The Alchemists: Cinta Abadi

Berjalan-jalan Ke Pantai



Berjalan-jalan Ke Pantai

3Fee mengusap air matanya dan mencoba tersenyum. Saat ini, walaupun hatinya hancur dan ia masih berduka, ia memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja. Ia tidak boleh membuat Ren merasa semakin terpuruk dan kemudian malah menghambat proses penyembuhannya.     

"Kalau begitu, sekarang aku meminta agar kau cepat sembuh," kata Fee. "Itu perintah.."      

Ren mengangguk. Ia mencium tangan Fee lalu menariknya agar mendekat.     

"Aku ingin kau di sini dan memelukku agar aku dapat beristirahat... Aku sangat merindukanmu," bisiknya dengan nada suara memohon.     

"Tapi kau masih kritis..." protes Fee.     

"Aku tidak apa-apa. Ini hanya luka luar. Tempat tidurnya cukup besar. Dokter pasti tidak akan keberatan."     

Ren menggeser tubuhnya sedikit dan membuat ruang bagi Fee untuk berbaring di sampingnya. Akhirnya gadis itu mengangguk dan naik ke tempat tidur.     

Mereka berbaring sambil berpelukan di tempat tidur rumah sakit yang kurang nyaman. Ren memejamkan matanya dan pelan-pelan napasnya mulai menjadi teratur dan ia pun kemudian tertidur.     

***     

Setelah seminggu, Ren akhirnya diizinkan pulang dan melanjutkan proses penyembuhan di villa. Karena ini bukan di Moravia, ia tidak punya kekuasaan untuk mengatur rumah sakit dan kepolisian, maka mereka harus melalui prosedur seperti orang biasa. Ren tidak mau membuka identitasnya kepada pihak kepolisian karena ia benar-benar ingin tinggal di Bali sebagai orang biasa.     

Karena itulah, ia dan Fee harus melalui serangkaian proses penyelidikan karena kasus penembakan yang terjadi di villa mereka. Ren mengatakan bahwa peristiwa itu adalah kecelakaan saat ia sedang membersihkan senjatanya dan sama sekali tidak membiarkan polisi mencurigai hal lain.     

Setelah ia keluar dari rumah sakit dan penyelidikan ditutup dengan kesimpulan sebagai kecelakaan, barulah pasangan itu bisa kembali menikmati kehidupan mereka dengan tenang.     

***     

"Fee..." Ren memanggil Fee yang sedang melamun di gazebo di samping kolam ikan koi. Gadis itu menghabiskan sepanjang sore memberi makan ikan dan merenung di samping kolam. Pandangannya melayang entah kemana.     

"Hmm...?" Fee menoleh ke arah Ren yang berjalan mendekatinya. "Kenapa kau keluar kamar? Bukankah kau masih harus banyak beristirahat?"     

Ren menggeleng. "Aku bosan di kamar. Semua buku yang ada telah kubaca dan aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."     

Fee mengangguk. "Aku hanya sedang memberi makan ikan. Tidak ada yang istimewa di sini."     

"Semua saat bersamamu selalu istimewa bagiku," kata Ren. Ia duduk di samping Fee dan memeluk pinggangnya.     

Fee mengerutkan kening mendengar kata-katanya. Apa-apaan Ren ini? Tidak seperti biasanya, pikir Fee.     

Ren bukanlah tipe pria yang dapat bermanis-manis kepadanya ataupun melancarkan rayuan. Ini bukan seperti Ren yang dikenalnya.     

"Kau jadi bisa merayu sekarang?" tanya Fee sambil menatap Ren lekat-lekat.     

Ren menggeleng. "Apanya yang merayu? Aku tidak mengerti."     

Fee membelalakkan matanya mendengar kata-kata Ren. Ia menatap Ren lebih dekat dan mencoba menemukan tanda bahwa ia sedang bercanda.     

Tidak ada.     

Astaga... Ren memang sungguh-sungguh dengan ucapannya.      

Ia memang menganggap waktu yang dihabiskannya bersama Fee sebagai saat yang istimewa!     

"Oh, Ren..." Fee menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengusap pipi suaminya.     

"Ada apa denganku?" tanya Ren tidak mengerti.     

"Tidak apa-apa," Fee mencium bibir Ren dan kembali memusatkan perhatiannya pada ikan-ikan koi di kolam. Sudah dua minggu sejak peristiwa penembakan Ren dan mereka sudah membicarakan tentang kehidupan mereka bersama.     

Saat Ren terluka itulah, Fee menjadi sadar bahwa ia tidak mau kehilangan suaminya, setelah ia kehilangan kedua calon anaknya. Sama seperti Ren yang menyadari bahwa ia tidak mau lagi membalas dendam setelah Fee terluka parah dan anak-anak mereka meninggal.     

Terkadang, kematian memang dapat menjadi peristiwa yang menjungkirbalikkan kehidupan seseorang. Dalam hal ini, Fee dan Ren menjadi sadar, mereka tidak mau kehilangan satu sama lain setelah kehilangan anak mereka bersama.     

"Kau mau berjalan-jalan ke pantai Uluwatu dan menikmati matahari terbenam di sana?" tanya Ren sambil mengusap-usap tangan Fee. "Aku sudah merasa lebih baik. Aku ingin menghabiskan waktu di luar bersamamu agar kita memperoleh suasana baru. Aku tidak tega melihatmu di villa terus menungguiku selama ini."     

Fee tersenyum mendengar saran Ren. Ia ingat mereka dulu tidak pernah keluar bersama-sama di tempat umum saat mereka masih tinggal di Moravia akibat kedudukan Ren sebagai pangeran putra mahkota. Tentu saja untuk menghindari gosip.     

Mereka hanya bisa berjalan-jalan bersama dan menghabiskan waktu sebagai pasangan di tempat terbuka saat mereka berlibur ke negara lain, seperti Monaco dan Italia, di mana Ren tidak terlalu dikenali. Tetapi hal itu paling lama hanya berlangsung selama dua minggu ini.     

Mereka sudah tinggal di Bali selama 2,5 bulan dan ini benar-benar terasa seperti mimpi. Seolah mereka berlibur tanpa batas waktu. Fee sangat berharap mereka tidak usah pulang sama sekali.     

"Aku senang sekali! Ayo kita pergi," kata Fee dengan gembira. "Matahari masih agak panas. Aku akan mengambil topiku dulu."     

Ia berlari masuk ke dalam villa dan keluar tidak lama kemudian dengan gaun musim panas berwarna kuning dengan motif bunga-bunga yang cantik. Di kepalanya tersemat topi jerami lebar yang cantik sekali dengah hiasan pita berwarna biru dan di tangannya ada tas anyaman biru tua besar yang berisi dompet dan tumbler minuman.     

"Kau cantik," puji Ren. Ia menggandeng Fee dan mereka naik ke mobil mewah yang terparkir di depan halaman. Supir mereka bernama Nyoman dan ia mengantar mereka ke salah satu pantai tercantik di Bali di daerah Uluwatu.     

Di sana ada sebuah beach club dengan berbagai fasilitas mewah bagi para pengunjungnya. Kali ini, Ren memilih untuk tidak masuk ke beach club melainkan mengajak Fee berjalan-jalan melintasi pantai berpasir putih dengan kaki telanjang mereka dan kemudian duduk di atas pasir sambil menikmati pemandangan matahari terbenam.     

"Sekali-sekali kita merasakan wisata seperti orang biasa, kau tidak keberatan, kan?" tanya Ren saat ia memanggil pedagang kelapa muda untuk datang dan membawakan dua buah kelapa bagi mereka. Ia menunjuk beach club yang ada di belakang mereka dengan banyak pengunjung Eropa yang menikmati matahari terbenam di pantai sambil menikmati cocktail mahal di atas cabana.     

Fee menggeleng. "Aku sama sekali tidak keberatan. Aku suka kita menghabiskan waktu bersama. Bagiku kemewahan itu tidak penting."     

"Aku senang mendengarnya," kata Ren. Ia membuang pandangannya ke arah kaki langit. Ia menggenggam tangan Fee dan meremasnya pelan. "Aku tidak akan pernah membuatmu hidup susah. Bukan itu maksud dari pembicaraanku. Tapi.. aku ingin tahu bagaimana pendapatmu jika kita tidak dapat lagi menikmati semua fasilitas dan perlakuan sebagai orang penting? Sebagai pangeran kerajaan Moravia?"     

Fee tertegun. "Aku tidak mengerti. Buatku itu tidak pernah menjadi masalah. Sejak awal kita menikah, aku tidak pernah merasakan status sebagai istri seorang pangeran."     

"Itu benar..." kata Ren. "Tapi maksudku.. walaupun kita menyembunyikan pernikahan kita, aku masih seorang pangeran, dan aku mendapatkan berbagai kemudahan dan perlakuan istimewa sebagai bangsawan, dan itu membuatku dapat melakukan banyak hal untukmu. Misalnya... saat kau berada di kantor polisi, kalau aku tidak menggunakan pengaruhku dan mengirim Amelia... mungkin orang-orang brengsek itu akan memasukkanmu ke dalam penjara."     

Kening Fee mengernyit saat ia mendengar nama Amelia. Rasanya kemarahan kembali memenuhi dadanya.     

.     

.     

>>>>>>>     

From the author:     

Saya sih terus terang masih dilema tentang endingnya Vega sama Ren atau tidak. Hiks...     

Besok saya live di FB ya, jam 19.00 WIB. Untuk membahas tentang The Alchemists Vol 3 kmrn dan Vol 4 sekarang.     

Yang mau kasi pendapat dan masukan tentang ceritanya juga boleh.. Jangan lupa terus vote ke "The Prince Who Cannot Fall In Love & The Lost Heiress" yaaa.. targetnya hanya masuk Top 70 kok.      

xx     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.