The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Malam Yang Menyenangkan



Makan Malam Yang Menyenangkan

1  Kini nasi sudah menjadi bubur. Karena sembarangan membuka pintu, Terry memergoki Rune dan Rose ketika keduanya sedang berciuman.    

     Saat itu, ia tahu ia baru saja menyela sesuatu yang istimewa yang terjadi antara Rune dan gadis yang disukainya.    

   Terry sangat suka gosip dan ia dikenal cukup jail, tapi ia tidak akan pernah merusak kesempatan adik laki-lakinya dengan seorang gadis.    

   Jadi, peristiwa ini benar-benar membuatnya merasa bersalah. Namun, sudah terlambat untuk mundur dan menutup pintu, berpura-pura ia tidak ada di sana.    

   "Ehehehe... maafkan aku telah merusak momen indah ini. Aku tidak tahu kalian ada di sini," ucapnya sambil tertawa gugup. "Kalian bisa kembali melakukan apa pun yang kalian lakukan tadi. Aku akan menunggu di ruang tamu."    

   Rune dan Rose langsung melepaskan bibir satu sama lain ketika mereka mendengar Terry menerobos masuk. Sekarang, keduanya berpaling ke arah yang berlawanan dengan wajah memerah.    

   "Ahem... oke, kami akan menemui kalian sebentar lagi," Rune terbatuk dan mengambil gelas wine miliknya dan menenggak isinya.    

   Rose melakukan hal yang sama. Ia minum begitu cepat sampai ia hampir tersedak wine itu. Rune dengan cepat meletakkan gelasnya dan mendekat ke arah Rose.    

   "Hei, kau baik-baik saja?" Pria itu bertanya dengan nada khawatir. Rose mengangguk dan memukul dadanya sendiri dengan pelan.    

   "Yah... Aku baik-baik saja... hahaha... jadi canggung," ucapnya malu-malu.    

   "Aku yakin ia tidak bermaksud bersikap tidak sopan seperti itu. Pierre tidak akan pernah mengganggu orang lain dengan sengaja," Rune menjelaskan kepada Rose. "Hmm... memang jadi agak canggung."    

   Mereka saling memandang dengan senyum penuh pengertian dan, dengan kesepakatan bersama yang tidak diucapkan, mereka mengambil gelas mereka dan masuk ke dalam untuk bertemu dengan Terry dan JM di ruang tamu.    

   Ketika mereka tiba, Rune dan Rose melihat Terry dan JM sudah duduk di sofa sambil menuangkan wine untuk diri mereka sendiri. Mereka semua berpura-pura tidak ada hal aneh yang baru saja terjadi di balkon tadi dan duduk bersama untuk mengobrol.    

   "Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" Rune bertanya kepada Terry saat ia duduk di depan pria itu. Ia mengangkat gelasnya dan memberikan tanda agar pria itu mengisi ulang gelas Rune.    

   "Oh, hari ini sangat luar biasa! Kami menemukan banyak lokasi indah dan inspirasi mengalir begitu saja. Aku sangat senang sudah memilih kota ini untuk mengerjakan proyekku," ungkap Terry. Ia menuangkan wine ke gelas Rune dan kemudian mengangkat botol itu ke arah Rose. "Apa kau ingin tambah wine juga, Yang Mulia?"    

   Rose dengan cepat melambai dan mengoreksi Terry, "Namaku Rose. Tolong jangan panggil aku dengan sebutan begitu."    

   Ia tidak suka jika Terry bersikap begitu sopan dan formal saat bersamanya hanya karena ia seorang bangsawan.    

   "Ah, maafkan aku. Aku tidak ingin lancang dengan menyebut nama depan saudara perempuan calon raja negara ini," kata Terry. "Saat kita bertemu pertama kali, aku tidak tahu siapa dirimu. Adikku tidak memberi tahuku apa-apa."    

   Terry sempat mengerling sebal ke arah Rune saat kalimatnya selesai.    

   "Oh, tolong panggil saja aku Rose," Rose menggelengkan kepalanya, ia terlihat kesal. "Itu namaku. Pokoknya, aku akan pergi jika kau masih memanggilku dengan sebutan 'Yang Mulia'."    

   Terry kini merasa lebih menyukai gadis itu. Ia merasa Rose benar-benar rendah hati meskipun sebenarnya ia adalah bangsawan kelas tinggi.     

  Ia telah melihat dan menyaksikan begitu banyak sosialita lainnya, yang bahkan bukan dari level Rose, bertindak angkuh dan menyebalkan.    

   "Kumohon, jangan pergi... maafkan aku. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Rose." Terry segera menghentikan Rose dengan menuangkan wine ke gelasnya dan memberikannya kepada gadis itu. "Mari bersulang untuk merayakan pertemuan kedua kita. Cheers!"    

   Akhirnya, Rose tersenyum dan mengangkat gelasnya. "Cheers! Selamat datang di negaraku!"    

   Tiga orang lainnya mengikuti. Mereka mendentingkan gelas mereka dan kemudian meminum wine mereka dengan riang.    

   Setelah Rune menyesap wine-nya, ia memberi tahu Terry dan JM bahwa ia telah memperkenalkan Rose kepada Aleksis dan keluarganya, dan sekarang Rose tahu siapa ia sebenarnya.    

   "Aku harap kalian bisa meyakinkan Rose bahwa aku memang Rune Schneider dari keluarga Schneider dan aku tidak menyimpan istri rahasia," kata Rune sambil tertawa. Ia lalu melirik Rose dan tersenyum lebar.    

   Pria itu ingat betul bagaimana hari ini Rose berusaha menyelidikinya untuk memastikan bahwa Rune tidak menyimpan seorang pun wanita di rumahnya, baik sebagai pacar atau istri.     

  Rune merasa apa yang dilakukan Rose sebenarnya adalah pertanda yang baik.    

   Jika Rose tidak peduli kepadanya, mengapa ia bertanya tentang wanita lain dalam hidupnya?      

  "Ya Tuhan! Kau benar-benar sudah memberi tahu semuanya???" Terry terkejut mendengar penjelasan Rune. Sekarang, ia berpikir bahwa Rune dan Rose adalah pasangan yang cocok. Segalanya tampak berjalan lancar bagi mereka.    

   Ia teringat akan saudara-saudaranya yang lain, mereka semua harus mengarungi perjalanan yang panjang dan melelahkan, terutama Aleksis yang harus memperjuangkan cintanya selama sepuluh tahun.    

   "Apa yang dikatakan Rune itu benar..." Rose memandang Terry dengan serius. "Aku sangat terkejut. Aku pikir aku adalah orang yang paling pandai menyembunyikan identitasku... ternyata, ia jauh lebih pandai."    

   Terry tertawa ketika ia mendengar jawaban Rose. "Jadi, kau menyembunyikan identitasmu darinya juga? Itu lucu sekali. Apa yang sudah kau lakukan untuk menyembunyikannya? Apakah kau berpura-pura menjadi miskin seperti yang adikku lakukan?"    

   Rose mengangguk dengan senyum malu-malu. "Ya. Bagiku, sangat penting bertemu dengan orang yang akan menghargai kepribadian dan karakterku, bukan hanya kekayaan atau status bangsawanku. Aku rasa kalian akan mengerti apa yang aku maksud."    

   "Ya, ya..." Terry tertawa dalam hati ketika mendengar cerita mereka. Pasangan ini benar-benar pasangan yang memang ditakdirkan untuk bersama, pikirnya.    

   Ia memutuskan untuk membantu Rune dan mengkonfirmasi pernyataan adiknya itu bahwa Rune memang masih lajang sebelum ia bertemu Rose dan ia tidak memiliki istri atau kekasih rahasia.    

   "Rose, Rune adalah orang yang jujur. Kau bahkan bisa mempercayakan hidupmu kepadanya. Ia tidak pernah punya kekasih dan jujur ​​saja, kami semua sebenarnya khawatir ia mungkin tidak akan pernah tertarik kepada manusia yang bernapas sebagai pasangan hidupnya," kata Terry.    

   Ia lalu menambahkan, "Adikku ini dari dulu selalu tertarik dengan sains atau petualangan. Jadi, ketika kami mendengar ia menemukan seseorang yang membuat jantungnya berdebar-debar, kami sangat gembira."    

   Rose menekap bibirnya dan menatap Rune. Ia sekarang mempercayai pria itu sepenuhnya.      

  "Yah... Aku tersanjung," kata Rose dengan suara rendah. Sesaat kemudian ia berbisik kepada Rune, "Terima kasih."    

   Hatinya dipenuhi dengan kehangatan. Setelah pengalamannya dengan Leon yang menghancurkan kepercayaan dirinya dan meremukkan hatinya, hari ini Rose akhirnya merasakan hati yang dingin itu dipenuhi dengan kehangatan yang begitu luar biasa.     

  Ini adalah sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.    

   


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.