Maharaja Perang Menguasai Langit

Dataran Tinggi Utara



Dataran Tinggi Utara

3Keempat Wakil Kepala Benteng Serigala Langit, termasuk Feng Wei, segera menundukkan kepala mereka. Bibir mereka berkerut sedikit ketika mendengar kata-kata Qing Lang dan melihat semangat yang terpancar di matanya.     

"Hmm?" Wajah Qing Lang berubah muram ketika melihat senyum getir di wajah mereka. "Kenapa? Apakah tidak ada Keping Penguasaan yang bisa ku gunakan?"     

"Kepala Benteng." Feng Wei mengerahkan seluruh keberaniannya untuk berbicara setelah diminta oleh Ning Can dan wakil kepala yang lainnya. Dia memandang Qing Lang dengan senyum tegang di wajahnya dan berkata, "Kami tidak mendapatkan apa pun dari pusaka harta rahasia Maharaja Bela Diri itu sama sekali, apalagi Keping Penguasaan."     

"Selain itu, ke dua puluh tokoh digdaya muda dari Benteng Serigala Langit kita yang memasuki pusaka harta rahasia Maharaja Bela Diri itu seluruhnya terbunuh di dalamnya!" Feng Wei menceritakan semuanya dengan tergesa dalam satu tarikan napas dan menatap Qing Lang dengan cemas.     

Qing Lang tampak tenang saat berdiri di sana. Namun, ada niat membunuh yang tersembunyi dalam ketenangannya itu. Ini tampak lebih tegas terlihat di dalam matanya. Tatapannya langsung menjadi tajam dan berubah dingin. Seolah-olah ia siap melahap siapa pun yang berani mendekatinya.     

"Bagaimana itu bisa terjadi?" Qing Lang bertanya dengan suaranya yang dalam.     

"Kepala Benteng, mereka semua terbunuh oleh orang yang sama," kata Feng Wei dengan senyum getir yang dipaksakan di wajahnya.     

Pada saat yang sama, sebuah siluet berpakaian ungu muncul di pikiran Feng Wei.     

Sebelumnya, dia telah melihat siluet berpakaian ungu itu selama Kompetisi Bela Diri Sepuluh Dinasti yang diselenggarakan oleh Benteng Serigala Langit.     

Orang itu mengalahkan sepuluh tokoh digdaya muda dan memenangkan tempat pertama di Kompetisi Bela Diri Sepuluh Dinasti.     

Hampir bersamaan setelah Feng Wei selesai berbicara, gelombang aura yang kuat mengalir keluar dari tubuh Qing Lang dan menyebabkan gangguan pada kawanan awan di sekitar mereka.     

"Siapa dia?!" Suara Qing Lang dingin dan penuh dengan niat membunuh.     

"Dia Duan Ling Tian." Feng Wei menghela nafas.     

"Duan Ling Tian?" Rasa dingin di wajah Qing Lang menghilang dan digantikan dengan rasa terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan Feng Wei. "Orang yang memenangkan Kompetisi Bela Diri dari Sepuluh Dinasti yang kita selenggarakan?"     

"Saudara Ling Tian yang disebutkan Nona Muda itu?" Sosok berpakaian kuning milik seorang wanita muncul di pikiran Qing Lang saat ia berbicara. Dia tidak dapat menahan perasaan bergidiknya.     

"Iya." Feng Wei segera mengangguk.     

"Aku harap kalian semua tidak melakukan apa-apa pada Duan Ling Tian?" Qing Lang bertanya dengan suaranya yang dalam. Matanya berubah tajam ketika melihat Feng Wei, Ning Can, dan dua Wakil Benteng Master lainnya dari Benteng Serigala Langit.     

"Tidak." Mereka berempat segera menggelengkan kepala.     

"Baguss... Ingat ini, jangan coba keberuntunganmu ketika kalian bertemu Duan Ling Tian. Hal-hal yang akan dilakukan orang-orang di belakang Nona Muda itu akan melampaui semua imajinasimu!" Wajah Qing Lang menjadi sangat serius saat ia berbicara.     

Feng Wei dan para wakil kepala benteng lainnya saling bertukar pandang ketika mendengar kata-kata Qing Lang. Mereka bisa melihat rasa takut di mata masing-masing.     

"Haruskah kita memberi tahu Kepala Benteng bahwa kita mengejar Duan Ling Tian setelah Kompetisi Bela Diri Sepuluh Dinasti berakhir?" Mereka berempat berkomunikasi diam-diam satu sama lain melalui Pesan Suara.     

"Ku pikir lebih baik jika kita tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu... Karena Kepala Benteng takut dengan Nona Xue Nai muda itu, kita pasti akan menderita jika dia mengetahuinya."     

"Benar, kita tidak boleh memberitahunya."     

Segera setelah itu, mereka berempat telah mencapai kesepakatan.     

Sementara itu, Kepala Benteng Serigala Langit, Qing Lang, tetap tidak menyadarinya.     

...     

Tiga siluet terbang tinggi di langit di kawasan utara dekat gurun utara.     

Itu adalah siluet dua wanita muda dan seorang wanita tua.     

Wajah wanita tua itu tanpa ekspresi. Namun, aliran udara tetap tidak terganggu setiap kali ia bergerak, tidak seperti dua wanita muda yang menyebabkan gangguan pada kawanan awan yang berarak.     

"Qing Nu, tolong biarkan aku tinggal lebih lama ... aku belum menemukan Kakak Ling Tian." Wanita berpakaian kuning itu memohon saat berbalik dan mendelikkan matanya dengan nakal ke arah wanita tua berpakaian biru itu.     

"Nona Muda, berhentilah membuatku terlibat kesulitan ... Guru sangat tidak senang karena kau membawa Nona Muda Xue Yi bersamamu dan melarikan diri dari rumah. Dia memintaku untuk membawa kalian berdua segera kembali," kata wanita tua berpakaian biru itu yang tampak tak berdaya. Matanya dipenuhi dengan cinta ketika melihat pada wanita muda berpakaian kuning itu.     

Wanita muda berpakaian kuning itu tak lain adalah Han Xue Nai.     

Han Xue Nai merasa depresi dan menundukkan kepalanya ketika dia mendengar kata-kata wanita tua berpakaian biru itu. "Ayah sangat menyebalkan. Aku hanya berlibur sebentar di luar, dan dia ingin hal ini juga harus minta ijin padanya... Hmph! Aku tidak akan berbicara dengannya selama sebulan ketika nanti aku kembali! Tidak, aku tidak akan berbicara dengannya selama dua bulan." Wanita tua berpakaian biru dan wanita muda di sebelahnya bertukar senyum tegang ketika mereka mendengar Han Xue Nai bergumam pada dirinya sendiri.     

Segera setelah itu, suasana hati Han Xue Nai tampaknya telah meningkat saat ia mengingat sesuatu. Dia mengangkat kepalanya dan menatap wanita tua berpakaian biru itu sambil memutar matanya dengan nakal. Dia bertanya, "Qing Nu, apakah Emas Kecil, Hitam Kecil, dan Putih Kecil sudah keluar dari tempat itu?"     

Ada rasa pengharapan yang kuat di wajahnya yang cantik.     

"Belum." Wanita tua berpakaian biru itu menggelengkan kepalanya.     

"Apakah mereka akan bisa keluar dengan aman?" Han Xue Nai bertanya dengan cemas.     

"Dua piton kecil itu akan baik-baik saja ... Garis keturunan mereka telah mencapai standar keturunan Makhluk Suci. Sangat mungkin bahwa mereka akan berubah menjadi varian Makhluk Suci di sana," kata wanita tua berpakaian biru itu.     

"Bagaimana dengan Emas Kecil?" Ekspresi Han Xue Nai sedikit berubah saat dia terus mempertanyakan dengan raut cemas, "Tidak akan terjadi apa-apa kan? Jika sesuatu terjadi padanya, bagaimana aku harus menjelaskannya kepada Kakak Ling Tian?"     

"Sulit dikatakan. Tikus emas kecil adalah Tikus Langit bermata Giok. Ia adalah keturunan Makhluk Suci ... Garis keturunannya lebih stabil sehingga jauh lebih sulit baginya untuk berubah menjadi Makhluk Suci dibandingkan dengan dua piton kecil itu," kata wanita tua berpakaian biru itu sambil menggelengkan kepalanya. Berdasarkan kata-katanya, semuanya masih tidak pasti.     

"Apa yang akan terjadi jika ia gagal berubah?" Han Xue Nai bertanya tanpa daya.     

"Pasti akan mati!" Sebagai seorang siluman yang pernah datang ke tempat itu, wanita berpakaian biru itu sudah akrab dengan tempat itu seperti telapak tangannya sendiri.     

"Pasti akan mati!"     

Tiga kata pendek itu cukup mengejutkan Han Xue Nai sehingga ekspresinya segera berubah.     

"Emas Kecil, kuharap kau akan selamat," Han Xue Nai bergumam pada dirinya sendiri setelah menghela nafas.     

"Nona Muda, saatnya untuk pergi," kata wanita tua berpakaian biru itu dengan tenang. Begitu ia berbicara, tidak ada yang melihat apa yang ia lakukan, tetapi dia menghilang dengan dua wanita muda di belakangnya.     

Seolah-olah mereka tidak pernah ada di sana.     

...     

Di suatu tempat yang jauh dari gurun utara, di sebuah istana mewah dan megah di sebuah pulau terapung.     

Ada dua sosok yang sedang berdiri di atas istana itu saat ini.     

Keduanya saling bersandar satu sama lain. Itu adalah sosok seorang pria dan seorang wanita.     

Pria itu mengenakan pakaian biru, dan dia tampak gagah saat berdiri di sana.     

Wajahnya nyaris sempurna seperti sebuah patung yang diukir dengan teliti dan cermat.     

Sepasang alis lurus dan tebalnya membuatnya tampak mulia.     

Matanya yang tampak tenang di bawah sepasang alis yang lurus menatap ke kejauhan. Ada sekilas energi hijau memancar dari matanya.     

Tatapannya tiba-tiba menjadi tajam seolah-olah mereka bisa melihat menembus apa saja.     

Wanita di sebelahnya mengenakan pakaian biru juga. Wajahnya yang cantik tampak meredupkan apa saja yang ada di sekitarnya.     

Mereka adalah pasangan yang dijodohkan dari langit ketika mereka berdiri berdampingan.     

"Kakak Feng, kau seharusnya membawa Tian'er ke sini ... Aku khawatir kita meninggalkannya di sana sendirian," kata wanita itu dengan lembut dan sopan.     

"Rou'er, kau akhirnya membahas tentang hal ini ... Aku punya alasan untuk meninggalkan Tian'er di sana. Ini untuk kebaikannya sendiri. Tolong kau coba pahami," kata pria itu.     

"Kakak Feng, aku tahu kau ingin Tian'er mengalami mengandalkan kemampuannya sendiri di sana... Tapi tidak bisakah kau melakukan hal yang sama di sini? Apalagi, Tian'er akan berada di bawah pengawasan kita jika dia berada di sini. Aku akan merasa lebih lega jika dia ada di sini," kata wanita itu lagi.     

"Rou'er, tentu saja aku sudah memikirkan segalanya tentang apa yang kau katakan... Tapi jika aku membawa Tian'er ke sini, itu hanya akan membahayakannya dan tidak ada manfaat baginya."     

"Aku tidak yakin bagaimana caranya aku bisa menjelaskan alasan ku ini kepada mu... Kau akan mengerti mengenadi apa yang ku coba katakan ini ketika kau melihat Tian'er di masa depan," kata pria itu.     

"Tapi bagaimana jika sesuatu terjadi pada Tian'er karena ia berada sendirian di sana?" Wanita itu bertanya dengan cemas.     

"Jangan khawatir ... aku meninggalkan tiga jimat padanya yang akan menyelamatkan nyawanya sebanyak tiga kali." Pria itu menghibur wanita itu.     

"Apa yang terjadi ketika dia telah menggunakan ketiga jimat itu seluruhnya?"     

"Maka dia harus bergantung pada kemampuan dirinya sendiri."     

"Tidak bisakah kita mengirim seseorang untuk melindunginya? Melindungi dirinya secara diam-diam juga akan berhasil."     

"Tiga jimat itu adalah batas campur tangan ku dalam hidupnya ... Dia harus berjalan di jalannya sendiri dalam sisa perjalanannya! Apakah kau berpikir bahwa putra Duan Ru Feng adalah orang biasa?"     

"Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?"     

"Kita harus percaya padanya."     

...     

Beberapa bulan setelah meninggalkan gurun utara dan melakukan perjalanan ke utara, Duan Ling Tian akhirnya tiba di tujuannya.     

Itu adalah suatu daerah yang berada dekat Sungai Ruo Shui. Daerah itu disebut Dataran Tinggi Utara.     

"Dataran Tinggi Utara... Pegunungan Utara... Dulu ketika aku dan Tian Wu sedang berada dalam perjalanan ke Kota Gurun Kuno bersama Paman Feng, aku ingat saudara kandung yang diselamatkan Paman Feng berasal dari Dataran Tinggi Utara." Duan Ling Tian memandangi peti es yang melayang di sebelahnya di udara. Tepatnya, dia bergumam pada dirinya sendiri ketika melihat wanita berpakaian merah yang terbaring di dalam peti es itu.     

"Klan Lu Pegunungan Utara? Aku ingin tahu apakah Klan Lu ini tergolong kuat di Dataran Tinggi Utara karena ada kekuatan yang tak terhitung jumlahnya di sini." Duan Ling Tian penasaran.     

Ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Dataran Tinggi Utara.     

Mengapa ia tahu daerah itu disebut Dataran Tinggi Utara adalah karena peta yang ia pelajari di kediaman keluarga Zeng sebelumnya. Ada tanda khas Dataran Tinggi Utara di atasnya.     

Sungai Ruo Shui berada di sisi utara Dataran Tinggi Utara.     

'Meskipun peta itu memiliki tanda khusus Dataran Tinggi Utara di atasnya, peta itu tidak memiliki pengantar rinci tentang Dataran Tinggi Utara... Aku harus menjelajahi tempat itu sendiri untuk mempelajarinya lebih lanjut tentang hal itu,' pikir Duan Ling Tian dalam hati..     

Duan Ling Tian mulai menjelajahi tempat itu dengan Xiong Quan dan peti es berisi Feng Tian Wu. Ia sedang mencari sebuah kota di Dataran Tinggi Utara.     

Ia akhirnya menemukan sebuah kota setelah menghabiskan setengah hari melihat-lihat.     

Itu adalah sebuah kota kecil yang terletak di selatan Dataran Tinggi Utara.     

Meskipun kota itu kecil, lalu lintasnya cukup sibuk dengan banyak orang yang keluar dan masuk.     

"Xiong Quan, mari kita memasuki kota itu." Duan Ling Tian melesat turun bersama dengan peti mati es itu setelah berbicara dengan Xiong Quan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.