The Alchemists: Cinta Abadi

Kau Adalah Lelaki Yang Tepat



Kau Adalah Lelaki Yang Tepat

1Rose tampak keheranan melihat ekspresi Rune yang tampak seperti orang sedang sembelit. Ia melambaikan tangannya di depan wajah pemuda itu.     

"Kau... tidak apa-apa?"     

Rune buru-buru menggeleng. "Ahaha.. tidak kok. Aku punya uang untuk mentraktirmu, jangan kuatir."     

Rose menatap Rune agak lama, seolah berusaha memastikan bahwa pemuda itu tidak berbohong. Ia kemudian mengangguk puas setelah yakin bahwa Rune memang berkata jujur.      

"Baiklah, kalau begitu. Aku tidak akan segan-segan." Rose tersenyum dan menyerahkan menu kepada pelayan. "Pesanan kami itu saja."     

"Terima kasih, Nona."     

Sang pelayan menerima kedua menu dari Rose dan Rune lalu segera masuk ke dalam untuk menyerahkan pesanan mereka kepada chef. Setelah hanya tinggal mereka berdua, Rose dan Rune kembali saling bertatapan.     

"Aku senang bertemu denganmu," kata Rune jujur. Dalam hati ia menetapkan hati untuk memeluk ketiga keponakannya dan memberi mereka hadiah-hadiah karena telah mempertemukannya dengan Rose.     

"Aku juga senang bertemu denganmu," kata Rose sambil mengangkat gelasnya. Rune segera mengikuti dan segera mendentingkan gelasnya ke gelas gadis itu.     

"Cheers untuk pertemuan pertama kita," kata Rune.     

"Apakah aku seperti apa yang kau bayangkan?" tanya Rose santai sambil menyesap Singapore Slingnya. "Kau terlihat lebih muda dari fotomu. Apakah usiamu yang tercantum di aplikasi itu benar?"     

Rune hampir menyemburkan minumannya mendengar pertanyaan Rose. Ahh... tentu saja umurnya yang tercantum di aplikasi itu tidak benar. Summer menuliskan bahwa Rune sekarang berusia 30 tahun, padahal sebenarnya ia sudah 40 tahun. Tetapi, kalau dilihat dari wajahnya, Rune tampak seperti mahasiswa berusia 24 tahun.     

"Aku memang terlihat lebih muda dari usiaku sebenarnya." Akhirnya ia berusaha mengelak sediplomatis mungkin. "Mungkin ini genetik. Seisi keluargaku terlihat lebih muda."     

"Ohhh, beruntung sekali," puji Rose. "Anak-anakmu nanti beruntung karena mewarisi gen awet muda dari keluargamu."     

Ketika mendengar Rose menyebut kata 'anak-anak', tanpa sadar pikiran Rune melayang ke masa depan. Ia membayangkan memiliki anak-anak yang lucu dari Rose... ah, pasti akan sangat menggemaskan.     

Astaga... apa yang kupikirkan ini? Memiliki anak bersama Rose?????     

Kami baru bertemu selama sepuluh menit! Ya Tuhan... kenapa aku bisa berpikiran sedemikian jauh???     

Rune benar-benar tidak habis pikir. Apakah orang yang sedang jatuh cinta akan bersikap dan berpikiran konyol seperti dirinya sekarang?      

Ia merasa malu sendiri karena sudah berpikir begitu jauh, menikah dengan Rose dan memiliki anak-anak bersamanya, padahal mereka baru berkenalan. Ini terasa begitu konyol dan memalukan.     

Ia sungguh berharap kembali menjadi Rune yang logis dan tidak konyol. Tapi kenapa tidak bisa?     

"Terima kasih," Akhirnya ia hanya bisa menjawab seperti itu. Rune menyesap minumannya dan tersenyum sendiri atas pikiran konyolnya.     

Ia lalu mengingat-ingat informasi apa saja yang telah ia ketahui tentang Rose dari profilnya dan juga chat log mereka. Rose mengatakan bahwa ia adalah seorang pelukis, umurnya 23 tahun, dan memiliki hobi traveling, berkuda, dan camping.     

"Aku tidak mengerti..." kata Rose tiba-tiba sambil menatap Rune dengan penuh perhatian. "Kenapa kau harus memasang profil di dating website untuk mendapatkan kencan. Apakah kau tidak bisa bergaul dengan perempuan? Atau jangan-jangan kau ini predator seks yang berpura-pura mencari teman kencan dan kemudian kau akan memangsa mereka?"     

Pertanyaan Rose yang blak-blakan ini membuat Rune kaget. Predator seks?     

"Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" tanya Rune yang kaget setengah mati karena tadi dikira miskin, dan sekarang dikira sebagai pemangsa wanita lemah. "Apakah aku terlihat seperti predator seks?"     

Rose mengangguk. "Benar. Kau terlalu tampan. Seperti Ted Bundy dan beberapa pembunuh berantai lainnya, mereka mendekati wanita yang rentan dengan memanfaatkan ketampanan mereka dan kemudian... kau tahu sendiri seperti apa."     

"Uhm... tidak semua orang yang berpenampilan menarik dan tidak punya kekasih adalah pembunuh berantai," kata Rune sambil mengerucutkan bibirnya.     

"Ahahaha.. aku hanya bercanda." Lagi-lagi Rose tertawa. Ia tampak sangat senang menggoda Rune yang menurutnya terlihat agak polos. "Aku hanya heran melihat orang sepertimu harus menggunakan aplikasi kencan online untuk bertemu wanita."     

"Kau sendiri apa namanya?" tanya Rune keheranan. "Ini sama seperti maling teriak maling. Kau sendiri begini cantik, masa harus mencari kekasih ke aplikasi kencan online?"     

Rose mengangkat bahu. "Aku putus asa. Di mana lagi bisa mendapatkan calon kekasih dengan cepat? Aku tidak punya waktu bertemu laki-laki kemudian melakukan pendekatan dan blah blah blah... lalu kemudian menjalin hubungan."     

Jawaban Rose membuat Rune bertambah bingung. "Kau membutuhkan kekasih dengan cepat? Untuk apa?"     

Rose tampak agak malu menjawab pertanyaan Rune, tetapi ia tetap bersikap jujur. "Aku hanya perlu kekasih pura-pura. Aku tidak bisa mengatakan alasannya sekarang, tetapi saat ini aku sedang mencari lelaki yang bersedia menjadi kekasih pura-puraku selama setahun ke depan."     

Hampir saja gelas di tangan Rune jatuh ke meja karena ia sangat kaget mendengar jawaban Rose. Belum sempat ia bertanya lagi, sang pelayan telah datang dengan hidangan starter mereka.     

"Aku tidak mengerti..." kata Rune kemudian setelah sang pelayan pergi. Tiba-tiba makanan di depannya tampak sangat tidak enak.     

Rose menghela napas. Wajahnya tampak menyesal. "Maafkan aku, karena tidak berterus-terang sebelum kita bertemu muka seperti ini. Tapi aku tidak ingin mengatakan semuanya sebelum aku tahu dengan pasti orang seperti apa kau ini. Aku takut bertemu laki-laki brengsek atau malah pembunuh berantai yang akan membuatku susah. Kalau ternyata setelah bertemu orangnya aku merasa orang itu baik dan bisa dipercaya, barulah aku akan membahas tentang hubungan sebagai kekasih pura-pura itu."     

"Memangnya sudah berapa lelaki yang kau temui sejauh ini?" tanya Rune penasaran. Tanpa sadar ia mempermainkan makanannya. Hatinya seketika menjadi resah.     

Kekasih pura-pura? Pantas saja Rose terlihat sempurna! Ia menyembunyikan sesuatu. Ada sesuatu yang sangat salah dengan dirinya.     

Rose mulai menyendok hidangan pembukanya, berupa sup jamur. Kemudian, barulah ia menceritakan apa yang terjadi.     

"Aku sudah bertemu tujuh lelaki dari aplikasi kencan online itu. Beberapa di antaranya adalah lelaki brengsek yang hanya menginginkan seks semalam. Ada yang langsung ingin menikah denganku.. hahaha.. Ada yang baik, tetapi tidak ada chemistry di antara kami." Rose mengangkat bahu. "Sejauh ini, aku baru memintamu menjadi kekasih pura-puraku."     

"Kenapa?" tanya Rune yang gagal menyembunyikan rasa senang pada suaranya.     

Apakah ini berarti Rose menganggap mereka memiliki chemistry?     

"Karena... kupikir kau adalah orang yang sempurna untuk peran itu," kata Rose blak-blakan. "Kau masih muda dan sangat tampan. Kalau aku membawamu bertemu orang tuaku dan mengaku bahwa kau adalah kekasihku, mereka akan percaya karena kita memang terlihat serasi. Kalau kau jelek dan sudah tua, orang lain akan bertanya-tanya kenapa aku bisa menjadi kekasihmu."     

"Ohh..."     

"Lagipula, sepertinya kau adalah lelaki baik yang tidak akan memanfaatkan wanita," Rose melanjutkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.