The Alchemists: Cinta Abadi

Keinginan Mischa Ke Depan



Keinginan Mischa Ke Depan

3"Apa rencana Kak Mischa ke depan?" tanya Vega. "Apakah Kakak akan terus mengurusi RMI atau akan mengganti identitas juga dan pensiun?"     

"Hmm... sebenarnya aku sudah lama ingin pensiun. Rasanya akan menyenangkan sekali untuk kembali memiliki kebebasan," kata Mischa. "Kurasa aku dan saudara-saudara angkatku akan dengan senang hati menyerahkan semua kontrol kepadamu dan Altair begitu kalian siap."     

"Oh... aku tidak tahu apakah aku ingin mengurusi bisnis keluarga," kata Vega jujur. "Tapi saudaraku sepertinya sangat menyukai bisnis dan ia akan jadi pimpinan yang baik."     

"Kau benar," kata Mischa. "Setelah Ireland dan Scotland dewasa, mungkin sepuluh tahun lagi, mereka bisa membantunya atau mengambil alih."     

"Lalu, apa yang ingin Kakak lakukan setelah pensiun?" tanya Vega sambil menyesap infused waternya.     

"Aku? Aku ingin hidup tenang," kata Mischa. "Aku sudah melihat dunia sewaktu aku masih muda dulu. Kurasa saat ini yang kuinginkan adalah menikah dan menetap di suatu tempat yang damai. Mungkin di salah satu pegunungan cantik di Swiss."     

"Ahh.. kedengarannya menyenangkan," kata Vega. "Swiss memang indah sekali."     

"Yah, kuharap begitu. Tapi kalau istriku ingin melihat dunia, tentu aku akan dengan senang hati menemaninya..." Mischa menambahkan.     

Vega cegukan mendengar kata-kata pria itu.     

Apakah Mischa bermaksud menyinggung tentang keinginan Vega melihat dunia untuk mengisi hidupnya yang kehilangan enam tahun?     

Apakah tadi itu merupakan isyarat halus dari Mischa bahwa ia ingin menikah dengan Vega dan hidup damai bersamanya di Swiss, tetapi kalau Vega memang ingin melihat dunia.. maka Mischa tidak keberatan bepergian lagi untuk menemani Vega?     

"Kau mau minum lagi?" tanya Mischa sambil mengangkat teko berisi infused water. Ia melihat Vega telah minum begitu banyak sepanjang mereka makan malam ini. Tapi tidak apa-apa, minum banyak air lebih baik daripada wine.     

Vega menggeleng. "Tidak, terima kasih. Kurasa aku sudah kembung karena minum terlalu banyak."     

"Hmm.. baiklah. Kau sudah selesai makan?" tanya Mischa. Ia bangkit dan membereskan piring bekas makan mereka. Vega buru-buru ikut bangkit dan membantu.     

"Mau es krim?" tanya gadis itu saat mereka berjalan dengan piring-piring di tangan menuju ke dapur. "Di kulkas ada es krim."     

"Boleh," jawab Mischa.     

Setelah keduanya menaruh piring-piring kotor di mesin pencuci piring, mereka lalu duduk di teras menikmati es krim sambil memandang ke pusat Kota Paris dari ketinggian lantai 45.     

Mereka melanjutkan bercakap-cakap tentang apa saja. Beberapa kali terdengar suara tawa Vega yang renyah dari teras dan suara Mischa yang menceritakan berbagai hal menarik yang ia alami selama ini.     

Pukul 10 malam, saat Altair dan JM tiba di penthouse, mereka mendengar suara Mischa dan Vega yang bercakap-cakap dan tertawa. Keduanya saling pandang dan tersenyum penuh arti.     

"Rupanya rencanamu menjodohkan mereka berhasil," bisik JM.     

"Sssh.. kita belum tahu. Mereka masih baru bertemu. Apalagi Vega juga belum bertemu dengan Ren. Kita harus menunggu dulu... dan berdoa Vega akan mengambil keputusan yang tepat," jawab Altair. Ia mendesah saat menatap ke arah teras dan kemudian menarik tangan kekasihnya agar segera masuk ke kamar mereka. "Sebaiknya kita tinggalkan saja mereka. Pura-puranya kita belum pulang."     

"Ufff... pegal sekali seharian ini aku berdiri terus," bisik JM sambil berjalan mengikuti Altair.     

"Tenang saja. Nanti aku akan memijat kakimu," kata Altair.     

***     

Wahh.. sudah jam 11 malam," kata Mischa saat mengambil mangkok es krim dari tangan Vega.     

Kedua mangkok mereka telah kosong sedari tadi. Namun karena udara kota Paris yang hangat diikuti dan pemandangan di bawah mereka terlihat indah, ditambah dengan percakapan mereka yang menyenangkan, keduanya terus saja di teras hingga larut malam.     

Mischa menaruh kedua mangkuk mereka di dalam mesin pencuci piring. Ia lalu mencuci tangannnya di wastafel dan melapnya hingga kering. "Sebaiknya aku pulang ke suite-ku sekarang."     

"Kak Mischa mau tidur sekarang?" tanya Vega.     

Mischa mengangguk. "Benar. Besok aku harus membuka pameran RMI."     

"Baiklah, kalau begitu. Selamat beristirahat. Aku dan Altair akan ke pameran besok. Sampai jumpa di sana!"     

"Selamat malam, Vega," kata Mischa. Ia mengacak rambut Vega sedikit lalu beranjak menuju pintu. Vega mengantarnya hingga pria itu keluar penthouse.     

***     

"Kau tampak senang sekali hari ini," kata Altair menggoda adiknya saat mereka berdua sarapan di teras pagi itu. "Tadi malam ngapain saja dengan Mischa?"     

Vega mengangkat bahu. "Biasa saja. Kami jalan-jalan ke Champ De Mars dan piknik sambil melihat Menara Eiffel. Setelah itu kami makan malam. Kau sendiri tadi malam kemana bersama JM?"     

"Aku dan JM ada urusan penting," kata Altair. "Aku kan sudah bilang."     

"Ahh.. bilang saja kau sengaja membiarkanku berdua dengan Mischa," tukas Vega.     

"Lho... memangnya kenapa kalau iya? Kau tidak menyukai Mischa? Bukankah dulu kau sangat menyukainya?" tanya Altair sambil tersenyum jahil. "Aku hanya membantumu mendekati laki-laki yang kau sukai."     

"Iddihhh... itu kan sudah lama sekali," bantah Vega. "Dulu aku memang sangat agresif. Tapi aku yang sekarang sudah tidak seperti dulu. Aku malu kalau bersikap agresif kepadanya."     

"Yah.. tidak apa-apa. Toh dia juga sepertinya sangat menyukaimu. Apa pun yang kau lakukan, apakah kau agresif atau tidak, dia pasti tidak keberatan," kata Altair ringan. "Sekarang pertanyaannya adalah... apakah kau masih menyukai dia atau tidak?"     

Wajah Vega seketika bersemu merah. Ia tidak menjawab, tetapi dari reaksinya, Altair dapat menduga bahwa Vega masih menyimpan perasaan kepada Mischa. Tentu saja.. wanita normal mana yang tidak akan tertarik kepada pria itu?     

Mischa sudah memiliki wajah yang tampan dan sempurna, bahkan sebelum ia meminum ramuan keabadian dan menjadi bagian dari kaum Alchemist.     

Menurut penilaian jujur Altair sendiri, ia belum pernah melihat lelaki yang lebih tampan daripada Mischa Rhionen di dunia ini.     

Sebagai laki-laki, ia tidak malu mengakui kelebihan lelaki lain, apalagi lelaki yang dia dukung untuk menjadi suami adiknya.     

Selain penampilan fisik yang sangat rupawan, Mischa juga memiliki kepribadian yang hangat dan menyenangkan. Ia sangat cocok dengan Vega yang ceria dan selalu gembira. Berdua, mereka akan seperti hari yang cerah dan membawa perasaan bahagia kepada orang-orang di sekitar mereka.     

Selain penampilan fisik dan kepribadiannya yang menarik, Mischa juga sangat pandai, dewasa, dan memiliki pengalaman hidup yang penuh warna, hingga membuat karakternya menjadi sangat dewasa.     

Dan yang paling penting, lelaki itu sangat tangguh. Bahkan Alaric dapat mempercayakan anak perempuannya untuk dijaga oleh Mischa. Hal ini akan membuat kehidupan Vega menjadi lebih nyaman karena ia dapat selalu bepergian dengan hanya suaminya, karena Mischa pasti akan dapat melindunginya.     

Faktor terakhir ini sangat penting karena keselamatan Vega di atas segalanya. Mengingat ia pernah diculik dan kemudian masuk dalam jeratan Ren, mereka tidak ingin kembali kecolongan.     

Jadi, kalau mau dilihat dari sisi mana pun, Mischa adalah laki-laki yang paling tepat untuk Vega.     

"Kau tidak usah malu mengakui kalau kau menyukainya," kata Altair lagi. "Kalau mau, aku akan menyibukkan diri bersama JM seharian ini, supaya kau bisa pergi ke pameran RMI berdua saja dengan Mischa. Bagaimana?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.