Devil's Fruit (21+)

Melampiaskan Rindu (18+)



Melampiaskan Rindu (18+)

1Fruit 1011: Melampiaskan Rindu (18+)     

Tim Andrea sudah berhasil kembali ke bumi manusia tanpa banyak hambatan. Mereka juga berhasil memenangkan peperangan di Underworld, lebih tepatnya peperangan kerajaan iblis Lust, karena Underworld itu sangatlah luas, berkali-kali lipat melebihi bumi manusia.      

Ketika Andrea sudah berhasil mencapai mansion dia sendiri, maka dia pun mulai mengeluarkan semua orang yang dia masukkan ke Alam Cosmo, kecuali yang memang sudah biasa hidup di sana.      

Ivy dan Zivena juga ikut keluar, bahkan si kecil Zivena telah sadar dari tidur panjang dia. Segera saja bocah itu berceloteh ini dan itu bahkan mengomel karena dirinya tidak diajak melihat Underworld.      

"Bagaimana bisa kalian tidak berusaha membangunkan aku saat kalian di Underworld? Aku kan juga ingin melihat dunia kakekku itu," omel Zivena.      

"Sori, Zizi ... mana bisa kami membangunkan kamu yang tidurnya kayak kebo." Vargana menggoda sepupu dia.      

"Ugghh ... tapi kan bisa saja kalian menunda sebentar kepulangan sampai aku bangun!" Zivena berkacak pinggang dengan wajah kesalnya yang malah terlihat lucu, bukannya menakutkan. Terutama jika pipi chubby itu digembungkan pemiliknya, sangat menggemaskan.      

"Pokoknya aku ingin melihat Underworld! Kalian tidak bisa menolak ini, ya kan?" Zivena belum menyerah.      

"Jangan bawel." Andrea mencubit gemas pipi bungsunya. "Kalo masih bawel, Mama masukkan lagi ke Alam Cosmo, nih!"     

"Hei, Mam! Kau tidak boleh merundung aku yang masih di bawah umur begitu!" Zivena mendelik kesal ke ibunya. "Kau bisa kena pasal jika melakukan bullying padaku, Mam!"      

"Ha ha ha! Yakin bisa bawa Mama ke pengadilan untuk dikenai pasal? Gimana kalo kamu Mama masukin di Alam Cosmo dan gak Mama keluarin lagi, hayo?" Ibunya kian menggoda. Si bungsu ini paling menyenangkan kalau dibuat kesal.      

"Mam, kau sungguh tidak terpuji!" bantah Zivena.      

"Sudah, sudah, ayo Papa ajak ke taman bermain, kau mau?" Dante segera menggendong putri bungsunya. Kebetulan ini masih siang di bumi.      

"Ahh ... ini baru orang tua teladan," ucap Zivena dengan wajah riang ke sang ayah. "Mam, kau harus banyak-banyak mencontoh Papa." Ia beralih ke ibunya.      

"Gak mau!" tolak sang ibu tegas. "Mama gak mau mencontek papamu, karena perbuatan mencontek itu tidak dibolehkan! Ha ha ha!" Lalu Andrea pun bergegas pergi ke kamarnya sebelum kena omel Zivena lagi.      

"Papa, jangan meniru Mama. Dia buruk sekali kalau sedang menyebalkan begitu." Zivena pun memeluk leher sang ayah secara manja. "Ayo kita ke taman bermain, Pa. Ke mana, nih? Disneyland? Atau Sanrio?" Ia menatap ayahnya dengan pandangan memohon.      

Tak lama, rombongan kecil Dante pun pergi ke taman bermain. Hanya setengah dari mereka tetap di mansion untuk mengurus ini dan itu.      

Jovano tentu saja lekas melesat menggunakan mobilnya untuk mendatangi sang kekasih. Selama beberapa hari ini dia tidak menghubungi Nadin sama sekali, pasti gadis itu cemas mengenai dirinya.      

Andrea sudah paham putra sulungnya pasti langsung kabur ke pacarnya. Maklum, namanya juga anak muda, pasti tak tahan kalau berjauhan berhari-hari dari sang pacar.      

Sementara itu, Shelly masih di mansion bersama Kenzo untuk membenahi beberapa hal di sana, sekaligus untuk membuat cemilan ringan jika rombongan pulang dari bersenang-senang.      

Di tempat Nadin, Jovano menjumpai sang gadis di apartemennya, sedang rebah santai usai pulang sekolah.      

"Jov!" Nadin terlihat semringah ketika melihat kedatangan Jovano di depan pintu apartemen dia. Segera saja dia memeluk pria itu. "Kupikir kau kenapa-kenapa. Aku sampai cemas karena tidak bisa menghubungimu, tak bisa menghubungi Ivy juga, dan ketika aku ke mansionmu, penjaga di sana juga tidak ada. Aku sampai bingung sekali!"     

"He he ... jangan khawatir, sayank. Aku baik-baik saja, dan sekarang sudah kembali padamu, ya kan?" Jovano menangkup pipi gadisnya disertai pandangan lembut penuh kerinduan.      

"Ke mana saja kau dan keluargamu?" tanya Nadin sangat terlihat ingin tau.      

"Umm, yah ... kami ada keperluan mendadak sehingga harus lekas tinggalkan Jepang selama beberapa hari." Jovano mencari alasan meski setengah menyelipkan dusta.      

"Kalian keluar dari Jepang? Ke mana tepatnya?" Nadin segera menarik tangan Jovano dan membawa pria itu ke kamarnya.      

"Aku ... kami ... kami ke Indonesia. Kau masih ingat, kan, kalau itu negara asal dari mamaku?"     

"Ahh, ya ... Indonesia! Wah, banyak temanku katanya ingin pergi ke sana. Bali? Lombok? Mereka bilang itu destinasi wisata paling keren di Indonesia. Kapan-kapan ajak aku ke sana, Jov."     

"Iya, sayank, pasti akan aku ajak ke sana kalau liburan sekolah, oke?"     

Nadin mengangguk dan mereka berdua sudah duduk berdampingan di tepi tempat tidur. Jovano lega Nadin tidak kenapa-kenapa selama dia pergi ke Underworld. Pangeran muda incubus itu membelai rambut dan kemudian wajah kekasihnya.      

Pandangan kedua muda-mudi itu saling bertaut, dan tak menunggu lama ketika Jovano mulai melumat bibir Nadin.      

Gadis itu juga membalas dengan lumatan seintens kekasihnya, bahkan dia mengalungkan dua lengan pada leher Jovano, sembari merapatkan tubuhnya meniadakan jarak antara mereka.      

Diakibatkan terlena dan hanyut akan kerinduan mendalam, Jovano mulai perlahan merebahkan tubuh Nadin ke kasur sambil terus mencumbui sang gadis.      

Nadin terus membalas cumbuan Jovano, bahkan ketika tangan sang pacar mulai menyusup ke dalam kaos yang dia kenakan, dia hanya melenguh lirih tanpa memberikan perlawanan.      

Gelenyar bara mulai dirasakan Jovano ketika dia mendapati sebuah benda empuk dan kenyal ketika tangannya menemukan benda di puncak dada sang kekasih setelah bra yang dipakai Nadin disingkap cup-nya.      

"Haanghh ... Jov ... mmghh ..." Nadin melepaskan cumbuan mereka, memalingkan pandangan ke samping sembari pejamkan mata dengan desahan mulai bermunculan dari bibirnya yang terbuka.      

Sang putra Cambion semakin terbakar saat menatap kemolekan Nadin. Semua yang ada pada kekasihnya memang sangat memikat, menumbuhkan hasrat ingin mengambil semuanya tanpa tersisa.      

Ini membuat Jovano kian berani dan singkap ke atas kaos Nadin untuk melihat benda kembar yang terlihat hebat di matanya. Benda yang sudah pernah dia lihat dulunya secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui empunya.      

Setengah menindih tubuh indah Nadin, dua tangan Jovano meremas dan menyatukan payudara Nadin usai memelorotkan cup bra sang gadis. Mulutnya segera digiring menuju ke pucuk dada itu untuk memberikan hisapan dan lumatan sensual di sana secara bergiliran bagian kanan dan kiri.      

"Haanghh ... Jov ... mmhh ... enak ..." Nadin terus bergerak kecil menggeliat manja sembari terpejam dan membelai kepala Jovano. Secara sadar, dia mengangkat dadanya agar Jovano bisa lebih memperdalam hisapannya di sana.      

Sekian menit kemudian, kaos yang dikenakan Nadin sudah teronggok di lantai, berikut dengan bra hitamnya juga. Gadis itu mempersilahkan Jovano untuk menikmati kekenyalan dadanya yang selama ini membuat penasaran Jovano.      

Sepertinya kerinduan membuat kedua muda-mudi itu melampiaskan perasaan tanpa bisa dikendalikan lagi. Bara di tubuh mereka tak bisa dipadamkan lagi, melahap jiwa dan otak mereka akan api libido yang terus menyala.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.