The Alchemists: Cinta Abadi

Menguak Rahasia Rose (2)



Menguak Rahasia Rose (2)

0Wajahnya seketika tampak ceria ketika membicarakan teman-temannya. "Ssshh.. ini rahasia, ya, Helene tidak tahu ini, tapi pacarnya, Peter akan melamarnya setelah acara makan malam kita bersama nanti."     

"Oh... begitu ya?" tanya Rune. "Apa menurutmu mereka tidak terlalu muda untuk menikah?"     

Rose hanya mengangkat bahu. "Sekarang memang trendnya begitu kan? Banyak orang yang menikah muda."     

Rune mengangguk-angguk. Rose benar juga. Trend sering berubah-ubah dan mungkin memang sekarang musimnya pasangan menikah muda. Buktinya, pangeran dari Medion dan putri dari Moravia itu akan segera menikah padahal sang gadis baru berusia 20 tahun dan sang lelaki baru 24 tahun.     

Aih.. zaman memang sudah berubah. Ia sudah hidup selama empat puluh tahun tanpa pernah memperhatikan hal-hal semacam itu.     

"Ah, kau benar. Aku tidak terpikir seperti itu," kata Rune. "Padahal baru kemarin aku membaca berita tentang pasangan bangsawan dari dua kerajaan Eropa. Kalau tidak salah dari Moravia. Si gadisnya baru berusia 20 tahun tapi sudah bertunangan dengan pangeran dari Medion."     

Rose membuang muka dan mengangguk. Suaranya terdengar bergetar saat ia menjawab, "Aku kan memang selalu benar.. haha."     

Rune mengerutkan keningnya keheranan. Wajah Rose memang tampak tersenyum, tetapi entah kenapa matanya kembali berkaca-kaca.     

Ia berusaha mengingat-ingat lagi apa yang tadi ia ucapkan yang dapat membuat Rose menjadi bersedih.     

Ahh.. pernikahan?     

Apakah.. Rose bersedih karena mengingat Leon? Apakah Leon juga akan menikah? Atau jangan-jangan Leon sudah menikah dan membuat Rose patah hati?     

Ah, kalau memang begitu, maka ia dapat mengerti kenapa gadis itu begitu bersedih hingga memutuskan untuk menenggelamkan dirinya dalam alkohol.     

Rune memutuskan untuk berhenti membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan. Ia tidak ingin membuat Rose teringat kepada mantan kekasihnya yang hanya akan membuat gadis itu kembali terluka.     

Lebih baik mereka memfokuskan pada diri mereka sendiri. Ah, ngomong-ngomong, Rune jadi ingat bahwa sebelum ia pergi ke Amazon bersama Lauriel, ia sedang mengerjakan mesin baru. Ini adalah mesin untuk keponakan-keponakannya.     

Ia sangat menyayangi Lily dan Summer dan sebagai hadiah ulang tahun mereka yang ke-16 nanti, ia memutuskan akan memberi mereka mesin yang dapat mengubah perasaan sedih mereka menjadi gembira.     

Ah, mungkin sebaiknya ia meneruskan percobaannya dan menyelesaikan mesin itu untuk diberikan kepada Rose.     

"Bagaimana denganmu sendiri?" tanya Rose tiba-tiba. Ia menatap Rune dengan pandangan penuh perhatian. "Apakah keluargamu mendukungmu mengejar cita-citamu?"     

Rune mengangguk. "Mereka sangat supportive. Apa pun yang aku ingin lakukan dengan hidupku, mereka semua akan mendukung. Bagi mereka, yang terpenting adalah kebahagiaanku."     

"Kedengarannya bagus sekali," kata Rose sambil mengangguk. "Kau sangat beruntung. Banyak orang yang kukenal tidak dapat kebebasan seperti itu. George misalnya, ia harus meneruskan bisnis keluarga. Jadi walaupun ia sangat suka desain, ia hanya bisa melakukannya sebagai hobi. Ia tetap harus kuliah bisnis dan mengurusi perusahaan keluarganya."     

"Yah, kurasa kita berdua beruntung. Aku sebenarnya sangat berbeda dari kakak-kakakku. Sejak dulu minatku hanyalah mengurusi hal-hal yang tidak penting. Oh ya.. kau belum pernah bertemu kakak kandungku, bukan? Kalau kau melihat mereka, kau juga akan mengira aku ini anak pungut... hahahaha..."     

"Ahh.. benar. Kau belum pernah menunjukkan foto mereka sama sekali. Hmm.. tapi aku sudah melihat keponakanmu yang laki-laki. Apakah mereka tidak mirip ibunya?"     

"Tidak. Mereka itu mirip ibuku. Ibuku setengah Asia. Mereka sama sekali tidak mirip orang tuanya." Rune buru-buru menambahkan. "Nanti kalau kau bertemu orang tua Ireland dan Scotland, tolong jangan membahas kenapa wajah mereka tidak mirip ayahnya, ya..."     

"Eh.. kenapa?" tanya Rose keheranan melihat ekspresi Rune yang tiba-tiba berubah kuatir. Memangnya kenapa kalau sampai ia membahas hal itu? Kalau ia tidak sengaja, bagaimana?     

"Uhm.. pokoknya jangan. Kakak iparku sensitif," kata Rune.     

Pikiran Rose seketika kembali ke masa beberapa minggu yang lalu saat ia bertemu keponakan Rune di Central Park. Dua anak itu mengatakan bahwa mereka selalu diikuti oleh pengawal kemana-mana karena keluarga mereka memiliki banyak musuh.     

Ahh... benar juga. Waktu itu Rose sudah menduga bahwa keluarga kakak ipar Rune pasti memiliki hubungan dengan mafia atau dunia hitam. Itu sebabnya mereka memiliki satuan pengamanan yang cukup ketat.     

Sekarang ia dapat mengerti kekuatiran, atau malah, ketakutan Rune terhadap kakak iparnya. Mungkin Rune sangat takut membuat kakak iparnya itu tersinggung karena ia terbiasa dengan tindakan di dunia hitam seperti bunuh membunuh.     

Ah, benar juga. Rune pasti paling tahu kondisi keluarganya sendiri. Sebaiknya Rose mengikuti kata-katanya dan tidak mencari masalah. Ia tidak boleh mencari musuh.     

"Aku mengerti," kata Rose. "Aku tidak akan membahasnya."     

Ia tidak mau dibenci oleh seorang anggota mafia. Bisa-bisa nanti kehidupannya di New York berakhir dan ia pulang tinggal nama.     

"Ngomong-ngomong, sebentar lagi kita sudah akan tinggal bersama selama sebulan," kata Rose tiba-tiba. "Apakah kau masih ingat janjiku waktu itu?"     

Rune menggeleng. Ia tidak ingat lagi. "Janji kapan?"     

"Waktu kita baru pertama kali bertemu secara langsung dan kau menerima tawaranku menjadi kekasih pura-puraku. Aku mengatakan bahwa aku akan memberitahumu siapa aku sebenarnya setelah satu bulan. Kau ingat?"     

"Oh... itu. Benar. Kau berjanji memberitahuku kenapa kau membutuhkan kekasih pura-pura, dan kau juga akan memberitahuku identitasmu." Wajah Rune segera menjadi cerah. Astaga... tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat.     

Sepertinya ia memang sangat menikmati hidupnya bersama Rose. Ia sama sekali tidak merasakan hari berganti hari dengan begitu cepat.     

"Aku akan memberitahumu siapa aku setelah kita makan malam bersama teman-temanku di The Lily," kata Rose sambil tersenyum. "Tapi setelah aku memberi tahu siapa aku sebenarnya, kau juga harus memberitahuku siapa dirimu."     

"Oh, apa yang ingin kau ketahui tentangku?" Rune balik bertanya. "Bukankah kau sudah tahu beberapa hal?"     

Rose menggeleng. "Aku baru tahu sedikit. Kau pernah bilang bahwa kau punya dua orang kakak saat kita baru kenal. Tetapi pada suatu hari kau tiba-tiba bilang bahwa kau punya tiga orang kakak..."     

Oh, Rune baru sadar bahwa ia pernah salah bicara. Saat pertama kali Rose menanyakan berapa orang saudara kandung yang dimilikinya, ia memang menjawab dua karena saudara kandungnya, alias satu ayah dan satu ibu hanya ada Aleksis dan London.     

Tetapi, kemudian, saat mereka bicara tentang topik itu lagi, Rune ingat bahwa sebenarnya ia memiliki tiga orang kakak biologis, walaupun yang satu orang bukan saudara sekandung.     

Terry adalah anak ibunya dengan Paman Jean, tetapi Finland tidak mengandung Terry, karena Terry dilahirkan lewat program bayi tabung oleh sebuah pasangan di Singapura, yang sama sekali tidak ada hubungan keluarga dengan mereka.     

Jadi memang bagi orang luar situasi mereka ini agak aneh. Terry adalah saudaranya satu ibu, tetapi bukan saudara kandung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.