The Alchemists: Cinta Abadi

Lauriel Dan Anak-Anaknya



Lauriel Dan Anak-Anaknya

0Ketika akhirnya percintaan panas itu berakhir, Finland merasa was-was tetapi lega. Mereka masih bisa buru-buru membersihkan diri dan mendatangi rapat dewan direksi. Namun, siapa nyana, ternyata suaminya yang mesum tiba-tiba menciumi tengkuknya dan meremas payudaranya lagi.     

"Gila! Bagaimana kalau ada karyawan yang datang ke sini mencari kita??? Mereka akan menemukan kita seperti ini," omelnya. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya dan menepuk tangan pria itu dengan gemas. "Orang-orang tahunya aku ini sudah punya suami. Kalau sampai mereka memergokiku tidur denganmu di sini, habislah reputasiku."     

Caspar akhirnya mengalah. Ia tertawa kecil dan bangkit dari tempat tidur lalu memeluk tubuh istrinya dari belakang.     

"Salah sendiri, kenapa kau begitu seksi," godanya. Ia membalik tubuh Finland dan mencium bibirnya dengan mesra. "Ayo berpakaian dan datang ke rapat."     

Ia menepuk pantat istrinya lalu tertawa jahil. Ahhh.. rasanya hari ini suasana terasa lebih segar dan menyenangkan. Ia sudah lupa betapa menyenangkannnya berhubungan seks diam-diam di tempat ramai.     

Adrenalin yang dirasakan sungguh membuat kegiatan panas mereka terasa lebih menegangkan dan menyenangkan.     

Finland kembali mencubit lengan suaminya keras-keras sebelum buru-buru masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri lalu memakai pakaiannya. Sebenarnya di ruangan Caspar ada beberapa perangkat pakaian ganti milik mereka. Namun, walaupun Finland ingin mengganti pakaiannya dengan setelan yang bersih, ia tidak dapat melakukannya.     

Orang-orang akan keheranan kenapa ia mengganti pakaiannya dan mereka bisa curiga bahwa ia dan sang bos besar melakukan hal-hal yang tidak pantas di dalam ruangannya... dan lebih parahnya lagi, mereka akan mengira ia selingkuh dengan sang bos.     

No way! Tidak bisa dibiarkan.     

***     

Begitu mereka tiba di New York, Rune dan Lauriel segera menuju mansion Alaric dan Aleksis di Manhattan. Keduanya memuaskan rasa rindu pada keluarga kecil itu sebelum kemudian Lauriel pamit untuk menginap di rumah Nicolae.     

"Ayah, besok malam bisa makan malam di sini bersama kami, kan?" tanya Aleksis saat mengantar Lauriel ke halaman depan.     

Sang ayah mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja."     

Lauriel sangat senang dengan kehidupannya sekarang. Dulu, ia terbiasa berpindah-pindah kota, dari satu hotel ke hotel lainnya dan hidup sendiri, bertualang. Ia ingat ia baru membeli rumah di kota saat ia bertemu Finland dan Aleksis di San Francisco.      

Karena ia sangat menyayangi Aleksis dan ingin menjaganya selama Finland bekerja, ia memutuskan membeli rumah di Painted Ladies dan menetap di sana selama dua tahun, hingga akhirnya Aleksis bertemu ayah kandungnya dan pindah ke Jerman.     

Sejak itu Lauriel memutuskan untuk tinggal tidak jauh dari Aleksis dan kemudian setelah anak perempuan itu lebih besar, ia sering mengajak Aleksis bertualang.     

Kini, ia dapat membagi waktunya antara rumah Alaric dan Nicolae dan kediaman Rosalien. Lauriel hampir lupa bagaimana rasanya hidup sendiri. Ia sangat senang karena kini Alaric dan Nicolae juga sudah memiliki keluarga dan anak-anak mereka sendiri. Bahkan, Vega, cucu perempuannya yang paling tua sudah menikah dan memiliki keluarganya sendiri juga.     

Vega sangat menyukai Rumania dan memilih tinggal di sana sekarang, hidup tenang bersama suaminya setelah mengalami tahun-tahun penuh penderitaan. Lauriel sering menghabiskan waktunya di sana kalau ia sedang berada di Eropa.     

Ahhh.... sungguh menyenangkan rasanya membagi waktu di antara anak, cucu, dan kekasihnya di berbagai benua berbeda. Lauriel merasa hidupnya kini sudah lengkap.     

Ketika ia tiba di rumah Nicolae, ia disambut cucunya, Summer yang kini berusia 15 tahun. Gadis remaja ini cantik sekali. Tidak seperti si kembar Ireland dan Scotland, Summer masih dapat bersekolah di tempat umum.     

Keluarganya tidak terlalu terkenal sehingga ia dapat menikmati kehidupan sebagai remaja biasa. Ayahnya bekerja sebagai profesor di sebuah universitas dan ibunya bekerja sebagai penulis. Mereka selalu bersamanya untuk memastikan Summer dapat menikmati masa remaja yang menyenangkan dan ia selalu aman.     

"Kakek habis pulang dari mana?" tanya Summer sambil bergelayut di lengan kakeknya. Ia selalu senang jika Lauriel datang berkunjung karena kakeknya itu selalu memiliki cerita-cerita petualangan yang sangat seru dan menyenangkan.     

"Kakek habis bertualang di Amazon," kata Lauriel sambil mengacak rambut Summer yang indah. "Ayahmu di mana?"     

"Ayah masih mengajar. Ia biasanya pulang sore," kata Summer dengan suaranya yang renyah.      

"Hallo, Ayah..." Marie yang mendengar suara percakapan Summer dan Lauriel segera masuk dari pintu samping dan meletakkan bukunya ke meja dan memeluk Lauriel. "Ayah tampak segar."     

"Ahaha.. yah, memang begitu kalau mendapatkan asupan oksigen yang kaya dan sehat," kata Lauriel. "Sudah sulit mendapatkan oksigen yang kaya dan bersih di kota besar. Kadang-kadang ayah tergoda untuk pindah ke Amazon."     

Marie tertawa mendengar kata-kata ayah mertuanya. "Ayah bisa saja."     

Seperti biasa Lauriel akan langsung menaruh barang-barangnya di kamar yang sudah dipersiapkan untuknya di lantai dua. Lalu ia dan Marie serta Summer akan duduk bersama di teras menikmati teh dan buah-buahan sambil membicarakan kabar mereka selama ini.     

Setelah Nicolae tiba dari universitas, mereka duduk makan malam bersama dan saling bertukar kabar.      

***     

"Ahhh.. senang sekali rasanya bisa berkumpul bersama dengan kedua anakku seperti ini," kata Lauriel dengan wajah sumringah. Ia mengangkat gelas wine-nya dan mengajak semua yang hadir di acara makan malam di rumah Alaric untuk bersulang. "Mari bersulang untuk keluarga kita."     

"Cheers!" kata mereka semua serempak.     

Ireland dan Scotland duduk bersama Summer di sudut meja di samping kiri Lauriel, sementara para orang tua mereka duduk di samping kanan Lauriel. Mereka sedang menikmati makan malam bersama.     

Seperti biasa, ketika Lauriel datang ke New York, Alaric dan Nicolae akan mengadakan acara makan malam bersama dengan kedua keluarga mereka dan berbincang-bincang tentang kabar terbaru di antara keluarga dan juga perkembangan dunia.     

Lauriel merasa, makan malam ini adalah momen tepat untuk memberi tahu kedua anak lelakinya bahwa ia dan Rosalien telah memutuskan untuk segera menikah. Ia berharap Alaric dan Nicolae tidak akan terlalu terkejut dan dapat menerimanya.     

"Sebenarnya, ada yang ingin aku umumkan kepada kalian, mumpung sekarang kita sedang berkumpul," kata Lauriel setelah meneguk wine-nya. Ia berdeham dan melanjutkan bicaranya. "Ayah dan Rosalien.... memutuskan untuk menikah di musim semi mendatang."     

Ia menatap Alaric dan Nicolae bergantian, berusaha menilai reaksi mereka. Anehnya... kedua anak lelakinya tidak tampak terkejut sama sekali. Hal ini membuat Lauriel mengerutkan kening.     

"Uhm... kalian tidak akan mengatakan sesuatu?" tanya Lauriel kepada mereka.     

Alaric dan Nicolae bertukar pandang. Mereka tidak terkejut mendengar pengumuman dari ayahnya ini karena mereka telah mendapatkan bocoran dari Caspar. Ahh... seharusnya mereka tadi berpura-pura kaget, ya..     

"Ahh.. ini kabar yang sangat bagus," kata Nicolae kemudian sambil tersenyum lebar. "Aku sangat bahagia untuk Ayah."     

Ia lalu bangkit dari kursinya dan menghampiri Lauriel dan memeluk ayahnya.     

"Aku juga ikut senang," kata Alaric. Ia pun mengikuti jejak Nicolae, berdiri dan memeluk ayahnya. Ekspresinya terlihat dipenuhi haru. "Kami akan selalu mendukung Ayah untuk bahagia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.