The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Siang Bersama



Makan Siang Bersama

3Finland menaruh tasnya di ruangan kerjanya lalu berjalan mengikuti Mrs. Garnett berkeliling kantor Schneider Group untuk menunjukkan kepadanya berbagai ruangan penting di dalam gedung tersebut dan semua fasilitasnya.     

Ia akan menjalani training tiga hari bersama asisten manajer HRD untuk membiasakan diri dengan budaya dan sistem kerja di kantor Berlin yang mungkin sedikit berbeda dibandingkan kantor di Amerika.     

Finland menerima saja semua training itu tanpa protes. Walaupun bisa dibilang ia tahu luar dalam tentang bisnis keluarganya, ia merasa harus mengikuti semua protokol dan aturan yang ada agar tidak mencurigkan.     

Setelah Mrs. Garnett selesai menunjukkan semuanya, ia lalu meninggalkan Finland untuk memulai pekerjaannya. Ketika gadis itu kembali ke ruangannya, Caspar ternyata telah tiba dan duduk di kursi di ruangannya. Ia segera memanggil sang "asisten pribadi" untuk masuk ke ruangannya.     

"Haii... bagaimana kesanmu tentang kantor ini?" tanya Caspar sambil bangkit berdiri ketika melihat istrinya berjalan melewati pintu. Ia memeluk pinggang Finland dan mencium bibirnya dengan mesra.     

Seperti biasa, ia sangat percaya diri bahwa tidak akan ada staf yang berani masuk ke ruangannya tanpa meminta izin dulu. Sehingga ia bersikap santai dengan menunjukkan kemesraan kepada istrinya.     

"Hmm... bagus. Aku baru kali ini masuk ke sini. Kurasa aku lebih menyukai suasananya dibandingkan kantor yang di New York," kata Finland sambil membalas ciuman suaminya.     

"Aku senang kau menyukainya. Aku sengaja memesan lima ribu bunga untuk disebar di gedung ini, untuk menyambut kembalinya engkau ke dunia kerja," kata Caspar sambil menatap istrinya lekat-lekat.     

Finland mengangguk sambil tersenyum. "Aku tahu. Terima kasih. Bunga-bunganya indah sekali..."     

"Ahahaha... syukurlah kau mengetahuinya."     

"Kau membuatku ingat saat aku masih bekerja di Singapura dan kau membeli semua bunga yang ada di Singapura," kata Finland sambil tertawa. "Kau sangat berlebihan waktu itu."     

"Jangan lupa, aku juga memborong semua bunga di New York di hari Valentine," Caspar menambahkan.     

Keduanya lalu tertawa. Ahh.. zaman dulu Caspar memang sering bersikap berlebihan. Tetapi itulah yang membuat Finland tambah mencintainya. Suaminya itu tak pernah segan menunjukkan rasa cintanya kepada istrinya.     

"Kau capek? tadi sudah berkeliling gedung ini, kan? Mari kupijat kakimu," kata sang bos sambil membopong istrinya ke sofa dan kemudian melepaskan sepatunya.     

"Ehh... apa-apaan kau ini?" tanya Finland keheranan. "Kalau ada yang lihat bagaimana?"     

Matanya langsung bergerak menuju ke pintu dan ekspresinya terlihat kuatir. Caspar hanya tertawa melihat kecemasan istrinya.     

"Tidak usah dipikirkan. Tidak ada yang berani masuk ke ruangan ini kalau tidak kusuruh," katanya menenangkan istrinya.     

Ia mulai memijat kaki istrinya dengan penuh kasih sayang dan akhirnya pelan-pelan Finland pun berhenti protes. Pijatan itu sangat menyenangkan dan ia merasa sangat dimanjakan.     

Ahh.. kalau orang luar melihat peristiwa ini, mereka pasti akan garuk-garuk kepala karena heran melihat sang bos besar justru memijat kaki asistennya.     

Ahh... seandainya mereka tahu.     

Setelah lima belas menit dalam posisi seperti itu, akhirnya Finland mendeham dan mendorong bahu suaminya agar bangkit. "Enak sekali. Terima kasih, ya.. Kalau begitu aku akan duduk di mejaku dan mulai bekerja. Rasanya ada begitu banyak yang harus dibereskan."     

Finland bangkit dan mencium pipi suaminya. Ia lalu memakai kembali sepatunya dan bergegas hendak keluar ruangan Caspar.     

"Nanti siang kita makan bersama, ya," kata Caspar sebelum istrinya keluar. Finland hanya menoleh dan mengangguk sambil tersenyum.     

Ia lalu duduk di mejanya dan mempelajari berbagai laporan yang harus ia periksa sebelum dibaca oleh sang bos. Ia kemudian mencatat berbagai jadwal yang harus dijalani Caspar selama seminggu, bahkan hingga sebulan ke depan.     

Senang juga rasanya kembali ke dunia kerja, pikir Finland dengan hati gembira. Ia mengetik beberapa jadwal penting dan menelpon para sekretaris dan asisten lainnya untuk mengonfirmasi rapat dan janji temu.      

Suasana hatinya terasa sangat senang hingga tanpa sadar ia bersenandung sambil bekerja. Caspar yang sedang membaca berbagai laporan di dalam ruangannya tersenyum sendiri mendengar suara senandung istrinya.     

Ahhh... rasanya senang juga bisa mendapatkan suasana baru seperti ini bersama istrinya.     

***     

Ketika jam makan siang tiba, para karyawan yang sedang makan di restoran kantor yang terletak di lantai 30 menjadi sangat keheranan saat bos baru mereka ternyata itu makan di sana.     

Selama seminggu terakhir sejak ia datang ke Berlin, ia tak pernah menampakkan diri untuk makan bersama karyawan seperti sekarang. Namun, hari ini tiba-tiba saja ia datang dan makan di sini bersama asistennya.     

Ahhh.. sungguh kedua orang ini tampak sangat menawan, pikir mereka dengan kagum. Caspar dan Finland yang selama puluhan tahun bersama sudah biasa menarik perhatian orang-orang, sama sekali tidak tampak canggung.      

Mereka mengambil makanan dan duduk makan bersama. Ketika melihat Mrs. Garnet berjalan masuk ke restoran, Finland segera melambaikan tangannya dan menyapa wanita separuh baya itu.     

"Mrs. Garnett, mau duduk bersama kami?" tanyanya ramah.     

Mrs. Garnett tampak tertegun melihat Finland dan Caspar makan bersama dengan santai di restoran perusahaah, dan mereka tampak dengan ramah mempersilakannya bergabung dengan mereka. Karena merasa tidak enak, akhirnya wanita itu mengangguk dan berjalan ke arah mereka.     

"Selamat siang, Tuan," katanya sambil mengangguk hormat kepada Caspar. "Kita sudah bertemu beberapa kali dalam rapat perusahaan."     

Caspar mengangguk. "Benar. Aku masih ingat, Bu Garnet dari HRD bukan?"     

"Ahh.. Tuan masih ingat," Bu Garnet tampak semakin senang. Ia tahu bos besar mereka ini baik, tetapi rasanya masih sulit dipercaya bahwa laki-laki seberkuasa ini ternyata sangat ramah. Ia merasa kagum kepada keluarga Schneider.     

Dari apa yang didengarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga itu yang sombong dan bersikap seenaknya, seperti banyak anggota keluarga kaya lainnya. Walaupun mereka tertutup dan tidak banyak bersosialisai, tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka semua sangat ramah dan rendah hati. Sungguh patut dijadikan teladan, pikirnya.     

"Saya akan memesan makanan dulu," kata Bu Garnet sambil tersenyum. Ia menaruh tasnya di kursi dan kemudian berjalan menuju konter makanan untuk memesan hidangan makan siang yang ia sukai.     

"Kita tidak bisa selalu makan siang bersama," kata Finland setelah Bu Garnet pergi. "Nanti orang-orang akan curiga. Aku juga perlu bersosialisasi dengan para karyawan lainnya."     

Caspar sebenarnya tidak rela, tetapi ia tahu istrinya benar. Akhirnya dengan bibir hampir cemberut ia terpaksa mengangguk.     

"Tapi kita setidaknya harus makan siang bersama seminggu dua kali di kantor," katanya mencoba bernegosiasi.     

Finland memutar matanya. "Kita kan sarapan dan makan malam bersama setiap hari. Apakah kau tidak bosan melihatku terus?"     

"Tidak bosan. Tidak pernah dan tidak akan pernah," kata Caspar sambil tersenyum manis.     

Ahh.. yah, mereka telah menikah selama lebih dari 45 tahun dan tidak pernah sekali pun ia merasa bosan dengan istrinya. Mereka bahkan tidak pernah bertengkar. Kehidupannya bersama wanita ini terasa sangat damai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.