Devil's Fruit (21+)

Mengulas Memori Mengenai Alam Schnee



Mengulas Memori Mengenai Alam Schnee

1Fruit 982: Mengulas Memori Mengenai Alam Schnee     

Pangeran Abvru menyarangkan pukulan, tinju dan tendangan ke Vargana, namun gadis itu bisa terus menangkis secara gesit dan kekuatan tangkisannya juga dirasakan seimbang dengan pukulan dari si pangeran rambut perak.      

Setiap si pangeran incubus memukul ke sisi manapun, Vargana bisa menepis dengan tangan kosong dia. Ini sangat membuat frustrasi bagi Pangeran Abvru. Dia merasa dirinya adalah sosok yang tidak remeh juga jika berkaitan dengan adu fisik. Tapi kenapa pukulan-pukulan dia bisa dibalas atau ditepis oleh Vargana?     

Bahkan ketika dirinya mempercepat ritme serangannya, Vargana juga bisa mengimbangi dia sambil terkekeh nakal, seakan apa yang sedang dilakukan oleh sang pangeran incubus tidaklah hal yang menyusahkan pada gadis muda itu.      

Tendangan lurus Pangeran Abvru hanya ditepis saja oleh tangan Vargana sebelum gadis itu balas menendang sambil berputar sekali. Tendangan memutar dari Vargana ditangkis tangan si pangeran dan dia cukup terpana menyadari bahwa tendangan dari gadis di depannya ini ternyata kuat.      

Saat tinju lurus dilayangkan Pangeran Abvru, Vargana dengan santai menangkis dengan tangan kosong dan begitu juga ketika pukulan si pangeran diarahkan secara menyamping, Vargana hanya merunduk sebentar untuk menghindari dan membalas dengan tinjunya sendiri.      

Dengg!     

Pangeran Abvru terkesima dengan kekuatan tinju dari Vargana. Tinju gadis itu keras dan kuat, sehingga si pangeran incubus merasa dia baru saja menabrakkan tangannya pada baja paling kuat. Cukup membuat tangannya berdenyut.      

"Abvru, hentikan! Hentikan atau aku akan laporkan ini pada Ayahanda!" teriak Pangeran Zaghar pada adiknya.      

Mendengar suara keras si kakak yang dibalut dengan kalimat ancaman, Pangeran Abvru pun menghentikan aksinya dan mulai meloncat jauh ke belakang dan berteleportasi ke sebelah Pangeran Zaghar.      

"Abvru!" tegur keras Pangeran Zaghar. "Kau ini! Hghh! Sungguh memalukan tidak memiliki sopan santun! Ini bukan Isvax!"     

Pangeran Abvru terdiam dan tertunduk, tak tau harus menjawab apa. Dia masih tertegun dengan kekuatan fisik yang dimiliki oleh Vargana.      

"Pangeran Zaghar, jangan marahi adikmu." Vargana kini sudah berada di depan Si pangeran sulung, diikuti Voindra yang berlari mendekat pula. "Aku dan Pangeran Abvru hanya sedang berlatih bersama daripada kami merasa jenuh, ya kan Pangeran?" Ia menatap lekat ke Pangeran Abvru dan kemudian beralih ke adiknya yang kini sudah memeluk lengan kirinya.     

"Hmhh, aku masuk dulu." Pangeran Abvru tidak ingin repot-repot menjawab Vargana dan dia pun segera melesat keluar dari taman dan agak terperanjat ketika menyadari ada kehadiran sosok lain di dekat pintu taman. "Siapa?!" serunya pada bidang sepi di situ.      

Yang lain segera alihkan tatapan ke arah dimana Pangeran Abvru sedang membentak sesuatu, entah apa.      

"Haiyaaaa ... kayaknya udah gak bisa nonton pertunjukan lagi, nih!" Beriringan dengan munculnya suara itu, sosok Andrea pun terwujud di depan Pangeran Abvru, disusul oleh Dante, suaminya.      

"Aunty!" Vargana dan Voindra nyaris menyeru bersamaan. Keduanya melesat ke bibi mereka.      

"Ohh, rupanya kau." Pangeran Abvru menatap enggan ke Andrea.      

"Iya, ini aku. Kenapa? Kau keberatan?" balas Andrea sambil menatap menantang ke Pangeran Abvru.      

"Aunty kenapa di sini? Diam-diam, pula!" Voindra segera bergelanyut manja memeluk lengan Andrea.      

"Tentu aja nonton pertunjukan, lah! Apa lagi? Fu fu fu ..." Andrea menjawab sambil melirik jenaka ke Vargana dan Pangeran Abvru.      

"Dasar tukang ngintip, ihh Aunty!' Vargana mengernyit malu, kemudian mengulum senyumnya sambil dua tangan di belakang tubuh dan menggoyang-goyangkan badan.      

"Tuan Putri Andrea, Tuan Pangeran Dante." Pangeran Zaghar menyapa si Cambion dan Nephilim. Andrea dan Dante mengangguk kepadanya sebagai balasan atas sapaan sopan sang pangeran. "Maafkan tingkah tidak terpuji adikku, Tuan Putri."     

"Ohh, apanya yang tidak terpuji? Aku merasa mereka, Vava dan Pangeran Abvru sedang berlatih tanding, kok! Santai aja, Pangeran Zaghar." Tanpa sungkan, Andrea menepuk lengan Pangeran Zaghar beberapa kali. Sungguh easy going.     

"Iya, benar! Cuma latih tanding," sambung Vargana. "biar kayak di Alam Schnee lagi, ya kan Aunty?"      

"Kamu kangen ke sana, heh?" tanya Andrea ke Vargana. Gadis itu mengangguk.      

"Alam Schnee?" tanya Pangeran Zaghar.     

"Ohh, itu hanya sebuah alam pribadi milik babehku, ehem, ayahku ... itu alam yang sangat dingin hampir menyerupai Kutub Selatan." Andrea memberi penjelasan sedikit mengenai Alam Schnee.      

"Ehh? Iya kah? Untuk apa kalian ada di sana?" tanya Pangeran Zaghar masih penasaran.      

"Tim Blanche kami, dan seribu pasukan prajurit terpilih dari Orbth dibawa ke sana untuk berlatih selama beberapa tahun, menempa fisik dan kekuatan elemen kami di sana dan juga menempa cara kami bertarung di medan perang." Andrea bersedia menjelaskan agak panjang.      

"Latihan di sana sangat berat dan gila!" Vargana menambahkan. "Voindra malah hampir celaka waktu itu, yah Voi?" Ia menoleh ke adiknya.      

Voindra mengangguk. "Saat kami harus menyeberangi jurang dengan menggunakan tali, aku hampir menyerah. Juga, waktu memanjat tebing bukit batu, aku hampir jatuh. Yah, maklumi saja, waktu itu aku masih sekitar ... umm ... 7 tahun?"     

"7 tahun?!" Pangeran Zaghar sampai tidak bisa menahan terkejutnya mendengar usia Voindra ditempa di sebuah alam yang mirip dengan Kutub Selatan.      

"He he, dia waktu itu dipaksa ikut berlatih di sana daripada ditinggal sendirian di rumah." Vargana mencubit pipi si adik.      

Voindra meringis dan menyahut, "Tadinya aku sempat marah dan menangis karena setiap hari harus meninju batang pohon besar sampai harus tumbang, harus menendang batang pohon juga, dan tidak boleh menggunakan kekuatan magis! Bayangkan kami yang masih kecil waktu itu, melakukan pelatihan segila itu! Belum lagi latihan gila lainnya."     

"Sampai kita harus bertarung dengan gerombolan hewan iblis hitam." Vargana kembali menambahkan.      

"Ya!" Voindra mengangguk. "Juga yang terakhir yang paling gila, menghadapi ratusan atau malah ribuan, yah, umm ... para kriminal dari penjara Orbth kami. Tim kami harus menghadapi iblis-iblis brutal seperti itu dan ada banyak yang nyaris mati."     

"Termasuk aku, ha ha ha!" Vargana tergelak saat mengingat dia hampir saja mati waktu itu. Sungguh momen yang tidak mudah dilupakan.      

Berdasarkan celotehan cerita dari Vargana dan Voindra, kini Pangeran Abvru sudah mengerti jelas apa penyebab fisik dan serangan Vargana bisa begitu kuat dan cekatan. Rupanya gadis-gadis kecil itu sudah terbiasa mengalami pertempuran sesungguhnya.      

"Ahh, pantas saja kalian semua berani masuk ke medan perang." Pangeran Zaghar pun juga akhirnya paham mengapa Tim Blanche-nya Andrea bisa dengan santai masuk ke medan perang meski isinya banyak merupakan anak-anak muda.     

Biasanya, para bangsawan iblis tidak mudah mengijinkan anak-anak keturunan mereka yang masih terlalu muda untuk ikut berperang. Minimal harus sudah berusia seratus tahun dulu dan sudah mendapatkan pelatihan keras.      

Untuk sekedar informasi, duo pangeran kembar itu sudah berusia ratusan tahun, meski bentuk penampilan mereka masih seperti pria muda umur 25 tahun. Jangan tertipu dengan sampulnya, oke?      

"Sepertinya memang kami dan semua kerajaan di Underworld tidak boleh menyepelekan keturunan dari Orbth." Pangeran Zaghar tidak bisa mencegah mulutnya mengatakan demikian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.