The Alchemists: Cinta Abadi

Terry Ingin Mentraktir Tetapi Tidak Bisa



Terry Ingin Mentraktir Tetapi Tidak Bisa

1Rose hanya bisa menggigit bibirnya dan ia khawatir dengan reaksi yang akan diberikan George.     

Rune hanya bisa memberikan rasa simpatinya dalam hati untuk pria itu.     

Rune sendiri sudah pernah berjumpa dengan pria itu dan ia tahu George adalah orang yang baik. Hanya saja, George sangat tidak beruntung karena menaksir gadis yang sudah punya pacar.     

Tidak mungkin bagi orang lain untuk mendapatkan hati JM karena ia telah menyimpan rasa cinta kepada Altair selama hampir 15 tahun.     

Mereka bertemu saat berusia sepuluh tahun dan menjalin hubungan baik yang segera berubah menjadi cinta saat mereka beranjak remaja.     

Dan Altair adalah pria muda yang baik yang bahkan tidak pernah memberikan perhatiannya kepada gadis lain seumur hidupnya. Sejak awal, hanya ada JM di hati Altair dan begitu juga sebaliknya.     

Rune benar-benar tidak bisa membayangkan ada orang yang bisa menggantikan kehadiran mereka untuk satu sama lain dan merusak hubungan keduanya.     

Karena itu, ia hanya bisa memberikan rasa simpatinya untuk George dan berharap pria itu bisa menemukan gadis lain untuk melabuhkan hatinya.     

"Oh... hahaha... pacarmu orang Amerika? Aku tidak tahu itu," George tertawa canggung. "Jika kau sedang berkunjung di New York, silakan hubungi aku. Aku ingin mengundang kalian berdua makan malam."     

"Ah, kau manis sekali. Baiklah. Aku akan meminta kontakmu dari Bibi Rose dan menghubungimu saat aku di New York," JM tersenyum manis sebelum mengakhiri panggilan mereka.     

Ia melambai seperti malaikat dan hal itu berhasil menghapuskan segala kecanggungan pada ekspresi George.     

"Terima kasih banyak! Aku harap bisa berjumpa denganmu di New York suatu saat. Sampai jumpa, JM," George akhirnya bisa tersenyum lagi. Ia melambai dan kemudian koneksi dimatikan.     

"Terima kasih telah bersedia berbicara dengan sahabatku," Rose tersenyum dengan ekspresi berterima kasih kepada JM, dan kemudian ia menyimpan ponselnya kembali di sakunya. "George adalah teman yang sangat baik. Ia mengizinkanku tinggal di apartemennya di East Village secara gratis. Keluarganya kaya dan mereka memberinya gedung apartemen untuk melakukan apa pun yang ia mau."     

Rune terbatuk ketika ia menyadari bahwa Rose masih berusaha menceritakan hal-hal baik soal George kepada JM. Mungkin Rose mengira jika JM tahu George adalah orang yang kaya raya, ia bisa tergoda? Haha... tidak mungkin!     

Pacar JM berasal dari keluarga terkaya di dunia. Apa pun yang dimiliki George tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dimiliki Altair.     

Namun, Rune tidak tega mengatakan apa pun. Ia hanya mengangguk untuk mengkonfirmasi kata-kata Rose. Tidak peduli apa pun yang akan dikatakan gadis itu, Rune harus tetap mendukung Rose.     

"Apa yang diucapkan Rose memang benar. Sekarang aku tinggal di apartemen itu dengan Rose secara gratis," kata pemuda itu.     

"Oh... sepertinya ia orang yang sangat baik," komentar JM. "Aku pasti akan menghubunginya ketika aku pergi ke New York."     

Sementara itu, Terry menyipitkan matanya saat mengamati Rose.     

Tadi Rose mengatakan ia tinggal di apartemen milik temannya secara gratis. Apakah itu artinya Rose adalah gadis yang miskin?     

Sekarang, Terry benar-benar bisa mengerti mengapa Rune mengenakan pakaian murahan itu. Rune harus berpura-pura miskin setiap waktu agar bisa mengikuti gaya hidup Rose.     

Terry hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak membenci orang miskin atau manusia biasa, tetapi ia benar-benar berpikir berkencan dengan orang dari golongan itu sangat merepotkan.     

Sekarang, Rune bahkan tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Sungguh melelahkan! Dan berapa lama ia harus terus berpura-pura seperti ini?     

Astaga... dalam hati, Terry hanya bisa memuji dirinya sendiri karena tidak pernah menempatkan dirinya dalam masalah seperti ini.     

Terry adalah orang yang tidak suka jika harus repot-repot melakukan sesuatu yang tidak ada maknanya. Ia tidak suka masalah rumit dan merepotkan seperti ini.     

"Baiklah... Kurasa JM dan diriku harus segera melanjutkan pekerjaan kami. Kami sedang mengecek beberapa tempat dan kami harus memutuskan di mana kami akan syuting dan beberapa urusan lainnya. Aku juga akan bertemu timku besok. Aku ingin menyusun rencana yang lebih lengkap sebelum mereka sampai di sini," Terry melambai dan memanggil pelayan untuk datang.     

Terry memutuskan untuk membayar makanan mereka karena ia pikir Rune pasti tidak bisa melakukannya karena ia sedang pura-pura menjadi orang miskin.     

Ia juga tidak ingin membiarkan Rose membayar tagihan makan siang mereka yang kemungkinan besar berjumlah banyak karena gadis itu pasti bukan dari golongan orang kaya dan ia juga tuan rumah.     

"Biar aku yang bayar," kata Terry sambil tersenyum.     

"Ah... tidak perlu, kok. Ini tempat biasa aku makan. Biarkan aku saja yang membayarnya," Rose menolak dengan sopan.     

"Tidak, tidak apa-apa," desak Terry. Ketika pelayan datang, ia meminta tagihannya.     

Pelayan itu tertawa kecil dan melirik ke arah Rose. Ia kemudian menjawab dengan tenang. "Keluarga Yang Mulia adalah pemilik tempat ini. Kami tidak mengeluarkan tagihan jika Yang Mulia makan di sini."     

Kata-katanya membuat Terry bingung. Ia bertanya kepada pelayan itu lagi. "Apa bisa kau ulangi kata-katamu? Aku tidak mengerti apa yang kau maksud."     

Pelayan itu berdeham dan menunjuk Rose dengan sopan. "Restoran ini milik keluarga Duke Fournier. Yang Mulia adalah putri mereka satu-satunya."     

Terry mengedipkan matanya selama satu menit saat ia melihat Rose, pelayan, Rune, dan kemudian menatap Rose lagi.     

Rune juga tidak tahu bahwa restoran tempat mereka makan siang itu milik keluarga Rose. Gadis itu tidak mengatakan apa pun kepadanya.     

Rune lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis. "Aku juga tidak tahu soal itu."     

Terry akhirnya mengangguk mengerti. "Aha. Oke. Jadi canggung yah... hahaha. Baiklah kalau begitu. Terima kasih. Aku hanya akan mengucapkan terima kasih kepada... Lady Rose Fournier?"     

Pelayan itu tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan meja mereka. Rose melakukan ini beberapa kali di masa lalu.     

Ia akan membawa teman-temannya ke sini dan mereka tidak tahu keluarganya memiliki tempat itu. Ketika mereka ingin membayar, akhirnya mereka menemukan kebenarannya.     

Kejutan seperti itu selalu berakhir dengan tawa yang menggelikan, namun kadang dapat membuat canggung.     

"Maaf, aku rasa aku tidak perlu memberi tahu kalian semua bahwa keluargaku adalah pemilik tempat ini," kata Rose dengan nada meminta maaf. "Tapi, yah, makan siangnya biar aku saja yang bayar. Kalian tidak perlu membayarnya… hehehe."     

"Ah... terima kasih banyak. Tempat ini luar biasa dan makanannya enak," Terry akhirnya tertawa. Biasanya, merekalah yang mengejutkan orang dengan identitas dan kekayaannya.     

Hari ini, Terry yang justru mengalami bagaimana rasanya berada sebagai orang yang dikejutkan akan kekayaan orang lain.     

Rasanya cukup membingungkan juga. Sekarang, ia bisa melihat Rose dari sudut pandang yang berbeda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.