Devil's Fruit (21+)

Terpaksa Bercerita Jujur



Terpaksa Bercerita Jujur

0Fruit 1040: Terpaksa Bercerita Jujur     

Ketika Vargana dan Shona sedang hangout bersama seperti biasanya di malam itu, Shona menyadari sikap kesal sang sahabat, dan dia mencoba mengulik dari Vargana, apa yang terjadi dan alasan apakah yang mengakibatkan putri sulung Myren begitu.     

"Sebenarnya apa yang terjadi? Pasti ada yang menarik, nih!" Shona berikan kerlingan jenaka.     

"Huft! Tidak ada apapun!" Vargana tidak mau mengaku.     

"Yakin? Tidak ingin cerita? Atau aku harus tanya sendiri ke Pangeran Abvru, yah?" ancam Shona secara halus. "Dia pasti akan membuka semuanya karena aku ini kan calon kakak iparnya."     

"Jangan!" Vargana pun panik. Dia tidak ingin sampai lelaki mesum itu yang membongkar semua kejadian di siang tadi. Itu akan sangat ... memalukan!     

"Nah, kalau begitu, aku menunggu." Shona kini melipat dua tangan di depan dada dan bersandar santai di kursinya, menanti cerita dari sahabatnya.      

Vargana menghela napas panjang sebelum bercerita. Yah, sebenarnya memang dia ingin menceritakan kejadian tadi siang pada sang sahabat sekaligus ingin mencari informasi mengenai itu, siapa tahu Shona mengetahui apapun mengenai alam mimpi, karena yang dia ketahui bahwa Shona sudah melakukan hal 'itu' dengan Pangeran Zaghar meski secara nyata, bukan di alam mimpi. Tapi, yah siapa tahu Shona mengerti apapun mengenai yang ingin dia ketahui.      

Maka, mengalirlah cerita dari Vargana mengenai apa yang terjadi tadi siang di alam mimpi bersama tunangannya, Pangeran Abvru, meski tidak terlalu detil karena itu begitu memalukan bagi dia. Menceritakan secara garis besar saja sudah membuat wajahnya memanas, apalagi kalau detil.     

Shona tidak bisa menahan senyumnya meski sudah dikulum sedemikian rupa, tapi tetap saja meski dia menunduk, senyumannya masih terlihat oleh Vargana.      

"Ugghhh ... Sho, tuh kan kamu malah kepingin ketawa, iya kan?" Vargana cemberut seketika usai dia bercerita dan melihat Shona mengulum senyumnya secara diam-diam.      

"Pfftt! Maaf, Va, maaf ... nggak bermaksud untuk ngetawain apa yang kamu alami, kok! Sumpah!" Shona uraikan senyumannya secara terang-terangan namun tangannya meraih tangan sang sahabat untuk diremas seakan dia meminta maaf sungguhan tidak bermaksud mengejek Vargana.      

"Huft! Si kakek mesum sialan itu beneran pingin aku uleg sampai jadi sambal! Biar sekalian digeprek aja!" rutuk Vargana dengan tampang geram.      

"Va, hati-hati loh, nanti jangan-jangan kau malah akan ketagihan ... hi hi ..."     

"Iiihh ... Shonaaaa ..." erang Vargana tak berdaya. "Jadi ini gimana, Sho? Aku harus gimana biar nggak dipecundangi lagi di alam mimpi?"     

"Ehh? Jadi kamu kepingin coba datang ke alam mimpi dia lagi, begitu yah?"     

Vargana seketika terkesiap mendengar celetukan Shona. Dia langsung tersadar akan ucapannya sendiri. "Ahh! Aku ... aku ... enggak gitu, Sho! Aku cuma ..."     

"Hi hi hi ... yuk, ahh ... kita patroli aja, yuk!" ajak Shona daripada melihat Vargana makin gugup meski jujur saja itu lucu. Tapi Shona tak mungkin mengatakan secara terus terang, kan!     

Dua gadis itu pun keluar dari Tropiza setelah pamit ke Shelly dan mereka masuk ke mobil milik Shona untuk memudahkan pergerakan mereka tanpa perlu terbang.      

"Enak sekali kamu, Sho, udah dibolehin punya mobil. Aku ... boro-boro, deh! Mama dan Papa terlalu ketat denganku." Vargana tidak bisa menyembunyikan irinya dia pada Shona yang telah memiliki mobil di usia 17 tahun.      

Shona melirik sahabat di sampingnya dengan senyum terpasang di wajah cantiknya. "Coba minta calon suami kamu bantu merayu mama dan papamu, siapa tau dibolehkan."     

"Beuh! Ogah banget minta bantuan dia!" Vargana memanyunkan bibirnya ketika sang tunangan disebut. "Bisa besar kepala dia kalau aku sampai minta bantuan dia."     

"Hi hi ... kamu tuh, Va ..." Shona cuma geleng-geleng dan meneruskan menyetir ke daerah-daerah yang sepi. Biasanya di tempat seperti itu, mereka akan menemukan banyak makhluk supernatural berkeliaran mencari mangsa.      

"Oke, kita periksa di sini dulu." Shona hentikan mobil di sebuah taman hutan kota yang sering disebut-sebut orang sebagai tempat angker jika malam hari.      

Kedua gadis pun keluar dari mobil dan Shona melemparkan sebuah jimat ke atas mobil, seketika mobil itu terlihat transparan. Rupanya itu jimat array. Orang tuanya membekali dia banyak jimat seperti itu untuk membantu tugasnya sebagai tim patroli.      

Jimat array itu mengandung mantra array sesuai dengan yang dibutuhkan. Bisa mantra array untuk memblokir suatu bidang agar tidak bisa dimasuki orang lain, ada juga mantra array untuk membuat suatu bidang jadi transparan tanpa perlu menyembunyikan bidang itu pada ruang spasial atau alam khusus.      

"Ayo!" ajak Shona setelah selesai mengurus mobilnya. Orang yang melewati itu tidak akan menyangka bila mereka sudah berjalan menembus sebuah mobil. Itulah array yang dipakai oleh Shona.      

"Huft! Dan kau juga dibekali jimat keren! Kapan aku dikasi ini dan itu dari mama dan papa, yah!" Vargana hanya bisa menggerutu melihat betapa murah hatinya orang tua Shona dalam membekali sang anak.      

"Pftt! Sudah, sudah, jangan manyun terus! Nanti juga kau pasti punya! Mau aku bantu omongkan ke mamamu?" Shona merangkul bahu sahabatnya.      

Vargana menggeleng. "Nggak usah. Aku mo usaha sendiri. Siapa tau Jo bisa bikinin aku jimat array yang keren juga! He he ..."     

Shona menatap Vargana. Menyebut nama Jovano, membuat hati Shona merasa aneh karena debaran tak jelas. Oke, dia sudah punya Pangeran Zaghar. Jovano adalah gebetan masa lalu, harus disingkirkan dari hati dan juga otak.      

"We he he he ... ada dua nona cantik nian!" Tiba-tiba muncul beberapa pria dari balik kegelapan saat kedua gadis sudah memasuki kawasan hutan kota.      

Vargana dan Shona saling pandang, ternyata memang benar juga rumor yang dikatakan banyak rekan mereka, bahwa di tempat seperti ini akan lebih mudah menemukan makhluk bukan manusia. Meski sebenarnya yang sedang mereka hadapi ini adalah sosok bertubuh manusia, namun jiwa yang mendiami bukan lagi manusia, alias makhluk asap hitam.      

Shona dan Vargana segera saja mengangkat tangan ketika salah satu makhluk tadi menodongkan pistol. Wah! Bahkan mereka kini sudah memiliki senjata api!      

"Yeah! Memang lebih baik kalian tidak memberontak dan patuh saja pada kami!" Pemegang pistol itu memberi kode ke rekannya untuk mengikat tangan Vargana dan Shona, kemudian menggiring mereka ke tempat lainnya.      

Di sebuah area lebih masuk ke dalam hutan, ada sebuah pondok cukup besar, ternyata sudah ada beberapa gadis lainnya yang menjerit dan merintih karena mereka dipaksa menjadi pemuas hasrat para lelaki yang telah disusupi makhluk asap hitam.      

Kini Vargana dan Shona paham, apa yang akan terjadi dengan mereka setelah digiring ke markas gerombolan lelaki berjumlah mencapai belasan orang ini. Sementara itu, ada 3 gadis sudah ditelanjangi dan hanya bisa merintih sakit dan meminta disudahi penderitaan mereka.      

"Lihat, Bos! Kami dapat mangsa sangat menakjubkan! Mereka sepertinya berdarah campuran!" Si pemegang pistol itu berkata pada orang yang dipanggil bos. Tidak berlebihan apa yang dikatakan pria itu. Wajah dan juga fisik dua gadis succubus itu memang sangat menyerupai penampilan gadis-gadis luar negeri seperti gadis Rusia dan Eropa.      

Si bos menaikkan resleting celananya usai melampiaskan kebejatan dia pada salah satu gadis. Dia menatap Vargana dan Shona. "Barang kelas tinggi! Ha ha ha! Kemarikan mereka, rasanya aku bisa tegang lagi tak butuh waktu lama hanya melihat mereka!" Ia kembali menurunkan celananya dan mengelus-elus tongkat ajaib miliknya. Seringaiannya sangat cabul saat menatap Vargana dan Shona. Ia tak sabar ingin lekas menikmati tubuh dua gadis itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.