The Alchemists: Cinta Abadi

Tidur Bersama



Tidur Bersama

1Ia menatap gadis yang sedang menangis itu dan menelan ludah.     

Baiklah. Apa yang Rose inginkan, Rose akan dapatkan. Sebenarnya bagi Rune sama sekali tidak sulit untuk tetap berpura-pura sebagai orang miskin.     

Toh, selama ini Rose sudah menduga bahwa ia adalah pemuda miskin yang bekerja serabutan dengan para peneliti dan kebetulan saja memiliki kakak yang menikah dengan seorang lelaki kaya.     

"Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Sebaiknya kau menikah dengan laki-laki baik yang akan memperlakukanmu dengan penuh cinta dan hanya ingin membahagiakanmu. Harta, kekayaan dan status memang tidak ada artinya," kata Rune dengan penuh pengertian. "Kau mengambil pilihan yang benar."     

Ia mencium kening Rose dan menepuk bahunya. Ahh... rasanya sudah cukup informasi yang ia peroleh malam ini. Ia tidak mau membuat Rose merasa sedih berkepanjangan kalau mengingat-ingat lelaki bernama Leon itu.     

Rune sudah cukup senang kalau Rose memang memutuskan untuk menikah dengannya.     

Mungkin mereka memang berjodoh. Kalau misalnya Rose bertemu dengan lelaki miskin lain yang tidak sebaik Rune, mungkin ia tidak akan bahagia karena lelaki itu tidak memperlakukannya dengan baik.     

Niat Rose untuk membalas dendam kepada Leon dengan menunjukkan bahwa ia bahagia menikah dengan dengan laki-laki miskin dan sederhana justru akan menjadi bumerang baginya.     

"Tu-tunggu...." Rose tiba-tiba menekap bibirnya dan wajahnya seketika menjadi pucat.     

"Eh.. kau kenapa Rose? Apakah kau baik-baik saja?" Rune menjadi kuatir saat melihat Rose batuk-batuk dan menekap bibirnya. Sebelum ia sempat berbuat apa-apa, gadis itu menunduk ke tempat tidur dan memuntahkan isi perutnya.     

Hueekk....     

"Rose!!"     

Rune menjadi panik. Ia belum pernah menghadapi gadis mabuk sebelumnya. Astaga... sekarang pakaian Rose di bagian atas, selimut, bantal dan tempat tidurnya menjadi kotor oleh muntahan.     

Apa yang harus ia lakukan?     

Dia tidak bisa membiarkannya tidur dalam muntahannya sendiri.     

Tapi itu sangat menjijikkan.     

Rune tidak punya waktu untuk memikirkan betapa menjijikkannya membersihkan muntahan seseorang. Pikirannya beralih ke mode panik karena ia tiba-tiba berpikir tentang bagaimana ia harus mengganti pakaian Rose dan membersihkan tubuh gadis itu.     

Apakah sebaiknya ia memanggil seorang pelayan dari rumah Aleksis untuk membantunya? Tapi sudah hampir tengah malam.     

Ahh... rasanya keterlaluan sekali jika ia memanggil seorang pelayan untuk datang kemari pada waktu selarut ini untuk membantunya membersihkan seorang gadis yang mabuk dan tempat tidur yang penuh dengan muntahan.     

"Ayolah, Rune. Itu kan salahmu juga. Kau yang mengajaknya makan malam dan membelikan champagne. Kau membiarkan Rose menenggelamkan kesedihannya dalam alkohol. Kau harus bertanggung jawab," Rune mengomeli dirinya sendiri.     

Anehnya, Rose kembali tidur, seolah tidak terjadi apa-apa.     

Akhirnya, setelah Rune berperang dengan dirinya sendiri selama beberapa menit, pria itu memutuskan untuk mengambil handuk basah yang hangat dari kamar mandi dan membersihkan tubuh Rose dari muntahannya.     

"Maafkan aku ... aku bukan laki-laki mesum yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.. Aku terpaksa harus melakukan ini," Rune berbisik berulang kali, sambil melepas pakaian Rose agar ia bisa membasuh tubuh gadis itu hingga bersih dengan handuk basah.     

Dengan lembut dan hati-hati, Rune lalu menyeka tubuh Rose hingga bersih. Pria itu kemudian membawa sang gadis ke sofa kecil di samping tempat tidurnya dan membantunya memakai piyama baru.     

Setelah Rose mengenakan piyama bersih dan tubuhya juga tidak lagi berbau muntahan, Rune segera membopong gadis itu turun ke lantai satu dan menuju ke ruang tamu.     

Ia mendudukkan Rose di kursi, bersandar pada sandaran kursi dan kemudian ia membuka sofabed yang selama ini menjadi tempatnya tidur.     

Setelah merapikan ranjang dari sofa tersebut dan membuatnya nyaman, ia lalu mengangkat tubuh Rose dan membaringkannya di sana dengan hati-hati.     

Rune memastikan Rose tidur dengan nyaman dan mengenakan selimut yang hangat sebelum ia kembali ke loteng (loft) dan membersihkan tempat tidur Rose yang dikotori muntahan.     

Uff... bisa dibilang, seumur hidupnya Rune tidak pernah melakukan pekerjaan fisik, apalagi yang berat dan kotor seperti sekarang ini. Ia adalah anak dari salah satu keluarga terkaya di dunia.     

Di rumah keluarganya selalu ada belasan atau bahkann puluhan staf yang mengurusi semuanya. Karena itulah, Rune tidak terlalu ahli bersih-bersih.     

Namun demikian, ia berusaha agar dapat membereskan semua kekacauan yang terjadi agar ketika Rose bangun keesokan harinya, apartemen mereka telah bersih dan Rose tidak perlu merasa malu karena telah mabuk sampai muntah.     

Sambil menahan jijik, Rune membersihkan tempat tidur dan melepaskan sepresinya yang kotor, lalu membuka semua sarung bantal dan memasukkannya ke mesin cuci. Setelah itu ia menggunakan handuk basah untuk membersihkan semuanya.     

Dua jam kemudian, akhirnya bagian loteng tempat kamar Rose berada telah berhasil ia bersihkan. Rune menutup pekerjaannya dengan menyemprotkan pewangi ruangan untuk memberi suasana segar.     

"Hoaaahhhemm..." Tanpa sadar ia menguap lebar berkali-kali. Rupanya waktu sudah menunjukkan hampir jam dua pagi. Pantas saja ia sangat mengantuk. Selain karena malam sudah sangat larut, ia juga tadi sangat lelah bekerja.     

Membersihkan itu bukanlah pekerjaan gampang. Kalau hanya sekadar beres-beres apartemen biasa, ia masih bisa. Tetapi pekerjaan membersihkan yang ia lakukan malam ini lebih berat dari sekadar beres-beres.     

Ahh.. tubuhnya terasa sangat lelah dan mengantuk. Ia memandang tempat tidur Rose yang masih basah setelah ia bersihkan dengan handuk basah tadi.      

Lalu, di mana ia tidur sekarang? Biasanya ia akan tidur di sofabed di lantai satu, tetapi karena sekarang Rose tidur di sana, maka Rune tidak punya tempat tidur lagi.     

Masakan ia harus tidur di lantai?     

Rune menguap lagi.     

Ahh... semoga saja Rose tidak menyalahkannya dan menganggapnya mesum kalau Rune ikut bergabung dengan gadis itu di sofabed. Bagaimanapun, bukankah sofabed itu tempatnya untuk tidur? Bisa dibilang, Rose-lah yang menumpang di sana, bukan dia.     

Dengan pertimbangan itu akhirnya Rune memutuskan untuk mencuci muka, menyikat giginya dan mengganti pakaiannya dengan piyama, baru naik ke sofabed dan berbaring di samping Rose.     

Sebelum ia memejamkan matanya, Rose menoleh ke samping dan melihat wajah Rose yang sedang tertidur dengan damai.     

Ahh.. ia merasa lega kalau Rose kembali terlihat seperti ini. Hatinya sakit saat tadi melihat Rose begitu sedih dan bercucuran air mata.     

Hm... dalam hati, Rune berharap wajah cantik gadis ini dapat menjadi hal pertama yang ia lihat setiap ia bangun di pagi hari, dan hal terakhir yang ia lihat sebelum tidur.     

"Rose... apakah kau mau menikah denganku?" bisik Rune. Ia menatap gadis itu lekat-lekat dan tergoda hendak mengusap rambutnya. Namun, keinginan itu ditahannya sekuat tenaga. Ia tak mau membuat Rose terbangun dari tidurnya.     

Lagipula.. bagaimanapun ia adalah seorang laki-laki normal yang memiliki kebutuhan seksual.     

Kalau ia menuruti keinginan hatinya, bisa-bisa ia akan bertindak lebih lanjut dan tidak dapat lagi menahan tidur untuk tidak meniduri Rose. Hal itu tidak dapat dibiarkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.