The Alchemists: Cinta Abadi

London & L Ingin Pensiun



London & L Ingin Pensiun

0Alaric merasa sangat lega. Selama ini, ia selalu menguatirkan ayahnya yang sangat mencintai ibunya dan menderita selama lebih dari seratus tahun sejak kematiannya.     

Ia sering merasa bersalah karena hidupnya sekarang sangat bahagia bersama wanita yang ia cintai, Aleksis. Kakaknya, Nicolae juga sudah memiliki kehidupannya sendiri.     

Kini, ia hanya ingin melihat ayahnya bahagia. Karena itu, hati Alaric terasa dipenuhi sukacita mendengar kabar dari Caspar.     

Kini, tepat 120 tahun sejak ibunya meninggal, akhirnya ayahnya membuka hati untuk menikahi wanita lain. Alaric tahu Rosalien adalah orang yang paling tepat untuk ayahnya, dan ia ikut bahagia untuk mereka.     

"Aku tidak akan memberi tahu siapa pun," kata Alaric pelan. Senyuman tipis tersungging di bibirnya. "Aku hanya akan membagikan kabar gembira ini kepada Nicolae, tetapi kami akan berpura-pura tidak tahu di depan ayah."     

"Bagus, bagus," kata Caspar sambil tertawa.     

Setelah mereka menutup telepon, Alaric dan Aleksis saling pandang. Mereka lalu tersenyum memikirkan bahwa Lauriel dan Rosalien akhirnya akan menikah. Keduanya turut bahagia untuk Lauriel. Aleksis sangat menyayangi ayah angkatnya, dan Alaric sendiri hanya ingin melihat ayahnya bahagia.     

"Menurutmu, Paman Rory akhirnya akan mengumumkan hubungannya dengan Rosalien?" tanya Aleksis. "Atau mereka akan menikah diam-diam? Mau bertaruh?"     

Alaric tertawa mendengar kata-kata istrinya. "Sifat ayah terlalu mirip denganku. Kurasa aku lebih tahu apa yang ia akan lakukan. Kau akan kalah taruhan."     

"Hmm.. benarkah?" Aleksis mengangguk-angguk. "Kalau aku bertaruh denganmu, pasti aku yang akan kalah. Baiklah. Aku tidak akan taruhan denganmu."     

Ia mencium bibir suaminya lalu berjalan keluar ruangan memanggil kedua anaknya untuk belajar.     

***     

Siang itu rumah kediaman London Schneider di Grunewald tampak ramai. Mereka kedatangan beberapa tamu penting yang membawa banyak hadiah untuk calon bayi. Wajah London Schneider tampak berseri-seri sepanjang hari itu, hingga membuat semua orang ikut bahagia untuknya.     

"Ayah, aku dan L sudah memutuskan untuk menyepi. Sudah waktunya aku meninggalkan bisnis dan mengurusi keluargaku. Apakah ayah tidak keberatan untuk kembali mengurus Schneider Group?" tanya London.     

Caspar yang sedang asyik bermain dengan Lily mengangkat wajahnya. Ia lalu bertukar pandang dengan Finland.      

"Umurku sudah 44 tahun. Sudah tidak mungkin aku wara-wiri dengan penampilan seperti ini..." kata London sambil tertawa.     

Pemuda itu benar. Ia memang terlihat jauh lebih muda dari usianya. Saat ini L sudah berusia 35 tahun dan keduanya tampak seolah masih pertengahan 20-an. Kalau mereka berjalan bersama Lily yang sudah remaja, tidak akan ada yang mengira mereka adalah orang tuanya.     

"Hmmm... kalau begitu, ayah perlu bicara dengan ibumu. Apakah ia tidak keberatan kalau ayah kembali bekerja di kantor," kata Caspar. Ia melirik istrinya.     

Finland mengangkat bahu. "Kupikir ada bagusnya juga kau kembali bekerja di kantor. Ini akan memberi suasana baru. Kurasa kita sudah cukup bersenang-senang selama dua puluh tahun ini, bepergian dan hidup tenang. Berikan kesempatan kepada London untuk bersama keluarganya."     

"Ahhh... kau tidak keberatan?" tanya Caspar gembira. "Kau bisa kembali bekerja untukku.. hehehehe."     

Finland menyipitkan matanya dan tampak berpikir.     

"Ayolah... bukankah dulu kau sanga senang bekerja?" tanya Caspar membujuk istrinya. "Kau bisa belajar hal baru. Kau juga bisa bertemu orang-orang. Kita bisa pura-pura tidak saling mengenal. Kau akan melamar bekerja sebagai asistenku. Kita bisa tetap bersikap profesional kalau di kantor."     

Finland memutar matanya saat mendengar kata-kata suaminya. "Profesional?"     

Ia ingat dulu sewaktu ia bekerja di kantor Schneider Group di New York, Caspar mencari seribu satu cara untuk membawa Finland ke ruangannya dan bercinta dengannya.     

"Iya, benar. Professional," kata Caspar dengan senyum jahil. Tangannya dengan nakal telah meremas pantat istrinya sambil tertawa kecil.     

"Ugh.. kita tidak punya pilihan. Rune tidak mau mengurusi bisnis, jadi memang hanya aku yang bisa menggantikan London. Kurasa kita seharusnya punya anak lagi, biar hal seperti ini tidak menjadi masalah."     

Ketika Finland mendengar kata-kata Caspar, ia tampak berpikir cukup lama. Memang benar kata-kata suaminya. Aleksis sudah memiliki kehidupannya sendiri. Saat ini yang dapat diandalkan untuk mengurusi bisnis keluarga Schneider adalah London dan Terry.     

Namun, keduanya sudah cukup lama menggunakan identitas mereka sekarang. Rasanya tidak mungkin memaksa mereka untuk terus menjalani kehidupan sebagai London Schneider dan Terry Chan lebih lama lagi.     

Terry sendiri sudah mengundurkan diri dua tahun lalu, bersamaan dengan Mischa. Sementara Rune, anak bungsunya yang lebih menyukai ilmu pengetahuan lebih sering menghabiskan waktu bersama Aldebar atau Lauriel. Ia adalah seorang petualang berjiwa bebas yang tidak ingin diikat di balik tembok gedung perkantoran.     

Memang pilihan lebih logis adalah memiliki anak lagi untuk menggantikan London dalam situasi seperti ini.     

Tetapi, saat Finland melihat menantunya, L, yang sedang hamil muda, ia merasa tidak enak sendiri. Bayangkan... bagaimana rasanya kalau ia melahirkan anak bersamaan dengan menantunya? Astaga...      

Akhirnya ia menggeleng. "Uhm... sebaiknya kau kembali ke kantor. Aku bisa menemanimu bekerja."     

Caspar tersenyum mendengar kata-kata istrinya. "Baiklah. Kalau itu yang kau inginkan."     

"Wahhh.. terima kasih, Ibu. Aku akan mengurusi ini semua," kata London dengan gembira. Ia memeluk ibunya dan mencium pipi Finland. Dengan senyum lebar, ia mengambil ponselnya dan menghubungi Jan, asisten setianya yang saat ini sedang berada di New York mengurusi Schneider Group di Amerika.     

Finland hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak lelakinya. Ia tahu, walaupun London mengatakan ia akan mengurusi semuanya, sebenarnya anaknya itu akan meminta bantuan Jan untuk mengurusi segala sesuatunya.     

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Jan?" tanya Finland setelah London selesai bertelepon dengan Jan. "Kapan ia akan menikah dengan kekasihnya? Kau membuatnya terlalu sibuk bekerja sampai dia terlambat menikah."     

London hanya tertawa mendengar kata-kata ibunya. "Bukan aku kok. Memang dia sendiri yang senang bekerja. Jan itu cukup workaholic. Sejak memenangkan penghargaan Top Executive versi Ritz Magazine, dia menjadi semakin ambisius. Dia sendiri yang menawarkan kepada Terry untuk menggantikannya di New York. Sejauh ini, kurasa dia sangat menikmati pekerjaannya."     

"Hmm... syukurlah kalau begitu," kata Finland lega. Ia merasa sangat bersalah kepada Kurt Van Der Ven yang telah meninggal demi melindungi anaknya, Aleksis, kalau sampai Jan hidup menderita.      

"Pokoknya Ibu tidak usah kuatir. Jan itu sudah kuanggap seperti adikku sendiri," kata London, menenangkan ibunya.     

Alaric dan Aleksis hanya menyaksikan pembicaraan ibu dan anak itu sambil tersenyum. Mereka memiliki empat orang anak yang dapat mengurusi semua bisnis keluarga mereka. Sebentar lagi, si kembar, Ireland dan Scotland akan dewasa dan mengikuti jejak kakaknya Altair yang akan mengurusi RMI. Alaric sama sekali tidak perlu kembali ke dunia bisnis jika ia tidak menginginkannya.     

Dan dua puluh tahun lagi, jika Altair ingin mengundurkan diri, Mischa dan saudara-saudaranya dapat mengambil alih. Keluarga mereka sungguh beruntung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.