The Alchemists: Cinta Abadi

Rose Of Medion (4)



Rose Of Medion (4)

1Rose sangat kaget melihat sosok Peter Wellington di depannya.     

"Astaga… Ada prefek sekolah..!" tukasnya sambil mendesah kecewa.     

Sial.. baru saja ia hendak melakukan kekacauan agar ia dihukum dan dikeluarkan dari sekolah, ia langsung tertangkap oleh Prefek, atau anggota dewan siswa.     

Rose menelan ludah. Ia lalu menoleh kepada Jack untuk meminta bantuan tetapi anehnya, Jack malah maju dan menyerahkan kuas ke tangan Peter.     

"Ingat! Kau harus mencat kumisnya dengan bagus…" seru Jack dengan suara tegas.     

Peter tersenyum nakal sambil mengacungkan kuasnya. "Tenaaaang. Aku pasti akan membuat kumis paling bagus untuk Madame Ferguson."     

Ia mengambil cat hitam lalu melukis sebuah kumis tipis yang indah di atas bibir patung Madame Rosaline Ferguson, sang pendiri dan sekaligus kepala sekolah.     

"Ka-kalian pengacau…" gumam Rose keheranan, "Dan kau… kau ini kan PREFEK sekolah..?! Bukannya seharusnya kau ini membina ketertiban??? Kenapa kau malah ikut-ikutan?"     

Rose benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi.     

"Maaf, kami belum memperkenalkan diri. Sungguh tidak sopan…" Peter membungkuk dengan sikap seperti bangsawan. "Kami adalah Pasukan Pengacau Malam. Aku agen nomor 1."     

Jack dan yang lainnya memukul Peter.     

"Hei… Kita tidak boleh memberitahu orang lain, tolol…!" seru Jack dengan suara bisikan setajam mungkin. Ia menatap Rose dengan pandangan kuatir.     

"Mau tidak mau kita terpaksa, Jack. Dia sudah tahu keberadaan kita. Kita punya 2 pilihan saja: membunuhnya supaya dia tidak cerita pada siapa pun, atau mengangkatnya sebagai anggota."     

Semua terdiam.     

"Kita tidak mungkin membunuhnya..." gumam Harry pelan.     

"Makanya, kita harus mengangkat dia sebagai anggota baru. Jadi kalau sampai dia mau mengadukan kita, dia sendiri akan ikut kena hukuman," tukas Peter.     

"Itu ide yang bagus… Aku memang berniat membuat kekacauan sejak pertama datang kemari, apa pun untuk membuatku dikeluarkan dari sekolah." Rose tersenyum lebar. "Aku ikut kalian! Aku akan menjadi agen nomor 5."     

Yang lain tentu saja tak bisa menolak.     

"Baiklah, perkenalkan, namaku Harry…" kata si rambut hitam acak-acakan. Wajahnya tirus dan berbintik-bintik, tapi mata hijaunya yang cemerlang tampak sangat cerdas. "Aku agen nomor 2."     

Yang paling pendiam dan berperawakan halus adalah George. Rose sudah mengenal Jack dan Peter. karena mereka sama-sama sekelas.      

"Baiklah, sebagai anggota pengacau baru, kau mendapat kehormatan untuk mengecat rambut Madame Ferguson yang indah dengan warna merah," kata Peter sambil menyerahkan kuas kepada Rose.     

Gadis itu menggeleng. Wajahnya tersenyum sangat nakal. "Tidak. Aku punya ide lebih bagus."     

Ia mengambil cat berwarna abu-abu dan mulai melukis puluhan ular di rambut patung itu. Rose sangat berbakat melukis dan dengan cepat ia telah mengubah patung pendiri sekolah menjadi patung Medusa.     

Medusa adalah wanita dari mitologi Yunani yang disebut memiliki wajah cantik, berambut ribuan ular, dan tatapan matanya dapat mengubah orang menjadi patung batu. Ia dianggap sebagai monster yang kemudian dibunuh oleh Dewa Perseus.     

"Whooaaa... kau malah membuatnya menjadi karya seni," puji Peter. "Kalau sampai ketahuan, kau tidak akan dihukum. Malah mungkin patung ini akan dipamerkan..."     

Rose tertawa mendengar kata-kata Peter. "Ahh.. apa perlu aku buat jelek?"     

"Tidak usah... begini sudah bagus," kata Peter cepat. Ia mengerutkan keningnya dan tampak ebrpikir sejenak. "Tapi mungkin kau bisa mencat merah hidungnya menjadi seperti hidung badut."     

"Ide bagus!" Rose segera mengecat merah hidung patung pendiri sekolah tersebut. Setelah puas dengan hasilnya, ia meminta pendapat teman-teman barunya. "Bagaimana sekarang?"     

"Bagus sekali!" Mereka semua mengangguk puas.     

"Sudah selesai," kata Peter kemudian. Ia lalu membereskan ember catnya dan melihat ke kanan dan ke kiri. "Sebaiknya kita pergi sekarang."     

Ia menarik tangan Rose dan segera berlari menuju istal. Harry, George, dan Jack mengikutinya. Setibanya di sana mereka semua tertawa keras-keras dan kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke kamar asrama masing-masing.     

Malam itu Rose bertemu dengan Pasukan Pengacau Malam dan hidupnya pun berubah. Ia menyukai keempat teman barunya dan mereka pun menyukainya. Ia diperbolehkan mencat hidung Madame Ferguson dengan warna merah sebagai tanda bahwa Rose diterima dalam perkumpulan.     

Hidup Rose di sekolah asrama berubah menjadi sangat menyenangkan.     

***     

Keesokan paginya saat anak-anak baru bangun dari tidur sebuah sirene berbunyi nyaring sekali. Rose melongok dari jendela kamarnya dan melihat orang-orang berlarian ke lapangan.     

Tok! Tok!     

"Rose, kau sudah bangun?" Terdengar suara Hellen cemas di luar pintu kamarnya. "Sirenenya berbunyi!"     

Rose membuka pintu. "Memangnya kenapa kalau sirenenya bunyi? Memangnya ada kebakaran?"     

"Kalau sirene dibunyikan berarti semua murid harus segera berkumpul di lapangan karena kepala sekolah ingin menyampaikan sesuatu. Seingatku tahun lalu beberapa kali sirene seperti ini dibunyikan dan penyebabnya adalah…" Hellen mengangkat bahu kebingungan, "…terjadinya beberapa peristiwa…"     

Rose bisa segera menebak maksud Helene. Tentu itu adalah peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh Pasukan Pengacau Malam.     

Semua murid berkumpul di lapangan dengan sikap tidak puas. Semua saling mempertanyakan alasan sirene kali ini. Rose bisa melihat Peter di kejauhan tersenyum padanya.     

Ia balas tersenyum. Madame Ferguson dan guru-guru tiba, dan melihat wajahnya yang demikian tegang murid-murid bisa menebak sesuatu yang gawat telah terjadi.     

"Kehormatan sekolah ini… dan secara pribadi kehormatanku sebagai kepala sekolah sangat terhina oleh perbuatan beberapa siswa yang kurang ajar…" Madame Ferguson menatap setiap anak dengan pandangan penuh selidik mencoba mencari ekspresi bersalah.     

"Masalah ini akan diselidiki sebaik-baiknya. Bila ketahuan siapa pelaku vandalisme di sekolah ini, hukuman yang menantinya amatlah berat. Oleh karena itu kuminta kesadaran kalian bangkit dan menyerahkan diri sekarang. Ayo mengakulah."     

Suasana menjadi sangat hening. Tak seorang pun bergerak atau berbicara.     

"Siapa yang melakukannya?" Madame Ferguson mengulangi kata-katanya. "Kalau mengaku sekarang akan kuberi keringanan hukuman."     

Tiba-tiba… Rose mengangkat tangannya pelan-pelan.     

Tindakannya segera diiringi desah nafas kaget banyak orang. Gadis itu menoleh ke arah Peter yang pucat dan pemuda itu tampak menggeleng pelan.     

Rose menunduk dan maju perlahan-lahan ke depan. Madame Ferguson tampak sangat terkejut melihatnya.     

"Ka.. kau..? Tapi mengapa..?!" Beliau menekap mulutnya kaget. Wajahnya tampak terpukul.     

Ia sama sekali tidak mengira, pelaku pengrusakan patung dirinya adalah Lady Rose Fournier. Bukankah gadis itu adalah seorang putri bangsawan??? Tidak mungkin kan kalau dia pelakunya?     

Duke dan Duchess Fournier telah meneleponnya secara pribadi untuk meminta agar putri semata wayang mereka dididik di St. John Academy, supaya ia dapat menjadi seorang lady yang baik.     

Namun.. baru satu hari saja, ia sudah membuat kekacauan sedemikian rupa??? Astaga...     

Rose menoleh ke arah teman-temannya dan mendapati wajah-wajah mereka tampak tegang luar biasa.     

Ia dapat melihat bahwa mereka merasa sangat menyesal telah percaya kepadanya dan mengangkatnya menjadi anggota Pasukan Pengacau Malam.     

"Maafkan aku," bisiknya pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.