Devil's Fruit (21+)

Berbincang Santai Mengungkap Masa Lalu



Berbincang Santai Mengungkap Masa Lalu

1Fruit 983: Berbincang Santai Mengungkap Masa Lalu     

Malam itu, terasa tenang di Istana Berlian. Masing-masing anggota Tim Blanche berbincang santai satu sama lain. Mereka tidak merasakan kantuk sama sekali karena memang mereka berstamina kuat dari genetiknya.      

Namun, Kenzo sudah membawa sang istri, Shelly untuk tidur di kamar yang disediakan untuk mereka. Tentu saja Andrea paham akal-akalan Kenzo ke sang sahabat dan dia sempat menggoda ketika sang panglima itu menggiring istrinya menuju kamar pribadi mereka.      

"Cieee ... yang mau bulan madu ..." goda Andrea ketika Kenzo dan Shelly lewat di dekatnya.      

"Ndrea, apaan, sih!" Shelly seketika merah padam karena malu karena di sana masih ada beberapa orang berbincang santai.      

"Umm, Shelly kan manusia biasa, Putri," balas Kenzo. "maka dari itu, dia pasti butuh tidur agar tetap segar dan sehat."     

"Hi hi hi," kikik Andrea geli mendengar kelitan keduanya. "iya, deh, iya ... ya udah sana buruan masuk kamar. Nitip bikin tidur pulas sohib aku, yah Zo!"      

Kenzo seketika menelan salivanya karena paham apa makna membuat tidur pulas yang disebutkan oleh Andrea barusan. "I-iya, Tuan Putri, terima kasih atas perhatiannya pada kami." Dan ia pun lekas membawa Shelly melewati tempat itu agar tidak ada lagi celetukan aneh kepada mereka.      

"Santai saja, Zo. Anak-anakmu bakalan kami jagain, kok!" Myren malah menambahkan demikian sembari sedikit berteriak pada Kenzo dan Shelly yang sudah agak jauh.      

Hampir saja Kenzo tersandung kerikil karena kaget diberi kalimat godaan dari jenderalnya. "I-iya, Jenderal! Terima kasih!" Ia pun membopong Shelly untuk terbang cepat ke kamar mereka.      

Andrea dan Myren yang duduk berbincang bersama pun terkekeh melihat gugupnya Kenzo dan Shelly jika digoda.      

"Tidak menyangka bahwa Panglima Kenz akan menikahi manusia biasa." Pangeran Zaghar yang ikut serta dalam perbincangan itu berucap sesuai dengan rasa herannya.      

"Yup! Yah, katakanlah witing tresno jalaran soko kulino." Andrea menjawab sembari menyambar daging barbekyu yang dipanggang oleh Ronh dan Dante yang baru saja matang. "Fuhh! Fuuhh! Aduh, masih panas!"     

"Pelan-pelan, sayank." Dante mengingatkan sang istri yang terkadang bertingkah ceroboh seperti anak kecil.      

"Witing ... apa?" Pangeran Zaghar tidak mengerti.      

"Witing tresno jalaran soko kulino, fuuffhh ... fuuffhh ..." Andrea sambil meniup-niup daging bakar di garpunya. "artinya, rasa suka yang terjadi akibat sering bersama."     

"Ohh, iya sih, itu memang sering terjadi. Pasti banyak yang mengalami itu." Pangeran Zaghar tidak menampik akan kalimat dari Andrea yang asalnya dari bahasa Jawa. "Seperti kalian." Ia menunjuk ke Andrea, Dante, Myren dan Ronh.      

"A-aha ha ha ..." Andrea tertawa canggung. Ia melirik suaminya. "Dia duluan yang ngejar-ngejar aku." Lalu Andrea mengusap hidungnya untuk menetralisir rasa gugup yang dia rasakan.      

"Halah! Memangnya kau terpaksa dengan dia, Ndre?" Myren menepuk lengan adiknya.      

Tuan Nephilim melirik sang istri dan menyahut, "Kalau kau tidak kerap mendatangi aku di mimpi untuk berbuat macam-macam, mana mungkin aku mengejarmu, sayank?"     

"Woaahh! Ternyata Andrea binal banget kalau di mimpi, wa ha ha ha!" Myren tertawa puas sambil mengolok sang adik.      

"Iiihh! Kakak, isshh!" Andrea mencubit Myren yang masih tertawa. Lalu beralih ke Dante. "Kamu nih, aiishh ... ngapain sih bahas yang gitu? Kan sebelumnya kamu juga udah ngejar-ngejar aku, Dan! Sejak di sekolah, ya kan? Hayo, ngaku aja deh!"     

Melihat istrinya menaikkan dagu dengan arogan seolah sedang menantang jika Dante tidak mengakui, pria Nephilim itu pun terkekeh singkat dan memeluk sang istri, untuk kemudian mengecup pipinya, "Iya, iya, aku akui aku sudah mengejarmu sejak itu."     

"Tapi kau mengejar aku di sekolah cuma untuk kamu bunuh!" Andrea rupanya masih kesal kalau ingat masa lalu yang itu.      

"Maaf, maaf, kan itu dulu, sayank." Dante tak bisa berkelit dan makin erat peluk istrinya.      

"Hubungan kalian sungguh tidak terduga sama sekali." Pangeran Zaghar terus memandangi sepasang suami istri di depannya. "Teringat dulu bagaimana aku dan adikku ikut melindungi Putri Andrea saat dia menjelang usia 17 tahun."      

"Ya, itu memang masa-masa aku sedang dibutakan dengan ambisiku sendiri." Dante mengenang saat itu.      

"Ambisi apa itu, Pangeran?" tanya Pangeran Zaghar ke Dante.      

"Ambisi bunuh iblis dan keturunannya agar bisa naik ke surga jadi Angel." Andrea lebih dulu menjawab untuk mewakili suaminya.      

"Hah?" Pangean Zaghar terkejut. "Jadi demikian yang menjadi alasan Pangeran Dante dulunya memburu Putri Andrea."     

"Dan kami dipersatukan oleh Pangeran Djanh." Tuan Nephilim menambahkan.      

"Pangeran Djanh?" Lagi-lagi Pangeran Zaghar heran ketika nama salah satu pangeran terkuat di Underworld disebut.      

Pria Nephilim itu mengangguk. "Dia melempar kami ke sebuah dimensi atau alam pribadi dia dan kami terjebak di sana selama satu tahun dan hanya bisa keluar jika saling bekerjasama membuka pintu alam itu agar bisa kembali ke dunia manusia."     

"Ahh, rupanya Pangeran Djanh yang seperti menjadi ... mak comblang kalian berdua." Kepala Pangeran Zaghar manggut-manggut memahami esensi dari cerita itu. "Tapi, menurutku, kalian sangat serasi. Bahkan aku tidak menyangka putri yang dulu aku ikut lindungi, kini malah sudah memiliki banyak anak."     

Myren tertawa, disusul suaminya yang tersenyum lebar. "Ha ha ha! Iya, dia rajin banget bikin anak, Pangeran. Mereka sungguh gila kalau soal itu! Kalau tidak diatur, anak mereka mungkin sudah ada puluhan!"      

"Kakak, isshh! Kayak Kak Myren kagak kayak kelinci aja ama Bang Ronh!" Andrea mencibir tak mau kalah.      

Pangeran Zaghar munculkan senyum tipisnya yang langka. "Alangkah bahagianya bila sudah memiliki pasangan, yah!"     

Andrea dan yang lainnya segera terdiam mendengar celetukan Pangeran Zaghar meskipun lirih. Telinga iblis mereka tentu saja bisa menangkap itu.      

"Pangeran, apakah kau butuh mak comblang?" Andrea mulai berbinar seolah akan mengajukan dirinya. Tentu saja menjadi mak comblang. Mana berani dia memiliki suami baru lainnya? Dante bisa tak karuan mengamuknya nanti.      

"Pangeran, tipe perempuan seperti apa yang kau suka? Dari ras apa? Succubi? Manusia biasa? Cambion seperti adikku? Atau ras Centaur sepertiku? Pangeran, kau harus tau, rasku ini sangat kuat dan memuaskan di tempat tidur, loh! Ya kan, dear?" Myren melirik ke Ronh yang masih setia membakar daging.      

"Tentu saja." Ronh tersenyum ke istrinya dan mereka pun saling mengecup bibir.      

"Euwwhh!" seru Andrea. "Go get a room, you both!" ledeknya ke sang kakak dan iparnya.      

"Halah! Bilang saja kau sudah tidak sabar ingin ikut jejak Kenzo dan Shelly!" balas Myren dan disambut derai tawa Andrea.     

"Jadi, Pangeran, Anda menyukai perempuan yang jenis bagaimana?" tanya Dante, rupanya masih ingin mengejar mengenai ini.      

Pangeran Zaghar mengusap gugup tengkuknya. "Aku ... ahh, aku sendiri tidak tau yang seperti apa yang aku inginkan. Hanya ... hanya ingin perempuan yang bisa membuatku nyaman dan bahagia."     

"Pangeran, apakah kau jarang makan dari ..." Myren secara gamblang menyebutkan mengenai itu meski tidak dilanjutkan.      

Pangeran Zaghar paham arah dari ucapan Myren kemana dan dia menggeleng. "Aku sangat jarang mendatangi manusia ataupun iblis betina lainnya. Aku lebih mengandalkan buah energi roh yang dibelikan oleh orang tuaku untuk mendapatkan energi."     

Andrea dan Myren saling tatap satu sama lain. Batin mereka sama-sama membatin betapa 'uwu' sekali pangeran incubus satu ini.     

Mereka masih terus berbincang sampai pagi.     

Keesokan paginya, saat keadaan masih gelap gulita di Underworld, datanglah King Zardakh mendekat ke tempat dua putrinya sedang berbincang dengan para suami dan pangeran Zaghar. "Maaf mengganggu kalian."     

"Ada apa, Beh?" tanya Andrea.      

"Nanti ... bisakah kalian menjadi pasukan bala bantuan untuk kerajaan aliansi yang dipimpin Pangeran Djanh? Baru saja aku mendapatkan kabar bahwa mereka bertempur menghadapi iblis kelas menengah ke-atas dan agak kerepotan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.