Devil's Fruit (21+)

Dugaan Produksi Vampir



Dugaan Produksi Vampir

3Fruit 1032: Dugaan Produksi Vampir     

Setelah meminta adanya pertemuan darurat, maka beberapa anggota dewasa dari Tim Blanche pun berkumpul di ruang tengah mansion Andrea. Ada sang putri Cambion, Dante, Myren, Ronh, Kenzo, Raja Naga Heilong, dan Jovano sebagai orang terakhir yang muncul karena baru saja dari luar, dari apartemen Nadin.     

Putri Cambion tidak lupa untuk melingkupi ruangan tersebut dengan selubung array penghalang agar tidak ada yang bisa menguping atau menyusup masuk.     

"Hm, sepertinya sepupuku ini sudah tidak menyukai tinggal di rumahnya sendiri." Vargana mengulum senyumnya saat melihat kedatangan Jovano. Tentu dia paham jika sang sepupu baru saja tidur di rumah lain, yang pasti merupakan hunian kekasihnya.      

"A-aha ha ha ... aku ..." Jovano sampai tak tau harus berbuat apa dan malah mengusap-usap tengkuk untuk mengalirkan kegugupannya.      

"Hi hi hi, tidak apa-apa, Jo. Santai saja." Vargana menepuk pelan lengan sepupunya. "Namanya juga anak muda, ya kan?" lanjutnya sembari kedua alisnya naik-turun secara jenaka di depan Jovano yang terkekeh.      

"Oke, Va, kau bisa langsung katakan ada apa atau mungkin apa yang kau temukan sehingga kau meminta pertemuan begini?" Myren memotong obrolan orang muda putrinya dan si keponakan sebelum mereka malah melupakan esensi awal diadakannya pertemuan ini selarut malam begini.      

"Ohh, oke, Ma." Vargana berdehem sejenak usai sadar bahwa ada yang jauh lebih penting untuk dia sampaikan di hadapan para senior. Ia melirik pada calon suaminya dan berkata, "Vru dan aku bertemu dengan segerombolan vampir di sebuah daerah kecil di pelosok Tokyo."     

"Apa kamu bilang barusan, Vava? Menemukan segerombolan vampir?" Mata Andrea memicing tak percaya.      

Sang keponakan perempuan mengangguk sebelum menjawab untuk bibinya, "Iya, Aunty, segerombolan vampir muda. Dan sepertinya mereka belum begitu lama berubah menjadi vampir."      

"Ya ampun!" Andrea mengusap keningnya, tidak menduga sama sekali atas apa yang dia dengar dari keponakannya. "Vampir? Di Tokyo?"     

"Iya, Tuan Putri." Pangeran Abvru ikut berkomentar. "Dan sepertinya mereka masih agak sembrono karena mencari mangsa di tempat terbuka yang bisa kami pergoki."     

"Bukankah kita sudah cukup memberi pelajaran keras pada para vampir sehingga mereka tidak perlu lagi terlalu narsis setelah ras mereka kita bantai begitu banyak?" Myren mengelus dagunya sambil berpikir.      

"Ini menandakan ada yang kembali memproduksi mereka." Kenzo ikut berkomentar dan dia mengangkat jemarinya untuk membentuk sebuah kode petik dua ketika dia mengucapkan kata 'memproduksi' tadi.      

"Berarti, ada seseorang atau suatu pihak yang sedang mencetak kader-kader vampir muda dan baru?" Dante memiringkan kepala dengan dahi berkerut.      

"Bisa jadi begitu. Karena kita tahu sendiri betapa sangat nyaris punahnya ras mereka setelah kita perangi gila-gilaan." Ronh turut bicara. "Mungkin ada salah satu tetua mereka yang masih hidup yang sedang memiliki program produksi besar-besaran hingga sampai di Jepang."     

"Tetua mereka?" Myren menatap sang suami. "Bukankah kita sudah habisi semua tetua mereka di Kutub Selatan? Bahkan yang dianggap dedengkotnya, si Vlad Dracula saja kita bunuh di Rumania. Memangnya masih ada yang tersisa?"     

"Kak, ada." Andrea menampilkan suaranya setelah tenggelam dalam pemikiran mendalam dia.      

"Siapa, Ndre?" Myren tak ingat mereka masih menyisakan tetua vampir dalam peperangan tahun itu.      

"Yang pernah Kakak lilit pakai cambuk duri Kakak sendiri, kan?" Andrea menatap sang kakak yang tengah heran.      

Wajah Myren seketika menampilkan keterkejutannya sesaat setelah adiknya berujar. "Ohh, ya ampun! Astaga! Dia?! Umm ... siapa namanya? Yang tetua vampir cilik itu? Cilik tapi tengil!"     

"Emanuella." Dante dan Andrea nyaris berbarengan mengucapkan nama itu.      

"Nah! Itu dia!" Myren mengangguk sambil menjentikkan jarinya.      

"Oke, berarti ini ada sebuah misi dari pihak vampir untuk menciptakan kader baru mereka sebagai pengganti yang telah binasa. Hm ... bahkan sudah mencapai Jepang. Begitu cepat, bukan?" Ronh mengelus jenggot tipis dia.      

"Masih ada yang lain yang lebih parah dari sekedar bangkitnya ras vampir baru, Aunty." Vargana lekas memotong obrolan mereka sebelum mereka malah tenggelam hanya sebatas kemunculan vampir saja.      

"Apa itu, Vava?" tanya Andrea.      

"Para vampir yang kami temui itu, tiba-tiba dirasuki makhluk asap hitam," jawab Vargana.      

"Astaga!"     

"Ohh, shit!"     

"Damn! Ini gila!'     

Para orang dewasa di ruang itu segera saja mengumpat dengan gaya mereka masing-masing saking terkejutnya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Vargana pada mereka.      

Kemudian, Vargana dan Pangeran Abvru pun saling bergantian bercerita mengenai kejadian beberapa jam lalu. Termasuk dengan adanya kemunculan sosok aneh di salah satu atap rumah penduduk yang ternyata sangat kuat hingga bisa dengan mudah menghempaskan duo pasangan iblis muda itu ke tanah.      

"Tunggu! Apakah ... jangan-jangan ... sosok aneh yang kalian serang di atap itu ... itu ... sosok misterius yang selama ini kita cari? Dalang di balik munculnya makhluk asap hitam di dunia manusia?" Andrea menatap rekan-rekan timnya, bergantian menggunakan tatapan tajam karena sedang dalam mode serius.     

"Aku juga berpikir demikian." Dante mengangguk menyetujui dugaan istrinya.      

"Sepertinya itu memang adalah sosok yang memang harus bertanggung jawab atas kekacauan di bumi saat ini." Jovano akhirnya berbicara juga setelah lama terdiam.      

"Apakah dia benar-benar kuat?" tanya Ronh ke putri sulungnya.      

Vargana mengangguk seraya menjawab, "Iya, Pa. Aku sudah mencoba menyerangnya, bersama dengan Abvru, dan kami seakan tidak ada apa-apanya dibandingkan dia."      

"Tapi ... ada satu yang sangat mengganggu pikiranku," timpal Pangeran Abvru.      

"Apa itu, Pangeran?" tanya Kenzo.      

"Aku ... aku seperti mengenal bau itu, tapi ... ahh, aku hanya bisa menganggap ini cuma pemikiran samar saja karena yah ... sudah begitu banyak iblis yang aku lawan selama ini dan tentu saja aku masih bisa mengetahui bau-bau mereka, terutama yang kuat." Pangeran Abvru mengangkat bahunya karena dia sendiri tidak begitu yakin dengan hasil pemikiran dia.      

"Tak apa, Pangeran," sergah Andrea. "tetap aja dengan pemikiran seperti itu, karena yah siapa tau sosok dalang misterius itu memang musuh berat kita yang pernah kita lawan sebelum ini." Andrea tidak berlebihan karena memang begitu ada banyak iblis kuat yang pernah dia hadapi sejak peperangan Ragnarok pertama hingga perang terakhir kemarin di Underworld.      

"Ya, sepertinya memang itu salah satu iblis pesaing kerajaan kita yang belum sempat kita kalahkan." Pangeran Abvru setuju. Apalagi jajaran iblis kuat sebagai petinggi sebuah kerajaan memang sangat banyak. Wajar saja jika Pangeran Abvru mengenali aromanya meski hanya samar dan tidak bisa memastikan milik siapakah aroma itu.      

Sementara mereka sedang berdiskusi mengenai vampir yang disusupi makhluk asap hitam, otak Jovano masih saja terfokus pada munculnya gerombolan vampir di Jepang. Dia tidak yakin itu adalah ulah tetua Emanuella yang terakhir mereka lihat sudah sangat sekarat parah. Mungkinkah sosok selemah itu masih bisa bangkit dan mendapatkan kekuatannya lagi?     

Atau ... ohh, Jovano tidak berani membayangkan andaikan pemikiran kedua dia ini betul adanya. Tidak, dia tidak berani. Dia ingin menyangkalnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.