The Alchemists: Cinta Abadi

Alaric Dan Altair Ke Moravia



Alaric Dan Altair Ke Moravia

0Setelah semua keharuan itu berlalu, mereka memutuskan memberi waktu kepada Vega untuk beristirahat. Mereka tidak ada yang membahas apa yang terjadi di ruang holodeck dan makan malam seperti biasa.     

Keesokan harinya, giliran Aleksis dan Alaric menemani Vega menjalani proses pemulihannya di holodeck. Mereka berada di dalam lebih lama dari kemarin dan semua dapat menduga bahwa sesi hari ini tentu lebih intens dari sebelumnya.     

"Bagaimana?" tanya Nicolae saat melihat mereka berempat tiba di ruang keluarga, Alaric, Aleksis, Lauriel dan Vega. Istri dan anak perempuannya sudah memutuskan untuk pulang ke New York agar Summer dapat kembali bersekolah dan Nicolae dapat fokus membantu mengurusi pemulihan Vega.     

Nicolae memutuskan untuk tetap tinggal di Targu Mures membantu sebisanya dalam proses pemulihan anak angkatnya.     

"Vega mendapatkan banyak umpan ingatan dari kedua orang tuanya," kata Lauriel. "Besok kita akan lanjutkan denganmu."     

"Baiklah. Aku tidak sabar," kata Nicolae. Ia menghampiri Vega dan memeluknya. "Kau tidak apa-apa?"     

Vega mengangguk. "Aku baik-baik saja, Papa. Ada terlalu banyak informasi yang kuterima dan aku harus memikirkan banyak hal. Rasanya lelah sekali. Tetapi aku tidak apa-apa."     

"Baguslah. Papa senang mendengarnya."     

Alaric memberi tahu mereka saat makan malam bahwa ia ingin pergi sebentar mengurus sesuatu dan menitipkan keluarganya kepada Nicolae dan Lauriel. Ia tidak mau memberi tahu mereka rinciannya, tetapi Aleksis dapat menduga bahwa ini ada hubungannya dengan kemarahan Alaric ketika ia mendengar Vega mengigau dalam tidurnya.     

Aleksis ingat betapa murkanya Alaric saat itu hingga ia menghantam tembok dengan tinjunya dan melukai tangannya.     

Wanita itu hanya mengangguk dan meremas tangan suaminya, menunjukkan dukungan. "Kau pergilah. Biar kami yang merawat Vega di sini."     

Aleksis tahu Alaric sangat menyayangi Vega dan telah merindukan anak perempuannya selama bertahun-tahun, sehingga jika ia sampai pergi keluar dari Targu Mures meninggalkan Vega yang baru kembali ke rumah, tentu Alaric memiliki alasan yang sangat kuat.     

"Terima kasih," Alaric juga mengangguk kepada ayah dan saudaranya. Ia kemudian menepuk bahu Altair. "Kau ikut ayah. Ada beberapa hal yang ingin ayah ajarkan kepadamu."     

"Baik, Ayah."     

Altair tidak dapat menduga apa hal yang begitu penting yang ingin dilakukan ayahnya dengan membawa serta dirinya, tetapi dalam hati ia merasa sangat senang karena Alaric seolah mempercayai dirinya untuk terlibat dalam hal penting.     

***     

Ayah dan anak itu berangkat pagi-pagi sekali menaiki pesawat pribadi mereka ke Almstad. Alaric sengaja memberi tahu Mischa tentang kedatangannya di saat terakhir karena ia tidak ingin merepotkan anak angkatnya itu.     

Mischa masih berjalan-jalan di seputar Salzsee mengumpulkan informasi tentang keluarga Lynn-Miller dan juga orang-orang yang mengenal Vega selama ia tinggal di desa itu. Alaric memutuskan untuk mendatangi kantor cabang RMI di Almstad untuk inspeksi mendadak.     

Seumur hidupnya ia belum pernah datang ke kantor cabang ini karena ia terlalu penting bagi mereka. Bahkan Mischa saja, baru datang ke Almstad ketika ia memutuskan untuk mencari tahu tentang Vega beberapa bulan yang lalu.     

Alaric dan Altair memutuskan untuk menginap di penthouse di puncak Gedung St. Laurent dan beristirahat sejenak sebelum mereka mendatangi kantor RMI yang terletak di pusat kota Almstad. Alaric tidak pernah menggunakan pengawalan jika ia hanya bepergian sendiri.     

Ia sendiri sanggup menghadapi siapa pun orang yang berniat jahat kepadanya dan ia lebih memilih menghabisi mereka dengan tangannya sendiri daripada membiarkan pengawalnya yang turun tangan.     

Tetapi, kalau ia bepergian dengan keluarganya, keselamatan mereka menjadi prioritasnya, sehingga ia selalu akan menyediakan rombongan pengawalan tangguh bagi istri dan anak-anaknya.     

Apalagi setelah peristiwa penculikan yang menimpa Vega. Pengawalan mereka menjadi semakin ketat dan ia tak pernah lagi lengah sedikit pun.     

Tetapi, karena kini ia hanya berdua dengn Altair, Alaric merasa tidak perlu membawa pengawal sama sekali. Ia cukup tangguh dan anak lelakinya itu pun terlatih bela diri. Siapa pun orangnya pasti akan dapat mereka lawan.     

"Ayah mau berjalan-jalan dulu ke sekitar sini, mencari udara segar," kata Alaric satu jam kemudian. Ia melihat keluar dan mendapati cuaca di kota Almstad sangat cerah. Ia sudah lama tidak berjalan-jalan sendiri dan menikmati pemandangan kota. Kerajaan Moravia adalah kerajaan kecil yang tidak terlalu update dengan situasi dunia dan di sini ia tidak mudah dikenali.     

Kalaupun ada orang yang merasa mengenali sosoknya, mereka akan menganggap Alaric hanya kebetulan mirip Elios Linden yang terkenal itu, sebab mereka tidak percaya bahwa Elios Linden akan menapakkan kaki di Moravia.     

"Aku juga mau berjalan-jalan," kata Altair sambil mengambil sweaternya. Musim semi hampir berlalu dan sebentar lagi mereka akan memasuki musim panas, dan cuaca juga terlihat cerah, tetapi ia merasa lebih baik membawa sweater yang disampirkan di bahunya sebagai persiapan jika angin Moravia yang dingin berhembus kencang saat mereka sedang ada di luar.     

Ibunya, Aleksis memiliki ketahanan yang sangat tinggi terhadap udara dingin dan dengan santai akan mengenakan pakaian tipis berjalan-jalan di luar dalam suhu belasan derajat Celsius, tetapi Altair tidak seperti ibunya. Lebih baik cari aman, pikirnya.     

"Baiklah, kita bisa pergi bersama," kata Alaric.     

Ia belum ingin buru-buru menghukum Amelia dan Ren serta mencari dalang penculikan Vega. Saat kakinya menginjak landasan pacu pesawat di bandara Almstad, ia menyadari bahwa Vega menghabiskan cukup banyak waktu di kota ini.     

Alaric kemudian berpikir bahwa kehidupan anak perempuannya sebagai yatim piatu miskin dari kampung tentu tidak mudah, apalagi mengingat ternyata ia hidup menderita bersama Ren yang menyembunyikan pernikahan mereka.     

Saat itu juga Alaric memutuskan untuk mencari tahu seperti apa kehidupan Vega di Almstad dan membalas semua orang yang sudah memperlakukan Vega dengan baik dan buruk.     

Ia akan mendatangi mereka satu persatu dan memastikan orang-orang itu mengetahui siapa orang yang mereka perlakukan baik atau buruk selama 1,5 tahun Vega di Almstad.     

Altair tidak mengetahui isi hati ayahnya. Ia hanya senang mengikuti langkah kaki Alaric berjalan-jalan santai mengenali situasi pusat kota Almstad.     

"Pertama-tama, ayah ingin mampir ke sebuah Kafe bernama Magnolia," kata Alaric. Ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan resume Vega yang dikirim kepada Mischa saat ia melamar pekerjaan di RMI dulu.     

Di situ tertulis bahwa Vega pernah kuliah di Almstad Business School, dan bekerja di Resort Salzsee serta Kafe Magnolia, sebelum kemudian menjadi asisten pribadi Mischa.     

"Vega... pernah bekerja di kafe ini?" Altair mengamati isi resume itu dengan penuh perhatian. "Ayah ingin mendapatkan keterangan dari orang-orang yang pernah bekerja dengannya?"     

Alaric mengangguk dan menjawab pendek. "Ayah ingin memastikan tidak ada seorang pun yang memperlakukan Vega dengan buruk tidak menyesali perbuatannya."     

"Oh..." Altair mengangguk paham. Ia sendiri sepikiran dengan ayahnya. Kalau sampai ada yang menyakiti Vega, siapa pun orangnya, Altair pun akan memberi mereka pelajaran.     

.     

.     

>>>>>>>     

From the author:     

Uwuuu... maaf yaaa, beberapa hari kemarin hanya bisa publish 1 bab. Nanti begitu semua urusan beres, saya update rajin lagi yaaa dan menebus semua utang bab.. hohohoho. xxx     

Semoga teman-teman bisa terhibur dengan 3 bab dari Finding Stardust (Emma Stardust) setiap harinya, sambil nungguin "The Alchemists". Babnya Emma kebetulan sudah ditulis dari bbrp minggu lalu, saya tinggal publish aja.     

Buat yang belum baca Emma, cuss, baca ke FINDING STARDUST. Itu ceritanya bagussss dan romantissss banget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.