum," komentar Fee. "Bagaimana kalau kita berikan meja kita untuk mereka? Kita toh sudah selesai minum?"     

Ren mengangguk. Ia mengangkat tangannya dan memanggil pelayan.     

"Kami sudah selesai. Kau bisa memberikan meja kami kepada empat gadis itu." Ia mengunjukkan dagunya ke arah meja sebelah. Ia lalu menaruh beberapa ratus euro ke meja dan mengetuknya. "Ambil kembaliannya untuk tip."     

"Baik, Tuan Besar." Pelayan tersebut mengangguk hormat dengan wajah berseri-seri. Bon minuman pasangan rupawan ini tidak sampai 200 euro, tetapi rupanya Ren telah menaruh dua kali lipat itu di mejanya.     

Sungguh ini malam keberuntungannya! Tidak saja ia dapat melayani empat supermodel cantik di lounge-nya, ia juga sudah mendapatkan tip yang sangat besar dari tamu ini.     

Ren menggandeng Fee dan berjalan sambil menggenggam tangannya keluar dari lounge itu. Saat mereka melewati meja tempat JM dan teman-temannya sedang bersitegang dengan John dan David, Ren tiba-tiba berhenti. Fee yang berdiri di belakangnya menunggu dengan sabar. Ia mengerti apa yang hendak dilakukan Ren.     

Pria itu menoleh kepada keempat gadis itu dan menunjuk ke arah pembatas ruangan di samping Lola.     

"Aku dan istriku sudah selesai minum. Kalian bisa menggunakan meja kami, letaknya sangat privasi di balik pembatas ruangan ini. Tadi aku sudah meminta pelayan untuk membereskannya untuk kalian."     

Semua orang yang ada di meja itu tertegun. Sesaat kemudian JM segera mengangguk sambil tersenyum.     

"Ahh.. terima kasih, Tuan. Kami akan segera pindah."     

Ren mengangguk dan berbalik meninggalkan mereka. Ia kembali menggandeng Fee dan keduanya berjalan keluar dengan sikap mesra.     

JM dan teman-temannya hanya dapat memandangi punggung keduanya dan berbisik-bisik sendiri, tanpa mempedulikan John dan David yang tercengang.     

"Wahh.. tampan sekali! Kalau dia yang mengajak berlayar sih, aku mau..." cetus Lola sambil tertawa.     

"Hush.. kau tidak dengar tadi katanya dia minum dengan istrinya?" sembur Angie. "Jangan sampai kau menjadi perebut laki orang. Nanti kau kena karma..."     

"Ahh... aku hanya bercanda," jawab Lola. "Eh, kalian tadi sempat lihat istrinya? Aku penasaran, seperti apa istri dari laki-laki yang demikian mengagumkan itu."     

Teman-temannya menggeleng.     

"Tidak kelihatan. Tadi dia berdiri di belakang Tuan itu," kata Angie.     

"Ahh.. sudahlah. Ayo kita pindah sekarang, biar tidak perlu berurusan dengan dua orang mesum di sini," kata JM sambil mendelik ke arah John dan David. Ia bangkit berdiri membawa gelas minumannya dan berjalan ke balik pembatas ruangan yang tadi ditunjukkan Ren.     

"Heiii.. kalian gampang sekali tersinggung," komentar John. "Tidak usah pindah. Maaf kalau tadi kata-kataku lancang. Aku hanya ingin mengenal kalian lebih dekat."     

Carla menyipitkan matanya dan menatap John dengan pandangan kasihan. "Ck.. ck... kau jangan berharap bisa menggoda JM. Dia sudah ada yang punya. Kau tidak akan bisa menyaingi kekasihnya."     

Ia menggeleng-geleng lalu bangkit dari kursinya dengan membawa minumannya lalu berjalan ke meja sebelah mengikuti JM. Angie dan Lola juga melakukan hal yang sama.     

Kini tinggallah John dan David berdua saja di meja mereka. Tadi mereka sempat membuat semua pria yang ada di lounge iri, tetapi sekarang semua mengerling ke arah mereka dengan pandangan mengejek.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.