The Alchemists: Cinta Abadi

Aku Mencintaimu, Vega Linden



Aku Mencintaimu, Vega Linden

2Vega tahu ia menginginkan anak, sama seperti Mischa. Namun, apakah mereka menginginkannya sekarang? Gadis itu tahu bahwa untuk orang-orang mereka dari klan Alchemist, anak-anak hanya akan dikandung jika kedua orang tua menginginkan untuk punya anak.     

Jadi, ketika Mischa tadi bertanya apakah ia harus memakai pengaman atau tidak ketika mereka berhubungan badan, Vega berusaha menduga-duga apakah pria itu terbiasa berhubungan seksual dengan wanita biasa, yang berbeda dari seorang Alchemists seperti Vega.     

Itulah perbedaan antara kaum mereka dan orang-orang biasa. Jika seorang pria atau wanita Alkemis berhubungan seksual dengan orang biasa, maka 'aturan' itu menjadi tidak berlaku.     

Hubungan intim dengan orang biasa akan dapat menyebabkan kehamilan jika tidak memakai pengaman seperti kondom atau tidak dikeluarkan di luar.     

Namun, bagi orang Alchemist, mereka hanya akan mengandung jika baik sang pria dan sang wanita sama-sama ingin memiliki anak.      

Tubuh mereka yang sempurna memungkinkan mereka untuk tetap muda selama mereka hidup, dan mereka juga tidak akan memiliki anak yang tidak diinginkan. Inilah yang membuat kaum Alchemists ini menjadi sempurna.     

Vega tahu jika ia menginginkan anak, dan Mischa menginginkan hal yang sama, hubungan badan yang mereka lakukan hari ini akan menghasilkan kehamilan. Vega tahu ia menginginkannya... tapi ia masih tidak tahu apakah ia menginginkan anak secepatnya.     

Tadi Vega memang mengatakan dirinya menginginkan anak di masa depan. Tapi... bagaimana jika ia nanti langsung hamil?     

"Mischa," Vega perlahan membalikkan tubuhnya menghadap Mischa. Ia menemukan pria itu tersenyum menatapnya ketika Vega melingkarkan tangannya di leher Mischa. Pria  tampan itu memeluk pinggang Vega dan menatap matanya dalam-dalam.     

"Ya, Sayang?" kata Mischa.     

Pipi Vega langsung merona saat mendengar Mischa memanggilnya 'sayang'.     

Ini adalah pertama kalinya ia mendengar Mischa memanggilnya 'sayang', dan Vega sangat menyukainya.     

Vega mengerucutkan bibirnya. "Aku bertanya-tanya..."     

"Ya? Apa yang ingin kau ketahui?" Mischa menjawab dengan sabar. Ia tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran Vega. Setelah menghabiskan banyak waktu bersama, ia sudah dapat membaca sebagian besar ekspresi gadis itu.     

"Kau tidak perlu menjawabku, tapi aku hanya ingin tahu apakah..."     

Vega ingin tahu apakah Mischa sudah aktif secara seksual sebelum Vega memasuki hidupnya. Meskipun laki-laki ini tidak memiliki kekasih lain setelah Lisa memutuskan hubungan dengannya, Mischa tidak mengatakan bahwa dirinya tidak pernah tidur dengan wanita lain.     

Bukan hal yang aneh bagi seorang laki-laki dewasa seperti Mischa untuk memiliki teman kencan atau menjadi hubungan cinta semalam, bukan? Mischa adalah laki-laki normal dan ia pasti memiliki kebutuhan seksual juga.     

Vega tidak dapat membayangkan pria itu berlatih pantang berhubungan seksual selama lebih dari tujuh tahun.     

Tapi apakah mungkin... itu yang terjadi sebenarnya?     

"Kau ingin tahu apakah aku pernah tidur dengan wanita lain sebelum dirimu?" Mischa bertanya sambil tersenyum. Ia dapat menebak apa yang ada dalam pikiran Vega.     

"Astaga..! Bagaimana bisa kau tahu?" Vega membulatkan matanya karena terkejut. Apakah dia semudah itu ditebak?     

"Yah... Seolah ada tanda tanya besar di dahimu," jawab Mischa bercanda. Ketika ia melihat Vega mengerutkan bibirnya lagi, laki-laki tampan itu menarik dagu Vega dan mencium bibirnya. "Aku hanya bercanda, Sayang."     

Pipi Vega memerah lagi. Ia sangat senang mendengar Mischa memanggilnya menggunakan nama sayang. Panggilan itu terdengar begitu manis di telinganya.     

"Tidak apa-apa kalau kau tidak ingin mengatakannya," kata Vega buru-buru. "Aku hanya ingin tahu karena tadi kau bertanya apakah kau harus memakai pengaman saat kita... berhubungan intim, atau tidak."     

"Kenapa tidak? Aku pikir itu pertanyaan yang layak ditanyakan," kata Mischa. "Aku memang ingin punya anak, tetapi kalau kau tidak menginginkannya, aku tidak akan memaksamu untuk melahirkan anakku. Kita bisa membicarakannya."     

"Tidak.. tidak, bukan itu..." kata Vega. "Kaum kita tidak perlu memakai pengaman. Kalau laki-laki  dan perempuan menginginkan anak, mereka akan memiliki anak. Jika tidak ada yang menginginkannya atau hanya satu yang berniat memiliki anak, tidak akan ada anak yang dikandung dari hubungan badan yang mereka lakukan. Jadi, aku merasa aneh tadi kau menanyakan pertanyaan itu kepadaku. Kecuali kau memang sering melakukannya dengan wanita dari kaum manusia biasa dan kau harus melakukannya dengan mengenakan pengaman."     

Mendengar penjelasan Vega, Mischa menjadi tercengang. Ia menatap gadis itu dengan mata melebar saat dia mencerna informasi yang baru saja dia terima. Kemudian, pria itu menggelengkan kepalanya.     

"Aku tidak mengetahuinya," akunya jujur. "Kau tahu aku tidak terlahir sebagai orang Alchemist. Aku hanya menerima ramuan keabadian 12 tahun yang lalu sebagai hadiah. Aku juga tidak menghabiskan banyak waktu dengan orang-orang dari klan kita. Jadi... informasi ini baru kuketahui sekarang."     

"Ooh.. begitukah?" Vega mengerjap-kerjapkan matanya ketika ia mendengar pernyataan Mischa. Entah bagaimana ia merasa sangat lega.     

Jadi, termyata, Mischa tidak tahu fakta ini.     

"Dan... untuk menjawab pertanyaanmu tadi, tidak... aku tidak tidur dengan wanita lain sebelum kamu," tambah Mischa sambil tersenyum. "Aku tidak bisa berhubungan seksual tanpa menggunakan perasaan dan aku belum menemukan wanita yang membuatku jatuh cinta dan bergairah... sebelum aku bertemu denganmu. Hanya kau saja."     

Mischa menatap Vega dalam-dalam dan tersenyum tipis. Ia dapat melihat pipi Vega memerah seperti tomat.     

Oh, gadis ini terlihat sangat menggemaskan dan membuat Mischa tergoda untuk mencubit pipinya. Namun, ia menahan diri.     

"Ahh.. aku sangat senang mendengarnya..." tukas Vega. Ia tersenyum dan wajahnya berseri-seri dengan kebahagiaan.     

"Benarkah?" Mischa juga senang. Selama bertahun-tahun, Vega telah menjadi tujuan hidupnya. Ia hanya ingin menemukan gadis ini dan menebus kesalahannya yang membuatnya merasa sangat menderita karena rasa bersalah.     

Sekarang, Mischa sudah merasakan kebahagiaan. Vega ada di sini aman, bahagia, dan bersamanya.     

"Aku sangat senang," bisik Vega.     

Mischa merasa sangat tersentuh. Ia mengusap rambut Vega dengan penuh kasih dan menciumnya lagi. "Aku mencintaimu, Vega Linden."     

Vega tercengang ketika dia mendengar kata-kata Mischa.     

Akhirnya... salah satu dari mereka mengucapkan kata-kata penting itu.     

'Aku mencintaimu'.     

Mischa barusan menyatakan cintanya kepadanya. Ini terasa seperti mimpi saja.     

"Ahh..." Vega tiba-tiba kehabisan kata-kata. Ia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak ada yang keluar dari bibirnya. Ia hanya dapat menatap Mischa dengan mulut ternganga.     

Reaksinya membuat Mischa ingin tertawa.     

Akhirnya, ia dapat membuat gadis agresif ini menjadi terdiam dan tidak tahu harus berkata apa. Maka, ia mengulangi kata-katanya barusan untuk menggoda Vega.     

"Aku mencintaimu, Vega Linden. Aku sangat mencintaimu," bisiknya. "Maukah kau menikah denganku?"     

Vega mengerjap-kerjapkan bulu matanya dan masih tidak tahu harus berkata apa. Ini semua terlalu tiba-tiba.     

Ya, ia sangat mencintai laki-laki ini dan dari dulu ia memimpikan hari ketika Mischa akan memintanya untuk menjadi istrinya. Namun, ketika hari itu tiba, Vega belum siap. Ia merasa sangat terkejut.     

"Tunggu di sini..." kata Mischa dan mencium kening Vega.     

Kemudian ia turun dari tempat tidur, mengenakan jubah tidur, dan merogoh tasnya dari lemari. Vega juga meraih jubah tidur dari meja di samping ranjang dan mengenakannya.     

Ia bertanya-tanya apa yang sedang coba dilakukan Mischa.     

Tunggu .. apakah ia tadi baru saja meminta Vega untuk menikah dengannya?     

Apakah ini sungguhan?     

Vega menekap bibirnya karena terkejut. Sementara itu, Mischa telah menemukan cincin yang ia simpan di dalam tasnya dan sekarang pria itu berlutut di depan Vega yang berdiri terpaku di tempatnya dengan ekspresi terkejut.     

"Maaf, aku sudah bersiap untuk melamarmu dengan selayaknya setelah acara makan malam romantis dan mungkin sambil melihat matahari terbenam," gumam Mischa. Ia tiba-tiba terlihat gugup. "Tapi... aku tadi terbawa suasana dan hatiku tidak bisa menahannya lagi, dan aku tahu aku harus melakukannya sekarang."     

Dia mengulurkan tangannya dengan cincin di atasnya dan menatap Vega dengan mata penuh harap. "Vega, sayang.. Aku tahu kita baru menjalin hubungan selama beberapa minggu, tapi aku tahu pasti bahwa aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."     

"Kau adalah wanita paling cantik, pintar, menyenangkan, menarik yang pernah kutemui dalam hidupku. Aku sangat mengagumi dirimu. Kau memiliki hati yang dipenuhi kebaikan, ketulusan, dan cinta untuk orang-orang di sekitarmu. Bersamamu membuatku menjadi orang yang lebih baik, dan aku akan berusaha untuk melindungimu dan membuatmu bahagia setiap hari."     

Vega menekap bibirnya dengan kaget dan tubuhnya bergetar karena sukacita. Semuanya terjadi sekaligus. Ia merasa kewalahan.      

"Oh.. Mischa..." bisiknya Vega dengan suara bergetar. Ia merasa sangat terharu.     

"Maukah kau menjadikanku laki-laki paling bahagia di dunia dan menikah denganku?" tanya Mischa dengan lembut sambil menatap Vega dalam-dalam.     

Vega merasakan dadanya berdebar kencang dan ia dapat mendengar dirinya sendiri memberikan jawaban atas lamaran Mischa. "Ya... ya, aku mau menikah denganmu."     

Mischa menarik napas lega dan memasangkan cincin di jari manis Vega. Kemudian, ia bangkit dan mencium bibir  gadis itu dengan lembut.     

"Aku mencintaimu, Vega Linden..." bisiknya berulang-ulang.     

Akhirnya, Vega membalas pengakuan cinta Mischa. "Aku juga mencintaimu, Mischa."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.