The Alchemists: Cinta Abadi

Nasihat Aleksis



Nasihat Aleksis

2Rune adalah seorang pemuda yang sangat santai. Ia dapat menyesuaikan diri dengan baik di tempat baru dan ia juga tidak manja. Ia menikmati duduk di ruang tamu Rose sambil bekerja dan menikmati sandwichnya.      

Setelah beberapa jam bekerja, ia lalu meregangkan tubuh dan bangkit berdiri. Ternyata, duduk di ruang tamu Rose ini nyaman juga sampai ia tidak merasa berjam-jam telah berlalu. Rune mengangkat wajahnya dan melihat kearah loteng. Tidak ada tanda-tanda Rose sudah bangun.     

Astaga tidur siangnya lama juga, ya, kata Rune dalam hati.     

Ia menduga bahwa di balik sikapnya yang selalu santai, Rose sebenarnya menyimpan sesuatu. Ah... jangan-jangan ini ada hubungannya dengan keluarganya. Rune ingat bahwa tadi Rose tampak agak sedih saat mereka membicarakan tentang saudara-saudara Rune.     

Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk tidak mengganggu Rose. Biarlah, nanti Rose membuka sendiri isi hatinya setelah ia merasa siap.     

Rune lalu mengambil mantelnya dan berjalan keluar. Tadi Rose sudah memberikan seperangkat kunci untuknya sehingga ia bisa keluar masuk apartemen loft ini sesukanya. Bagaimanapun, tempat ini sekarang sudah menjadi rumahnya.     

Sebelum ia keluar rumah, Rune memutuskan untuk mengirim pesan lewat SMS kepada Rose untuk memberi tahu gadis itu bahwa ia pergi keluar. Ia tidak ingin Rose nanti kebingungan mencarinya.     

[Aku berbelanja bahan makanan ke supermarket. Aku akan segera kembali.]     

Ia lalu menutup pintu dan turun dengan lift ke lobby apartemen. Setelah keluar dari gedung apartemen, ia berjalan ke sebelah kiri menuju blok sebelah tempat beradanya supermarket organik yang ia temukan dari aplikasi di ponselnya.     

Ia sudah memutuskan untuk memasak sesuatu yang sederhana untuk makan malam mereka nanti. Ia bisa meminta resep masakan yang sederhana kepada ayahnya dan memasakkan sesuatu yang simpel namun lezat untuk membuat Rose terkesan.     

Saat ia sedang membayar di kasir, Aleksis menelepon Rune. Pemuda itu segera mengangkat teleponnya dan bicara kepada kakak perempuannya.     

"Kau sedang apa? Bagaimana rasanya tinggal bersama Rose?" tanya Aleksis dengan penuh perhatian. Sejak adiknya pergi dari rumahnya tadi, Rune belum mengabarinya apa-apa, sehingga Aleksis ingin tahu.     

"Semuanya baik-baik saja," kata Rune. "Aku sudah pindah ke apartemen Rose. Dia tinggal di daerah East Village."     

"Itu daerah bagus," komentar Aleksis.     

"Katanya tempatnya itu adalah apartemen milik temannya," kata Rune. "Ahh.. aku merasa Rose ini sebenarnya adalah gadis yang berasal dari kalangan orang berada, kalau melihat dari sikap dan penampilannya, serta apa yang diceritakannya tentang teman-temannya. Apakah dugaanku benar?"     

Rune menunggu tanggapan dari kakaknya tetapi Aleksis tidak menjawab. Pemuda itu menjadi penasaran.     

"Kenapa diam saja? Apakah dugaanku salah?" tanya Rune keheranan.     

"Hmm... Itu semua terserahmu, Rune," kata Aleksiis. "Apakah kau ingin aku menceritakan semua yang kuketahui tentang Rose kepadamu atau tidak? Aku bisa melakukannya."     

Rune buru-buru menggeleng. "Eh.. tidak, tidak usah. Aku sudah berjanji untuk tidak menyelidikinya. Aku tidak mau ambil resiko nanti Rose tahu dan kemudian marah kepadaku."     

"Baiklah, kalau itu yang kau inginkan."     

"Aleksis, aku sangat menyukai gadis itu. Aku tidak tahu kenapa apakah kau pernah merasakan yang seperti ini," kata Rune sambil mendesah. Ia membayar belanjaannya lalu berjalan keluar supermarket sambil menenteng sayuran dan bahan makanan lainnya.     

Di ujung sana, Aleksiss hanya tersenyum. Ia belum pernah mengalami yang namanya cinta pada pandangan pertama. Perasaannya kepada suaminya tumbuh setelah mereka menghabiskan sangat banyak waktu bersama-sama. Ditambah lagi, ia juga sudah mengagumi pria itu sejak ia masih kecil.     

Sehingga, ketika mereka bertemu kembali, perasaan cinta di hatinya tumbuh dengan sangat cepat. Tetapi, itu bukanlah cinta pada pandangan pertama. Ia tidak tahu bagaimana rasanya langsung jatuh cinta pada seseorang sebelum mengenal kepribadiannya lebih jauh.     

Namun yang jelas kalau memang apa yang dirasakan oleh Rune kepada Rose ini adalah cinta, maka ia dapat mengerti kenapa adiknya sampai mengambil keputusan-keputusan yang terlihat nekat. Misalnya saja, ia langsung memutuskan tinggal bersama dengan gadis yang baru ia kenal.     

Aleksis juga mengalami hal yang sama. Karena cintanya kepada Alaric yang begitu besar, ia pun melakukan banyak hal nekat dalam hidupnya.     

Ia mengajak pria itu menikah setelah berpacaran selama empat hari saja. Ia juga setia kepada Alaric dan tidak pernah berhenti mencintainya, walaupun suaminya dikabarkan telah meninggal, bahkan hingga sepuluh tahun lamanya. Ia tidak pernah membuka hatinya untuk lelaki lain.     

Aleksis tidak pernah menyesali semua yang telah ia lakukan demi cinta.     

"Jujur saja, aku tidak pernah mengalami yang namanya cinta pada pandangan pertama, Rune. Kurasa London juga tidak. Ayah dan ibu kita juga tidak merasakan cinta pada pandangan pertama seperti yang kau alami. Tetapi kami mengerti apa yang kau rasakan. Kalau apa yang kau rasakan bagi Rose adalah cinta, maka kami akan mendukungmu. Aku dan Alaric berharap hubunganmu dengan Rose akan dapat berjalan dengan baik," kata Aleksis akhirnya.     

"Hmm... terima kasih," kata Rune. Suaranya terdengar lega.     

"Aku hanya memohon satu hal. Tolong kabari saja bagaimana keadaanmu di sana. Aku tahu kau ini sudah dewasa dan aku tidak mau ikut campur dalam kehidupanmu. Tetapi aku masih kakakmu dan aku akan kuatir kalau kau tidak memberi kabar," kata Aleksis lagi.     

Rune menarik napas panjang. Benar juga. Ia belum memberi kabar sama sekali kepada kakaknya sejak ia meninggalkan rumah mereka tadi pagi.     

"Maafkan aku. Tadi aku tidak sempat memberi kabar. Besok-besok aku akan selalu mengabari kalian agar kalian tidak usah khawatir," kata Rune akhirnya. Ia telah tiba di depan gedung apartemen Rose dan bersiap masuk ke dalam. "Tolong, jangan bilang kepada ayah tentang Rose. Aku tidak ingin Ayah mengetahuinya dari orang lain. Biar nanti aku yang akan memberitahunya sendiri. Aku menunggu saat yang tepat."     

"Baiklah, aku senang mendengarnya," kata Aleksis sebelum menutup telepon. "Jaga diri baik-baik."     

"Terima kasih." Rune menutup telepon, lalu masuk ke dalam gedung apartemen. Hari sudah sore dan langit mulai gelap. Ketika Rune tiba di unit apartemen Rose, ia melihat gadis itu baru turun dari loteng. Wajahnya yang cantik kini sudah tampak cerah kembali, tidak seperti tadi saat ia mengeluh sakit kepala.     

"Bagaimana sakit kepalamu? Apakah kau sudah baikan?" tanya Rune.     

Rose tersenyum dan mengangguk. "Aku merasa enakan sesudah tidur. Kau dari mana?"     

"Tadi aku membeli bahan makanan. Aku memutuskan untuk memasak sesuatu yang simpel untukmu," kata Rune.     

"Kau kan tidak bisa memasak," komentar Rose.     

"Bisa sedikit. Kalau yang susah-susah tidak bisa," kata Rune sambil tertawa. Ia menaruh belanjaannya di konter dapur dan mengeluarkan daging organik serta kentang dan beberapa sayuran lainnya. "Aku akan memasak steak yang gampang dan akan memberi kita banyak protein."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.