The Alchemists: Cinta Abadi

Air Mata Vega



Air Mata Vega

1"Kau melihat ponselku?" tanya Vega setelah mereka selesai sarapan. Ia menoleh kepada Altair yang duduk di sampingnya.     

Kakaknya itu menggeleng. "Kurasa sebaiknya kau tidak usah memusingkan hal-hal lain. Kau harus fokus pada pemulihanmu. Benar kan, Kakek Rory?"     

Ia mengarahkan pandangannya kepada Lauriel. Pria tampan itu mengangguk.      

"Altair benar. Kau tidak usah memikirkan hal lainnya," kata Lauriel sambil tersenyum.     

"Uhm.. tapi aku ingin mengetahui kabar suamiku," kata Vega. Ia mengulurkan tangannya kepada Altair. "Pinjam ponselmu."     

Altair kembali menggeleng. "Tidak. Ren menyuruhku untuk melarangmu menggunakan internet dan hal-hal semacam itu. Ia ingin kau memikirkan dirimu dan pemulihanmu. Karena itu, ponselmu kusimpan dulu."     

Altair sendiri tidak terlalu senang menghabiskan banyak waktu di internet, sama seperti anggota keluarganya yang lain. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu berharga dengan orang-orang dekat mereka sendiri, daripada mengurusi berita di luaran.      

Tetapi ia sadar bahwa Vega berbeda dari mereka dan kalau ia menggunakan ponselnya, ia mungkin akan mencari berbagai berita tentang dirinya yang menjadi bahan gosip besar di Moravia sekarang. Karena itulah Altair mengira Ren memintanya menjauhkan Vega dari internet.     

"Masakan Ren tidak ingin aku menghubunginya?" tanya Vega sambil mengerucutkan bibirnya.      

"Kalau ia ingin kau menghubunginya, ia tidak akan sengaja berpesan kepadaku untuk menjauhkanmu dari internet," kata Altair sambil tersenyum. Ia mengambil ponselnya dari saku dan menunjukkan SMS yang ia terima dari Ren. "Coba kau baca ini."     

Vega membaca isi pesan suaminya kepada Altair dan hanya bisa mendesah pendek. Ia mengenali gaya tulisan Ren, dan tentu saja nomor ponselnya. Mungkin Ren memang ingin Vega dapat secepatnya memulihkan ingatannya dan memfokuskan diri pada pengobatannya.     

"Hmph..." Akhirnya gadis itu hanya bisa mendesah lagi. "Baiklah."     

"Aku akan memberitahunya bahwa kau baik-baik saja," kata Altair sambil menarik kembali ponselnya.     

Lauriel lalu memberi tanda agar Altair dan Vega mengikutinya ke Holodeck. "Kita mulai dengan Altair dulu. Sesudah itu Alaric dan Aleksis bisa ikut."     

Dengan patuh Altair dan Vega berjalan mengikuti kakek mereka keluar dari ruang makan menuju holodeck. Alaric dan Aleksis hanya bisa memandang kepergian mereka dengan hati berat. Mereka berharap pelan-pelan Vega dapat kembali mengingat masa lalunya, setelah Altair membagikan kenangan mereka berdua kepada Vega.     

Sebagai sepasang anak kembar, mereka memiliki hubungan batin paling dekat karena mereka telah bersama sejak lahir. Hampir semua momen yang dialami Altair pasti juga dialami oleh Vega. Kalau Altair membagikan kenangan-kenangannya, semoga kenangan Vega sendiri akan terpancing keluar.     

Sepasang orang tua yang berduka itu hanya bisa saling menggenggam tangan masing-masing dan berharap yang terbaik.     

***     

Vega keluar dari ruang holodeck saat hari menjelang sore. Sepertinya proses yang mereka alami di sana sangat intens sehingga Lauriel meminta agar makan siang diantar ke holodeck sebab mereka tidak sempat makan siang bersama dengan anggota keluar yang lain.     

Ketika mereka akhirnya keluar dari holodeck, Aleksis melihat Vega beruraian air mata. Ketika ia hendak mendekati anak perempuannya, Lauriel memberi tanda agar Aleksis membiarkan Vega sendiri.     

"Biarkan saja dulu. Tadi suasana di dalam sangat berat baginya," kata Lauriel sambil menghela napas panjang. "Ia melihat berbagai peristiwa masa lalu dari sudut pandang Altair, dan ia berkali-kali menangis."     

Alaric mengepalkan tinjunya mendengar kata-kata Lauriel. Ia sangat sedih melihat Vega menangis, dan terlebih karena ia sebagai ayah tidak dapat berbuat apa-apa.     

"Apakah kita perlu menghentikan prosesnya?" tanya Alaric sambil menatap ayahnya lekat-lekat. "Kalau ini justru membuat Vega menjadi semakin sedih... aku tidak dapat membiarkannya."     

"Tidak usah. Ini baru hari pertama. Masih ada banyak hal yang membuatnya kaget," kata Lauriel. "Aku tadi sudah menanyakan kepadanya apakah ia masih sanggup meneruskan dan Vega menjawab ia masih mau melanjutkan. Semua yang dilihatnya memang membuatnya sedih dan ia perlu waktu sendirian untuk menata perasaannya, tetapi ia akan baik-baik saja."     

"Hmm... baiklah. Ayah lebih tahu." Alaric akhirnya mengalah.     

Memang benar kata Lauriel. Vega merasa sangat tertekan dan sedih saat menyaksikan semua kenangan dari Altair selama mereka hidup bersama. Ia melihat dirinya dan Altair tumbuh berdampingan dan mengalami kehidupan yang sangat bahagia, walaupun di lima tahun pertama mereka tidak memiliki ayah.     

Saat mereka berumur 5,5 tahun, tiba-tiba datanglah sosok Nicolae ke dalam kehidupan mereka dan menjadi figur ayah bagi mereka. Tanpa terasa air mata menetesi pipi Vega tanpa henti saat ia melihat betapa Nicolae sangat menyayangi dirinya dan Altair dan memperlakukan mereka seperti anak kandungnya sendiri.     

Vega dapat merasakan betapa ia sangat menyayangi pria itu. Ia merasa sangat sedih karena telah terpisahkan dari Nicolae selama bertahun-tahun. Lalu, saat akhirnya ia melihat kenangan Altair ketika ayah kandung mereka kembali, 12 tahun yang lalu di acara pesta ulang tahun Aleksis, Vega benar-benar tak dapat menahan tangisnya yang membuncah.     

Ia dapat melihat betapa Alaric sangat menyayanginya, walaupun mereka terpisah selama sepuluh tahun. Vega menyadari bahwa ia membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum ia dapat menerima ayah kandungnya itu sepenuhnya.     

Tetapi kemudian, setelah mereka menjadi dekat, Vega justru merasakan hubungan batin yang paling dalam dengan ayah kandungnya. Ia menangis beruraian air mata saat menyadari betapa orang tuanya sangat menyayanginya.     

Selama ini ia telah hidup sebagai anak yatim piatu yang hidup sebatang kara, dan harus berjuang sendirian. Padahal... ternyata, orang tuanya yang sangat menyayanginya menderita selama bertahun-tahun karena kehilangan dirinya.     

Ketika akhirnya Vega berhasil menguasai perasaannya, ia masuk ke ruang keluarga dan memeluk ayahnya, tanpa mengatakan apa-apa.     

Alaric yang tiba-tiba dipeluk Vega dengan begitu erat hanya bisa menahan napas. Ia sama sekali tidak malu saat air mata menggenang di kedua pelupuk matanya. Ia merasa sangat terharu.     

"Ayah sangat menyayangimu, Anakku sayang," bisik Alaric. "Ayah berjanji akan menghukum siapa pun orangnya yang telah menyakitimu."     

Vega tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya berusaha agar tidak menangis lagi. Matanya terasa sakit karena ia tak henti-hentinya menangis selama beberapa hari ini.     

"Aku senang aku masih dapat bertemu ayah kembali," akhirnya Vega berbisik. "Aku senang... aku masih bisa mengatakan kepada ayah, betapa aku sangat menyayangi ayah..."     

Alaric menarik napas panjang. Wajahnya tampak dipenuhi keharuan.     

Setelah Vega melepaskan diri dari pelukan ayahnya, ia lalu menghampiri Aleksis dan memberinya pelukan yang sama.     

"Terima kasih... Ibu selalu menjaga kami, mengurusi kami, dan mencintai kami tanpa syarat, bahkan di saat Ibu sedang sendirian dan ayah tidak ada...." kata Vega dengan emosional. "Aku sangat menyayangi Ibu."     

Aleksis ikut menangis mendengar kata-kata Vega. Rasanya pelukan anak perempuannya kali ini sungguh berbeda dibandingkan saat pertama mereka bertemu di Pulau F.     

Kali ini Vega memeluknya dengan penuh kerinduan, seolah ia dapat mengingat ibunya dan merasakan kedekatan batin sebagai anak dan orang tua.     

Mereka bukan lagi orang asing.     

.     

.     

>>>>>>     

From the author:     

Teman-teman, yuhuuuu!! Ada event dari Webnovel, yang ternyata menggabungkan lokal dan global. Jadi ini khusus untuk pembeli Privi. Author yang berhasil update ceritanya setiap hari tanpa henti selama bulan September dan dapat pembeli privi di atas 500 akan dapat banyak feature dan promosi untuk bukunya.     

Kalian bisa lihat pengumumannya di "Win Win Event".     

Nah, saya mau kasi giveaway untuk teman-teman yang support saya di event ini. Kalau kalian beli privi yang paling rendah aja, yang 1 coin, dan beli satu saja bab di dalam privi, kalian kirim skrinsyot beli privinya ke email saya di: [email protected], atau Whatsapp Mbak Deasy di: 0812-8226-7045 dengan menyebutkan username kalian, nanti kalian memenangkan beberapa giveaway dari saya.     

Kalau kita mencapai target 500 support untuk The Alchemists, saya akan kasi 5 hadiah yang akan diundi untuk teman-teman yang sudah kirim skrinsyot dan usernamenya ke Mbak Deasy ya.      

Kalau kita mencapai target 1000 support, saya akan kasih 10 giveaway.     

Hadiahnya silakan pilih:     

1. Pulsa Rp 100.000     

2. Buku Cetak "The Alchemist"     

3. Buku Cetak "Ludwina & Andrea" + buku cetak "Glass Heart: Kojiro Nana"     

Kalau pilih buku, nanti bukunya saya kirim ke seluruh Indonesia, ongkir ditanggung oleh saya.     

Saya juga minta dukungannya untuk beli privi tier 1 coin aja dan satu bab untuk buku "The Prince Who Cannot Fall In Love & The Missing Heiress", buku "Finding Stardust" (bahasa Inggris) dan "Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang"     

Kalau kalian beli privi minimal tier yang 1 coin untuk keempat novel tersebut, artinya kalian akan mendapatkan empat kesempatan untuk menjadi pemenang giveaway di masing-masing novel. Makanya, kita usahakan menang di event ini ya.     

PS: Privilege untuk Finding Stardus dan Putri Akkadia belum ready ya. Silakan dibeli mulai tanggal 2 September saja :)     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.