Devil's Fruit (21+)

Perkelahian di Taman Belakang Istana Berlian



Perkelahian di Taman Belakang Istana Berlian

1Fruit 981: Perkelahian di Taman Belakang Istana Berlian     

Usai perjamuan, King Zardakh meminta agar dua pangeran kembar tinggal dulu di istana Orbth sembari menunggu kesembuhan para prajurit yang terluka parah.     

Duo pangeran setuju. Tidak ada salahnya menunggu. Toh tergesa-gesa juga bisa berujung buruk. Biarlah semua orang beristirahat dulu, memulihkan energi dan luka.      

Kedua pangeran diberikan tempat di sebuah istana yang sama dengan Tim Blanche. Memang disengaja demikian oleh King Zardakh agar mereka bisa saling membaur dan menumbuhkan keakraban agar bisa lebih mudah bekerja sama nantinya.      

Istana itu yang dulunya dipergunakan untuk tempat tinggal Nivria, ibunda dari Andrea.      

Ketika Andrea masuk lagi ke sana, hatinya berdenyut mengharu biru. Istana Berlian. Tempat ini merupakan tempat berbagai kenangan indah namun juga kenangan pahit. Ia mengeluarkan Shelly, Ivy, Kiran, dan juga para beast tim dia dan tidak ketinggalan dua anak Kyuna-Rogard.      

Sedangkan Zivena yang masih tertidur panjang, dikeluarkan juga dan ditempatkan di sebuah ruangan yang diberi array penghalang kuat oleh Andrea dan dibantu dengan magis dari King Zardakh pula.      

Semua anggota Tim Blanche bebas berkeliaran asalkan masih berada di wilayah istana tersebut.      

Karena masih dalam suasana santai, Andrea pun melangkahkan kakinya ke arah taman bunga yang dulunya merupakan tempat favorit sang ibu, Nivria. Apakah mawar biru di sana masih berbunga?      

"Kau ingin ke taman?" tanya Dante yang tiba-tiba sudah ada di samping si Cambion.      

Andrea menoleh ke suaminya dan ia mengangguk. "Aku ingin lihat mawar punya Ibu, apa udah berbunga atau kuncup, atau justru udah gak ada lagi di sana?"     

"Pasti masih ada. Percayalah, ayahmu itu sangat mencintai ibumu, tak mungkin memusnahkan sesuatu yang disayangi ibumu." Tuan Nephilim menggamit pinggang sang istri. Mereka mulai berjalan beriringan bersama menuju ke taman belakang istana.      

"Gitu, yah? Hm, semoga aja sih tuh babeh kampret kagak ngelakuin sesuatu ama mawar-mawar sukaan Ibu. Oh ya, makam Opa dan Oma juga ada di sini, kan?" Andrea pun teringat bahwa Opa dan Oma dikuburkan di Istana Berlian pula usai keduanya ditebas kepalanya oleh Ruenn dan Kenzo berhasil memindahkan dua jasad kakek dan nenek Andrea ke istana ini.      

Dante mengangguk. "Iya, Opa dan Oma ada di sini. Tidak buruk juga kita datang ke sini. Selain bisa mengenang ibumu, juga bisa mengunjungi peristirahatan untuk Opa dan Oma."     

Andrea mengusap matanya yang mendadak basah saban dia teringat akan Opa dan Oma, dua sosok yang selalu berjuang untuk kehidupan Andrea, meski rela mengorbankan apapun.      

Namun, baru saja mereka berdua melangkah di pintu gerbang taman belakang, di sana sudah ada 3 sosok di taman itu. Yaitu: Vargana, Voindra, dan Pangeran berambut perak, Abvru.      

"Kau itu yang salah karena menabrak adikku, kok masih batu sekali tidak mau meminta maaf, sih?" Vargana menuding-nuding wajah Pangeran Abvru tanpa rasa takut.      

"Kak Va, udah, Kak, nggak usah diperpanjang." Voindra di sebelah Vargana justru tidak enak hati sendiri karena jadi biang ributnya Vargana dengan Pangeran Abvru.      

"Hei, sudah jelas-jelas adikmu yang salah karena dia tiba-tiba muncul saat aku sedang mengejar sesuatu." Pangeran Abvru yang ketus tidak ingin dipersalahkan.     

Vargana memutar dua bola matanya karena jengah dengan sikap Pangeran Abvru yang menurut dia terlalu arogan dan seenaknya. "Duh, please yah, jadi cowok bisa nggak sih nggak usah segitunya?" Dia sampai berkata dengan gaya bahasa gaul.      

Pangeran Abvru kerutkan keningnya. Lalu dia mengibaskan lengan bajunya. "Susah bicara dengan perempuan aneh." Dia balik badan hendak pergi.      

"Heeiii, bilang maaf dulu ke adikku!" Tangan kanan Vargana meraih belakang baju Pangeran Abvru dan menariknya.      

Secara refleks, Pangeran Abvru pun mengibas untuk melepaskan tangan Vargana dari bajunya. Andrea sudah akan maju untuk melerai mereka berdua, namun suaminya mencegah.      

"Ssshh ... kita jadi penonton saja, sayank." Dante mengajak istrinya bersembunyi ke sudut tak terlihat setelah mereka sama-sama mentransparankan tubuhnya.      

"Tapi, Dan-"     

"Sshhh ... jangan bersuara, sayank ..."     

Andrea tak paham kenapa si Nephilim malah mencegah dia melerai dua sosok muda yang hendak berkelahi? Tapi, nyatanya, Dante tidak ingin repot-repot memberikan jawaban yang dibutuhkan Andrea dan tetap diam membisu sambil mengawasi Vargana dan Pangeran Abvru di sana.      

Di taman itu, Pangeran Abvru sudah melayangkan tinjunya ke Vargana.      

Gadis keturunan Centaur itu melebarkan matanya dan berseru, "Woaahh! Jadi begini tingkah seorang pangeran incubus, heh? Sekasar ini?" Dengan gesit, Vargana melambungkan dirinya ke udara.     

Pangeran Abvru terus berikan serangan menggunakan kekuatan elemen kristal yang dia bentuk menjadi seperti ular naga seukuran tubuh manusia dewasa. Ular naga kristal itu meliuk mengejar Vargana yang masih saja menghindar secara gesit di udara, begitu gemulai dan anggun.      

"Aduh duh ... kalian ini, jangan malah berkelahi, ya ampun! Kak Va! Pangeran! Hentikan!" Voindra panik dan tak tau harus berbuat apa melihat dua orang di dekatnya itu malah saling serang. Yah, sebenarnya yang banyak menyerang adalah Pangeran Abvru karena Vargana hanya menghindari saja sambil tertawa nakal.      

"Ha ha ha! Apakah nagamu hanya bisa berbuat begitu doang? Cuma segitu? Hi hi ... kalau dedek naga masih aja begitu, gak akan bisa ngejar aku." Vargana menjulurkan lidah usai mengatakan itu ke Pangeran Abvru.      

Sang pangeran incubus itu semakin panas mendengar ejekan dari Vargana dan dia lebih menggiatkan ular naga kristalnya mengejar Vargana yang masih saja bisa bergerak lincah bagaikan angin, karena gadis itu memang sejatinya memiliki kekuatan elemen angin.      

"Ayolah, Pangeran ... lebih giat lagi, dong gerakkan nagamu. Ayo, dedek naga, sini main-main ama kakak cantik ini! Ha ha ha!" Vargana makin memprovokasi Pangeran Abvru. Dia malah melenting tinggi ke angkasa dan dikejar naga kristal.      

"Hei, Abvru!" Tak berapa lama, terdengar suara bentakan dari dekat mereka. Suara Pangeran Zaghar. "Hentikan!"     

"Dia yang memulainya, Kak!" Pangeran Abvru tak mau disalahkan dan terus meliukkan naga kristal dia, mengejar Vargana.      

Seketika, Vargana pun menghilang dan muncul di sebelah Pangeran Zaghar untuk berkata, "Tidak apa-apa, Pangeran. Kami sedang latihan bersama saja, kok! Ya kan, Pangeran kecil?"     

"Pangeran kecil?!" Pangeran Abvru makin panas dibilang pangeran kecil. "Kau dan aku jauh lebih tua aku!" Ia pun mulai melakukan teleportasi pula untuk mengejar Vargana.      

"Ha ha! Baiklah! Kakek! Kakek tua! Bagaimana?" goda Vargana sambil terus melakukan teleportasi untuk menghindari serangan Pangeran Abvru.      

Pangeran Abvru menyarangkan pukulan, tinju dan tendangan ke Vargana, namun gadis itu bisa terus menangkis secara gesit dan kekuatan tangkisannya juga dirasakan seimbang dengan pukulan dari si pangeran rambut perak.      

"Abvru, hentikan! Hentikan atau aku akan laporkan ini pada Ayahanda!" teriak Pangeran Zaghar pada adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.