Maharaja Perang Menguasai Langit

Siapa Aku?



Siapa Aku?

2"Hmm." Maharaja Bela Diri Shi Qi mengangguk. Ia sama sekali tidak curiga. Setelah itu, ia menghilang dari depan mata Zhou Yi. Ia sama sekali tidak curiga kepada Zhou Yi.     

Tentu, itu karena ia tidak mengira bahwa Zhou Yi akan mempersiapkan sebuah Lempeng belenggu iblis palsu sebelumnya dan telah menunggu kesempatan ini untuk melakukan penipuan.     

Pepatah 'Belalang sembah mengincar jangkrik, tapi oriole yang menuai hasilnya' sangat cocok untuk menggambarkan situasi ini.     

Tentu saja, Maharaja Bela Diri Shi Qi adalah belalang sembahnya.     

Ketika Zhou Yi melihat Maharaja Bela Diri Shi Qi telah pergi, wajahnya dipenuhi dengan kegembiraan lalu ia menarik napas dalam-dalam. Namun, dia segera kembali tenang setelah itu.     

'Aku harus meninggalkan Hutan Batu yang Hilang sekarang dan pergi ke tempat di mana guru tidak bisa menemukanku sehingga aku bisa mempelajari lempeng yang ditinggalkan Duan Ling Tian,' pikir Zhou Yi dalam hati sebelum dia bergegas pergi dan meninggalkan Hutan Batu yang Hilang itu.     

Ia terbang ke arah utara dengan kecepatan kilat setelah meninggalkan Hutan Batu yang Hilang. Ia tidak berani menunda sama sekali.     

"Aku harus pergi ke suatu tempat yang jauh sebelum guru mengetahui bahwa lempeng itu palsu ... Kalau tidak, dia pasti akan membunuhku!" Bahaya seperti itu memberi kekuatan tambahan bagi Zhou Yi untuk lari menyelamatkan nyawanya.     

Meskipun ia adalah murid langsung yang dihargai paling tinggi oleh Maharaja Bela Diri Shi Qi, Maharaja Bela Diri Shi Qi tidak akan menunjukkan belas kasihan bila mengetahui masalah ini.     

Tidak ada yang boleh menyinggung harga diri seorang Maharaja Bela Diri.     

Di Hutan Batu yang Hilang yang wilayahnya cukup luas, tidak ada seorang pun yang tahu tentang kepergian Zhou Yi, termasuk Maharaja Bela Diri Shi Qi.     

"Senior Chi Huo." Maharaja Bela diri Shi Qi memegang Lempeng belenggu iblis palsu buatan Zhou Yi itu dan menyerahkannya kepada Chi Huo dan Feng Tian Wu.     

"Apakah benar ini?" Chi Huo bertanya.     

Feng Tian Wu mengangguk. Ia tidak menyadari bahwa Lempeng Belenggu Iblis itu palsu dan segera memasukkannya ke dalam Cincin Ruang miliknya.     

"Jika masalah ini sudah selesai, aku akan membawamu untuk mencari Kakak Duan-mu," kata Chi Huo kepada Feng Tian Wu.     

"Terima kasih, Guru," Feng Tian Wu segera mengucapkan terima kasih.     

Itulah persyaratan yang disebutkan oleh Feng Tian Wu sebelum menjadi murid Chi Huo.     

Chi Huo tersenyum puas dan pergi bersama Feng Tian Wu. Dua siluet merah menyala itu lenyap dari depan mata Maharaja Bela Diri Shi Qi. Ia merasa lega seolah-olah ada sebuah beban yang telah diangkat darinya.     

Segera setelah itu, seulas senyum tipis muncul di wajahnya.     

"Lagipula aku berhasil menyimpan lempeng itu… Hmph! Segera setelah aku mengetahui lempengnya, aku tidak perlu lagi takut pada Chi Huo," Maharaja Bela Diri Shi Qi bergumam pada dirinya sendiri dan matanya bersinar.     

Sebagai tokoh digdaya Maharaja Bela Diri di Benua Awan, Maharaja Bela Diri Shi Qi juga memiliki harga diri.     

Meskipun ia harus bersikap rendah hati di depan Chi Huo karena takut dengan kekuatan Chi Huo, ia tetap saja merasakan perasaan seperti harga dirinya terinjak-injak.     

"Guru!"     

" Guru."     

Saat itu, dua orang murid langsung Maharaja Bela Diri yang sejak tadi menyaksikan dari samping mendekat kepada Maharaja Bela Diri Shi Qi. Mereka tampak bingung saat menanyakan latar belakang lelaki tua berjubah merah itu.     

"Ketika Chi Huo masih tinggal di Benua Awan, aku adalah muridnya ... Aku hanya seorang tokoh digdaya Raja Bela Diri Tingkat Kesembilan sementara dia menjadi seorang Maharaja Bela Diri," kata Maharaja Bela Diri Shi Qi perlahan, matanya berbinar.     

Fwah!     

Kedua murid langsung Maharaja Bela Diri itu terkejut ketika mendengar kata-kata Maharaja Bela Diri Shi Qi.     

Tidak terlintas dalam pikiran mereka bahwa pemilik Hutan Batu yang Hilang, Maharaja Bela Diri Shi Qi, pernah menjadi murid lelaki tua berjubah merah itu.     

"Guru, apakah Guru murid langsungnya?" Salah satu murid langsung Maharaja Bela Diri itu bertanya.     

"Tidak… Baginya, aku tidak pernah sebaik ketiga murid langsungnya! Jadi dia tidak pernah menganggap aku sebagai murid langsungnya. " Maharaja Bela diri Shi Qi menggelengkan kepalanya. Ada nada kebencian dalam suaranya saat ia menceritakannya.     

Kedua murid langsung Maharaja Bela Diri itu langsung membeku setelah mendengarkan kata-kata Maharaja Bela Diri Shi Qi.     

Orang tua berjubah merah tadi tidak menganggapp guru mereka cukup baik saat itu dan tidak mau mengambil guru mereka sebagai murid langsungnya?     

"Dia pasti menyesal sekarang... Aku yakin dia tidak mengira bahwa Guru dapat menerobos ke Tahap Maharaja Bela Diri dan menjadi seorang tokoh digdaya tahap Maharaja Bela Diri yang luar biasa di Benua Awan," kata salah satu murid langsung Maharaja Bela Diri itu.     

"Aku juga tidak mengira aku akan bisa menerobos ke Tahap Maharaja Bela Diri... Tapi, ia tidak menyesali apapun karena ketiga murid langsungnya menerobos ke Tahap Maharaja Bela Diri sebelum aku bisa melakukannya," kata Maharaja Bela Diri Shi Qi.     

Kedua murid langsung Maharaja Bela Diri itu terdiam setelah mendengar kata-kata Maharaja Bela Diri Shi Qi.     

Mereka menyadari betapa menakutkan pria tua berjubah merah itu ketika mereka mendapati bahwa ketiga murid langsungnya menerobos ke Tahap Maharaja Bela Diri sebelum guru mereka, Maharaja Bela Diri Shi Qi, melakukannya.     

Kalau begitu, betapa menakutkannya dia?     

Sulit bagi mereka untuk membayangkannya.     

Sementara itu, sebuah siluet menuruni suatu lembah subur di pegunungan dekat sebuah kota besar di zona tengah Wilayah Dalam di Benua Awan.     

Siluet itu berdiri di lembah itu dengan kabut hitam mengelilinginya seraya melepaskan aura yang menakutkan. Hal itu menyebabkan burung-burung terbang menjauh dan binatang buas berlari untuk menyelamatkan hidup mereka.     

Ia adalah seorang pemuda berpakaian ungu.     

Dibandingkan dengan orang biasa, ia memiliki rambut ungu panjang yang berkibar seperti siluman meskipun tidak ada angin. Hal itu tampak seperti ular yang sedang menggeliat. Dan itu membuat orang lain menjadi merinding.     

Selain itu, matanya berwarna merah, berbeda dari orang biasa.     

Dia seperti dewa neraka yang haus darah yang baru saja merangkak keluar dari neraka.     

"Sudah tiga hari… akhirnya aku bisa menemukan sebuah tempat yang layak." Saat itu, sebuah suara nyaring dan riang terdengar di kepala pemuda berpakaian ungu itu. "Sekarang aku akan menyerap Energi Sisa Jiwa yang tersisa di tubuh anak ini."     

"Tapi setelah aku selesai menyerap Energi Sisa Jiwa ini, anak ini tidak akan bisa mengaksesnya lagi… Kasihan kau anak yang malang." Saat suara itu terus berceloteh, kabut hitam mengelilingi tubuh pemuda berjubah ungu yang berdiri di lembah itu sebelum tertarik ke dalam tubuh dan kepalanya.     

Dia berdiri tak bergerak tanpa ekspresi di wajahnya untuk waktu yang lama.     

Namun, rambut ungu panjang dan mata merahnya telah memudar. Dia akhirnya terlihat seperti manusia setelah rambut dan matanya menjadi hitam.     

"Aku akhirnya selesai menyerapnya… Eh! Jiwa anak ini rusak? Apakah dia akan menjadi mayat hidup?" Sebuah suara nyaring terdengar kembali 15 menit kemudian. Namun, itu tidak lagi menyenangkan.     

Sebuah jiwa yang rusak adalah sebuah masalah serius.     

Jika skala kerusakannya ringan, seseorang akan kehilangan ingatan mereka. Jika parah, seseorang akan berubah menjadi mayat hidup atau jatuh koma selama sisa hidupnya. Ia akan menjadi orang mati yang berjalan.     

"Aneh, sangat aneh… Monster macam apa anak ini? Jiwanya memulihkan dirinya sendiri... Melihat kecepatannya, ia akan sembuh total dalam waktu tiga sampai lima tahun. " Suara itu mulai berbicara lagi, mendapatkan kembali keceriaannya.     

"Hmm." Saat ini, pemuda berpakaian ungu yang berdiri di lembah dengan ekspresi beku di wajahnya itu akhirnya bergerak.     

Ada tanda-tanda kehidupan di matanya yang kosong sekarang, pipinya mulai kembali cerah setelah sebelumnya wajahnya terlihat pucat dan beku.     

Pemuda berpakaian ungu itu meregangkan tubuhnya yang kaku dengan ringan dan membuka lengannya. Dia bergumam tanpa emosi, "Siapa ... Siapa sebenarnya aku?"     

"Bagaimana aku tahu siapa kau!"     

Hampir begitu pemuda berpakaian ungu itu berbicara, sebuah suara keras terdengar di kepalanya. Kejutan itu menyebabkan ekspresinya berubah drastis.     

"Kau siapa? Mengapa kau berada di dalam tubuh ku? " Mata pemuda berbaju ungu itu terbelalak panik.     

"Kenapa kau panik! Jika seorang malaikat seperti aku ingin memanfaatkan dirimu, kau pasti sudah mati lebih dulu… Dasar anak yang tidak tahu berterima kasih! Jika bukan karena aku, kau pasti sudah mati," kata suara keras itu dengan nada menghina.     

"Maksudmu… Kau telah menyelamatkanku nyawaku?" Pemuda berpakaian ungu itu mengangkat alisnya ketika mendengar apa yang dikatakan suara itu. Ia menggelengkan kepalanya yang pusing. "Aku… aku tidak… ingat."     

"Itu normal. Jiwamu rusak. Aneh jika kau bisa mengingat semuanya," suara keras itu berbicara lagi.     

"Jiwa yang rusak?" Mata pemuda berbaju ungu itu terbelalak lagi. "Jiwaku rusak? Aku tidak ingat siapa aku, dan aku juga tidak ingat kau telah menyelamatkan aku. Menurut sisa-sisa ingatanku, jiwa yang rusak itu bukanlah sesuatu yang baik. "     

"Omong kosong! Tentu saja, itu tidak baik," kata suara keras itu dengan kesal, "Tapi karena kau tahu memiliki jiwa yang rusak itu tidak baik, itu menunjukkan bahwa ingatanmu tidak sepenuhnya hilang... Itu hanya amnesia selektif. "     

Tentu saja, orang tersebut tidak memiliki kendali atas apa yang ia ingat.     

"Kurasa aku ingat… Penyatuan Penguasaan, Penguasaan Pedang… Hmm? Di mana Sumber Energiku? " Pemuda berpakaian ungu itu mengernyitkan keningnya saat sebuah energi lima warna dan Energi Pedang yang ganas menyembur dari tubuhnya. Ia sepertinya telah memperhatikan ada sesuatu yang salah.     

"Dantianmu telah dilumpuhkan. Tentu saja, Sumber Energi yang tersimpan di dalam Dantian mu juga hilang," kata suara keras itu.     

"Dantian ku lumpuh?" Pemuda berpakaian ungu itu bergumam pada dirinya sendiri dan mengerutkan kening setelah mendengar tentang hal itu. "Ini sepertinya juga tidak bagus... Tapi, menurutku adalah hal mudah untuk memperbaiki Dantian yang lumpuh."     

"Mudah? Ya benar! Pil Obat Penyembuhan terbaik di Benua Fana kecil milikmu ini hanyalah Pill Obat Biasa… Apakah kau ingin memulihkan Dantian mu tanpa Pil Obat Langit? Kau pasti sedang bermimpi! " Ada nada cemoohan dalam suara yang nyaring itu.     

"Pil Obat Langit? Kurasa itu tidak disebut Pil Obat Langit ... Coba ku pikir, Kurasa itu disebut Pil Kebangkitan Tingkat Kerajaan ... Ya! Itu Pil Kebangkitan Tingkat Kerajaan." Sebuah botol pil obat muncul di tangan pemuda berpakaian ungu itu saat ia bergumam pada dirinya sendiri.     

Ia membuka botol pil obat itu dan menuangkan pil-pil obat itu ke tangannya. Harumnya menyebar ke seluruh lembah dan menarik banyak burung dan binatang liar.     

Meskipun mereka datang, tidak ada di antara mereka yang berani mendekati pemuda berpakaian ungu itu.     

Itu karena ada energi lima warna dan Energi Pedang transparan yang mengelilingi tubuh pemuda berpakaian ungu itu. Hal itu sangat menekan mereka, itulah sebabnya mereka takut untuk mendekat.     

"Pil… Pil Obat Langit!" Saat ini, suara itu terdengar lagi. Nada terkejut terdengar di kedalaman suara itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.