The Alchemists: Cinta Abadi

Tante Rose



Tante Rose

2Nicolae batuk-batuk mendengarnya sementara Marie meneguk wine di gelasnya sampai habis.      

"Uhmm... itu hanya kebetulan," kata Nicolae. "Lagipula kurasa Rune tidak membutuhkan bantuan untuk mencari pasangan. Lihatlah.. ia bahagia dengan hidupnya. Kurasa kalian harus mengikuti nasihatnya tadi untuk tidak mengurusi urusan orang dewasa dan fokus pada kehidupan kalian sendiri."     

Rune mengedip kepada Summer. "Dengarkan kata ayahmu."     

Ketiga remaja itu menarik napas panjang dan cemberut.     

"Sudah terlambat," cetus Ireland dengan suara pelan. Ia menyikut Scotland dan Summer dan ketiganya kemudian berbisik-bisik.     

"Sudah terlambat untuk apa?" tanya Rune tidak mengerti.     

Ketiga keponakannya segera menoleh ke arah lain dan pura-pura tidak mendengar pertanyaannya. Marie menekap bibirnya sementara Aleksis memijat keningnya.     

"Astaga..." Nicolae menatap Summer lekat-lekat. "Apa yang sudah kalian lakukan?"     

Karena Summer dan kedua sepupunya terlihat sangat bersalah, kedua orang tua mereka dapat menduga bahwa mereka telah melakukan sesuatu.     

"Ayo... kalian sudah melakukan apa?" tanya Nicolae lagi. Kali ini suaranya terdengar sangat tegas dan akhirnya ketiga remaja itu menoleh ke arahnya dan kemudian menunduk.     

"Kami... hanya ingin melihat Paman Rune bahagia..." kata Summer dengan suara sedih. "Aku melihat ayah bahagia, Paman Alaric juga bahagia.. dan kini Kakek Rory bahagia. Hanya Paman Rune yang masih sendiri."     

"Jadi.. kemarin, kami memasang profil kencan buta untuk Paman Rune," Scotland menambahkan.     

Serentak Alaric, Aleksis, Nicolae, dan Marie menghela napas panjang. Keempatnya segera menatap Rune dengan pandangan menyesal.     

"Rune.. maafkan anak-anak kami ya..." kata Aleksis dengan nada menyesal. "Aku akan menghukum mereka. Seharusnya mereka tidak ikut campur urusan orang dewasa."     

Rune mengerjap-kerjapkan matanya mendengar pengakuan ketiga keponakannya itu. Ia mengerti mereka hanya ingin melihatnya jatuh cinta dan bahagia. Ahhh.. anak-anak ini sangat menyayanginya.     

Mungkin, mereka mengira bahwa dengan membantunya, mereka akan dapat seberuntung Altair dan Vega yang berhasil mendapatkan jodoh untuk Nicolae. Kini pria itu sudah hidup bahagia dengan Marie... semua karena dating website 16 tahun yang lalu.     

Pemuda itu segera melambaikan tangannya dan tertawa. "Hahaha... tidak usah terlalu dipikirkan. Maksudku... aku mengerti kenapa anak-anak ini melakukannya."     

Summer mengerjap-kerjapkan bulu matanya yang panjang dan indah ke arah Rune dan memasang mata anak anjing terbaiknya.      

"Paman... benar-benar tidak marah, kan?" tanyanya dengan suaranya yang indah menggemaskan.     

Rune menoleh ke arah kakaknya dan melihat Aleksis mengangkat sebelah alisnya, sementara Marie memijat keningnya lalu menggeleng.     

"Tentu saja Paman tidak marah. Tapi kalian telah masuk ke situs yang dikhususkan untuk orang dewasa, padahal kalian masih di bawah umur. Karena itu, Paman setuju kalau orang tua kalian menghukum kalian karena sudah sembarangan masuk ke situs yang tidak pantas kalian masuki."     

Ya, walaupun Rune tidak marah kepada ketiga keponakannya, ia tetap bersikap bijak dan memberi tahu mereka bahwa perbuatan mereka itu seharusnya tidak dilakukan.     

"Kalian tidak boleh menggunakan gadget selama seminggu," kata Marie dengan sebelah alis terangkat.      

Aleksis mengangguk setuju. "Ireland dan Scotland juga tidak."     

"Tapi... Tante Rose sudah bersedia bertemu Paman... setidaknya kalau kami dihukum, Paman Rune harus mau bertemu dengannya," kata Summer dengan keras kepala.     

"Siapa kau bilang? Tante Rose?"     

Semua orang dewasa di meja makan saling pandang.     

"Siapa yang kau maksud dengan Tante Rose?" tanya Aleksis kepada Summer. Dengan suara pelan, gadis remaja itu akhirnya angkat bicara.     

"Tante Rose adalah salah satu kandidat yang kami pilih untuk kencan buta dengan Paman Rune," katanya.     

"Apakah tidak bisa dibatalkan?" tanya Alexis sambil mengerling ke arah Rune dengan wajah tidak enak. Ia benar-benar tidak mengira bahwa kedua anak lelakinya dan keponakan perempuannya akan berbuat sejauh itu.     

Rune sekarang memijat keningnya dan menghela nafas. Ia benar-benar tidak bisa marah kepada ketiga remaja itu karena ia tahu mereka melakukannya sebab mereka menyayanginya. Ia juga merasa kasihan karena Ireland, Scotland, dan Summer dihukum orang tua mereka sementara tujuan mereka tidak tercapai.     

Akhirnya, ia mengangkat tangannya dan memberi tanda kepada Aleksis dan Marie agar tidak lagi memarahi anak-anak mereka.     

"Tidak apa-apa. Baiklah, Paman mengerti kalian melakukannya karena kalian menyayangi paman dan kalian juga sudah mendapatkan hukuman dari orang tua kalian karena sudah masuk ke situs yang seharusnya tidak kalian kunjungi. Nanti sesudah makan malam kita akan bicarakan apa yang harus kita lakukan kepada tante Rose."     

Ireland, Scotland, dan Summer mengangguk lemah. Mereka benar-benar berharap Paman Rune mau bertemu dengan Tante Rose agar hukuman yang mereka terima tidak sia-sia.     

Makan malam kembali berlanjut. Mereka berhenti membahas tentang pernikahan karena tidak ingin suasana menjadi canggung.     

Setelah makan malam selesai, seperti janjinya tadi, Rune mengajak ketiga keponakannya berbicara di teras dan mereka lalu membahas apa saja yang telah dilakukan oleh ketiga remaja tersebut. Rune sebenarnya pusing memikirkan apa yang harus ia lakukan terhadap sang Tante Rose, tetapi ia memutuskan untuk mendengarkan pendapat ketiga anak itu dulu, sebelum ia mengambil keputusan.     

"Apa yang sudah kalian lakukan persisnya? Paman ingin tahu sudah sejauh apa pembicaraan kalian dengan Tante Rose," kata Rune sambil menyilangkan tangan di dada dan menatap ketiga keponakannya dengan penuh perhatian.     

Ireland, Scotland, dan Summer bertukar pandang. Mereka hendak menunjuk satu sama lain untuk menjadi juru bicara, tetapi semuanya saling mengangkat bahu. Akhirnya Rune yang harus menunjuk Summer untuk menceritakan detailnya.     

"Uhm... begini, Paman. Kami kemarin membuat profil di dating website kekasih.com untuk paman. Di situ kami menyebut Paman adalah seorang guru." Summer memulai ceritanya.     

"Hmm.. aku kan bukan guru," komentar Rune.     

"Iya, memang bukan. Tapi kami tidak mungkin menyebut bahwa Paman adalah pengangguran yang sedang meneliti hal-hal yang kurang jelas..." tukas Ireland. "Nanti tidak ada perempuan yang mau sama Paman."     

"Kami juga tidak bisa menyebut Paman sebagai putra bungsu keluarga Schneider yang merupakan pemilik Schneider Group... Nanti semua perempuan berbondong-bondong mau sama Paman dan kami akan kesulitan menyortir dari puluhan ribu kandidat," Scotland menambahkan.     

Rune tergelak mendengar kata-kata kedua remaja lelaki itu. "Baiklah. Aku mengerti."     

"Lagipula, kami kan tidak bohong.. Kalau Paman datang ke New York, Paman menjadi guru kami di sini... hehehe..." kata Ireland lagi.     

Rune mengangguk. "Baiklah. Kalian ada benarnya juga. Lalu bagaimana dengan Tante Rose sendiri? Apa pekerjaannya?"     

"Tante Rose adalah seorang pelukis dia seniman. Selain profesinya sebagai pelukis, dia tidak menyebutkan hal lain. Jadi Paman bisa mencari tahu sendiri segala sesuatunya tentang Tante Rose saat Paman bertemu dengannya," kata Summer dengan senyum lebar.     

Rune menghela napas panjang sebelum kemudian mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Paman bersedia bertemu dengannya. Karena kalian sudah berjanji kepadanya untuk bertemu, Paman tidak ingin membuat kalian menjadi pembohong."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.